KUALITAS HIDUP ORANG PERCAYA

Thursday, June 01, 2006

Komentar Penulis

Komentar Penulis

Kehidupan kita berhasil bukan karena seberapa panjang umur, cantik atau tampan. Bukan pula karena banyak gelar dan kaya. Namun yang paling penting adalah kualitas hidup kita di dunia ini. Tuhan Yesus tidak berumur panjang di dunia, namun kualitas hidup-Nya sangat tinggi dan berbobot, Ia menjadi model kita hingga hari ini dan untuk selama-lamanya.

Kita memerlukan hidup yang berintegritas untuk mencapai hidup yang berkualitas. Keberhasilan kita semestinya bukan yang kelihatan di luar saja, namun termasuk juga seluruh aspek kehidupan. Anda boleh berhasil menjadi orang yang kaya-raya, namun kalau caranya dengan korupsi maka hal itu tidak bedanya dengan sampah. Atau Anda boleh lulus cum-laude, tetapi caranya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), curang sebagainya. Ini pertanda hidup yang tidak berkualitas.

Salah satu cara yang paling penting untuk memanifestasikan kehidupan menjadi berkualitas adalah tetap melakukan kebenaran, walaupun tidak satupun orang yang melihat dan mengetahuinya. Tanpa disadari kita selalu terpengaruh dunia yang penuh kepura-puraan. Di tempat kerja ada orang yang pura-pura giat, karena takut dipecat, atau karena bos selalu memantau dengan hidden camera. Di gereja orang pura-pura melayani, pura-pura care, pura-pura cinta Tuhan, pura-pura rohani, hanya karena terlanjur menjadi pengikut Kristus. Ironisnya Kristus mengetahui hal itu.

Buku kecil ini mencoba untuk mengevaluasi seberapa kadar kualitas hidup kita sebagai orang percaya. Dengan kehidupan yang penuh kesibukan kerja dan pelayanan sering kali kita lupa bahwa kita perlu bertahan bahkan meningkatkan kualitas hidup ini. Perintah Allah mutlak dan berkualitas, marilah kita mentaati-Nya.

Penulis sadar bahwa dirinya tidak sempurna, bahkan mungkin juga kurang berkualitas, namun atas kesadaran inilah maka buku ini diterbitkan guna mengevaluasi dirinya sendiri. Jika kebetulan Anda sebagai pembacanya kiranya juga bermanfaat dan menjadi berkat bagi Anda.

Melalui kesempatan ini saya ingin memberi penghargaan khusus buat isteri saya Chu Sei Hiong (Susan Cang) dan kedua anak kami yakni Jessica Gracia Rahel (En Mei) dan Philemon Gracia Putra (En En), sebagai isteri dan anak mereka senantiasa mendukung proses penulisan dan penyelesaian buku ini. Salam juga buat keponakan yang cantik Silvia Tjong di Taiwan, kiranya Tuhan juga senantiasa memelihara kehidupan Anda, walaupun jauh dari famili. Kepada Evelyn Jingga yang mengedit buku ini, kiranya Tuhan senantiasa memberkati keluarga dan pelayanan Anda. Saya melihat Anda sangat menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan, sambil menjaga anak, melayani juga menulis buku. Kiranya jerih-payah Anda tidak sia-sia.

Terima kasih kepada salah seorang dosen saya Dr. Caprili Guanga yang telah memberikan sedikit kata pengantar, kiranya Tuhan meberkati pelayanannya. Demikian juga kepada Lentera Kehidupan Literatur yang telah menerbitkan buku ini, kiranya melalui sarana ini Kabar Baik boleh terpancar lebih luas lagi. Kepada teman-teman yang tetap mendukung dan seluruh pembaca baik di mana saja berada, terimalah ucapan terima kasih ini, dan Tuhan memberkati senantiasa.
San Jose, Februari 2006
Karena Anugerah-Nya,

Saumiman Saud


Kata Pengantar Dr Caprili Guanga

Kata Pengantar
Tidak banyak Gembala yang memiliki bakat dan karunia untuk menggembalakan jemaat sambil menjadi penulis yang produktif. Saumiman Saud adalah salah satu rekan sepelayanan dan sahabat yang tidak hanya memiliki kualitas pelayanan sebagai Gembala yang baik; tetapi juga sebagai seorang penulis yang mampu menuangkan pikiran dan hatinya dalam tulisan-tulisan popular. Dengan demikian dapat membantu orang-orang percaya dalam pertumbuhan rohani, baik mereka yang baru menjalankan kehidupan rohani atau yang sudah lama menjadi pengikut Tuhan Yesus.
Serangkaian tema dalam buku ini mengandung unsur-unsur penting untuk membantu setiap orang percaya dalam pertumbuhan rohaninya. Salah satu tantangan besar bagi setiap gereja adalah bagaimana mempertumbuhkan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya. Hal ini sangat relevan bagi orang-orang percaya etnis di negera Paman Sam ini di mana jemaat sering terjebak dalam "perlombaan tikus" yang menuntut segala tenaga dan waktu mereka sehingga mengakibatkan menurunnya keinginan untuk hal-hal rohani dan gerejawi.
Saya yakin buku ini dapat menjawab tantangan tersebut dan menyediakan kepada setiap pembaca kesempatan untuk disegarkan kembali kehidupan rohaninya. Tetapi, ini hanya langkah awal dari perjalanan rohani yang harus ditempuh oleh setiap orang percaya yang berkeinginan untuk maju ke level yang lebih tinggi. Buku ini juga dapat membantu setiap orang percaya yang menginkan untuk meningkatkan kualitas hidup rohaninya. Kiranya Anda sebagai pembaca menemukan kembali kebenaran-kebenaran yang memperkaya kehidupan rohani anda melalui setiap halaman dari buku yang kaya akan pengajaran ini. Roh Kudus senantiasa menaungi dan memimpin Anda dalam perjalanan rohani yang berbuah.
Dr. Caprili Guanga
Grace Filipino Church
Virginia, USA

Saturday, May 27, 2006

HIDUP BERKEMENANGAN

HIDUP BERKEMENANGAN
Mazmur 13:1-6

Sering kali di dalam kehidupan sehari-hari kita merasa ragu untuk menceritakan pada orang lain bahwa sesungguhnya kita ini ragu-ragu akan keberadaan Tuhan. Bagaimana kita tidak ragu? Kita merasa telah melakukan cukup banyak untuk Tuhan. Kita berkorban untuk Dia. Kita menghabiskan tenaga , waktu dan pikiran bahkan uang. Tidak jarang pekerjaan dan keluarga menjadi korban juga gara-gara pelayanan di gereja. Lalu apa hasilnya? Justru segala persoalan, permasalahan dan kesulitan masih saja muncul dalam kehidupan ini? Apa kesalahannya? Apa yang kurang beres? Pertanyaan ini kita simpan di dalam hati, tanpa orang lain boleh mengetahuinya. Kita diam seribu bahasa. Kita tidak berani menceritakan kepada siapapun. Resikonya sangat besar.

Kita bisa dicap kurang rohani, kurang beriman. Apalagi yang mengalami persoalan ini adalah pengurus atau majelis gereja. Terlebih-lebih lagi kalau beliau adalah hamba Tuhan. Orang-orang akan mencemooh kita. “Apa-apaan ini? Pengurus gereja namun masih meragukan Tuhan? Bila pendeta sempat mendengar mungkin Anda akan dipanggil dan dikira belum bertobat. Lebih lebih ekstrem lagi Anda diminta ikut kelas Katekisasi ulang.

Tatkala kita berada dalam posisi demikian, dan pada saat-saat kita merasa ragu. Pernahkah kita ragu atas keragu-raguan kita itu?

Mari kita melihat sedikit latar belakang sipenulis Mazmur ini. Setelah Saul mendengar suara para wanita Yerusalem bernyani memuji kemenangan Daud yang mengalahkan raksasa Goliat, maka mulai saat itu juga kehidupan Daud semakin terancam. Bayangkan saja , tatkala ia dengan santai memetik Kecapi menghibur Saul, tiba-tiba saja sebuah tombak menghujam ke arahnya; namun atas perlindungan TUHAN, Daud lolos. Tidak terhenti sampai di situ. Saul dengan berbagai cara hendak menghabisi Daud. Itu sebabnya Daud harus lari pontang-panting, sembunyi di gua-gua. Sementara itu orang-orangnya Saul tidak henti-hentinya menyerang. Itu sebabnya Daud berada pada posisi yang begitu tertekan dan terjepit. Inilah pengalaman pahit yang pernah dijalani oleh Daud.

Mazmur 13 yang ditulis oleh Daud ini berkisar pada persoalan yang hampir sama. Ayat ini dimulai dengan 4 buah pertanyaan? “Berapa lama lagi TUHAN, kau lupakan aku terus menerus? (How long O Lord, will You forgetme forever). Berapa lama lagi Kau sembunyikan wajah-Mu terhadap aku? (How long will You hide Your face from me?) Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku dan bersedih sepanjang hari? (How long must I bear pain in my Soul and have sorrow in my heart all day long?) Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? (How long shall my enemy be excalted over me?)

Pertanyaan yang secara bertubi-tubi dilontarkan oleh si pemazmur membuktikan bahwa beliau merasa berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Kita tidak tahu persis kondisinya pada waktu ia menulis bagian ini. Namun ada dugaan bahwa pemazmur itu takut meninggal dunia, sehingga diperkirakan dia sedang dalam kondisi sakit, coba banding dengan Mazmur 6. Kenapa dan sakitnya apa kita tidak tahu. Bisa saja karena serangan dari musuh sehingga ia bukan sakit secara jasmani, namun sakit mental.

Rupanya pemazmur mulai merasa kuatir , jangan-jangan pengharapannya akan TUHAN itu sia-sia belaka. Imannya tidak dapat pernah mendapat stimulasi dari TUHAN. Doanya belum terjawab. Musuh bertambah banyak mengancam, bahkan saat ini para musuh semakin jaya. Persoalan juga bertambah. Semua kejadian dan keadaan ini yang mengakibatkan pemazmur menjerit dengan suara keras? Berapa lama lagi TUHAN? Kalau kita bandingkan dengan nabi Habakuk, kondisinya juga sama. Orang-orang kafir tiba-tiba menajdi lebih makmur, tanamannya lebih subur. Habakuk juga bingung akan hal ini. Maka ia menjerit “Berapa lama lagi TUHAN”

Kalau kita mau jujur, tanpa disadari kita juga sering menjerit demikian. Tatkala muncul berbagai kekusutan persoalan rumah tangga kita. Ditambah lagi kita mengalami berbagai masalah di kantor, rekan-kerja, kondisi yang tidak menyenangkan. Atau hubungan anatara sesama sanak famili terjadi ketegangan. Atau persoalan ekonomi keluarga yang membuat kita tidak konsentrasi belajar dan bekerja. Nah, persoalan yang bertubi-tubi ini, sering kali memacu kita bertanya pada TUHAN, berapa lagi TUHAN? Kadang hal ini yang membuat kita ragu akan Tuhan.

Salah seorang teman saya yang melayani di Bandung, saat ini sedang berduka-cita. Sebab adik lakinya yang hendak menikah seminggu lagi (mungkin Minggu ini), namun minggu lalu dibunuh oleh orang yang tidak dikenal. Undangan telah dibagikan, semua sudah dipersiapkan, namun kemalangan ini terjadi. Saya dapat membayangkan sang calon pengantin sudah mencoba pakaian pengantin. Mungkin juga rencana honeymoon ke Luar Negeri sudah dipersiapkan. Tetapi, semua sirna, lenyap begitu saja. Dalam kondisi demikain orang dapat mejerit kepada TUHAN berapa lama lagi?

Saya juga bisa merasakan perasaan bagi mereka yang keluarganya mengalami korban gempa di Jogjakarta. Barang kali mereka baru saja bangun pagi, mungkin juga ada rencana-rencana masa depan yang sudah diprogramkan. Namun bencana yang tiba-tiba terjadi seakan-akan tanpa belas kasihan telah menghancurkan segala impian mereka.

Saya kurang tahu apakah Anda pernah bertanya berapa lama kepada TUHAN atau tidak? Kadang dalam perjalanan melayani TUHAN dan tatkala diperhadapkan pada kondisi tertentu saya pernah bertanya demikian. Berapa lama lagi TUHAN? Berapa lama lagi TUHAN , kami sudah berlutut berdoa bahkan juga dengan doa puasa, namun kerinduan jemaat ini akan sebuah Gedung Gereja milik sendiri belum terwujud? Berapa lama lagi Engkau Tuhan membiarkan salah seorang keluarga jemaat di tempat ini menanti terus menerus seorang anak? Berapa lama lagi?

Coba perhatikan kembali ayat 4.
Dalam kondisi kekuatiran , pemazmur kembali berhadapan dengan para musuhnya. Tadinya mereka berimbang, namun sekarang para musuhnya telah melebihinya. Mereka kemungkinan besar mengenyek, menghina dan bersorak-sorak. Itu sebabnya kembali pemazmur berkata “Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati” (NIV menerjemahkan Give light to my eyes, or I wil sleep in death” sedangkan NRSV “ Give light to my eyes, or I will sleep the sleep of death”). Terjemahan dalam NIV dan NRSV memakai “atau”, menunjukkan suatu permohonan pilihan yang menegaskan. “Berikan cahaya atau mati, kira-kira demikian. Ayat ini juga berarti suatu pemulihan (restore), suatu kesembuhan.

Pada saat kita mengalami kesulitan ditambah keterpojokan posisi kita, kadang orang-orang sekitar tidak ada yang dapat mengerti kita. Mungkin mereka juga mengenyek kita dan bersorak akan kegagalan kita. Kita tidak dapat menceritakan pergumulan hidup ini kepada mereka. Satu-satunya cara adalah menceritakan segala persoalan ini kepada Tuhan melalui doa-doa pribadi kita. Kita boleh sepuas-puasnya menceritakan segala hal.

Di beberapa tempat retreat tertentu kadang ada fasilitas bukit untuk kita naik ke sana dan berdoa menyendiri. Waktu itulah kita boleh melampiaskan segala curahan perasaan bagi TUHAN. TUHAN adalah Bapa kita, maka kita tidak perlu sungkan menceritakan kepada-Nya. Saya bersyukur sebagai pendeta, dan tiap minggu diberikan kesempatan berkotbah. Jadi kalau saya melampiaskan pertanyaan-pertanyaan pada TUHAN dalam kotbah tidak masalah. Doa itu bukan sekadar reaksi yang wajar dari orang benar terhadap berbagai kesukaran, namun doa juga merupakan obat mujarab melawan kesesakan hidup. Pernahkah Anda merasakannya?

Terlihat sekali berbagai tuntutan Daud bahwa ia merasa ketidaksabaran menanti jawaban TUHAN. Tuhan seakan-akan bertindak sangat lambat, sementara persoalan datang bertubi-tubi dan cepat. Sama seperti kebanyakan orang, kita lebih senang minta agar TUHAN dengan segala kuasanya menghentikan segala persoalan tersebut. Kita sering lupa bahwa TUHAN juga sanggup memberikan kekuatan pada kita untuk menghadapi dan menang atas persoalan itu. Ayat 5-6 “ Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku. “

Daud mulai sadar, ia melihat ternyata TUHAN Allah yang disembah itu adalah TUHAN yang penuh kasih setia-Nya (unfailing love). Untuk itu maka respon yang ditujukan pada TUHAN adalah ia harus bangkit dari permasalahan dan kesulitan, bukan tenggelam dan terbawa arus. Hidup manusia begitu rapuh , bukan hanya rapu tetapi hidup kita sekaligus begitu lapuk. Gampang rusak. Ia ibarat mutiara yang harus dijaga setiap saat. Itu sebabnya tanpa Kasih setia Tuhan maka semua itu tidak akan terpelihara dengan baik. Antara hidup Normal dengan tidak jaraknya sangat dekat. Manusia normal jika tidak ada penyerahan total pada Tuhan, maka kehidupannya gampang sekali berubah menjadi abnormal.

Kasih setia Tuhan sangat terlihat di dalam diri Daud, bayangkan saja; berbagai bahaya yang semestinya terjadi di dalam dirinya, namun ia senantiasa terluput darinya. Providensi Tuhan sangat nyata di dalam diri Daud. Itu sebabnya imannya mulai terstimulasi, ia menjadi percaya. Bukan hanya itu, ia juga bersorak-sorak; karena penyelamatan dari Tuhan itu jelas dan nyata. Seorang penafsir mengatakan apabila engkau bangkit kembali di dalam Tuhan maka engkau pasti akan bangkit pula dari keputusasaan hidup ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup yang berkemenangan itu.

Pelajaran rohani yang kita peroleh dari Daud hari ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, bahwa sebagai manusia kita begitu rapuh dan lapuk. Itu sebabnya bila ada tekanan, kesulitan, persoalan, sakit, dan keputusasaan yang menimpa, kita gampang protes dan bahkan marah serta lupa diri . Namun Tuhan kadang membiarkan itu berjalan terus di dalam hidup kita, hingga kita memasuki tahap kedua. Bukan berarti IA meninggalkan kita, IA mau kita benar-benar sadar bahwa kita butuh pertolongan dari-Nya. Memasuki Tahap ke tiga, ini merupakan Tahap penentuan, ternyata Tuhan yang disembah memang benar-benar memiliki kuasa yang dahsyat. IA sanggup memberikan kita kekuasaan menghadapi berbagai persoalan yang sulit, dan bukan hanya itu. IA juga membawa kita menuju kemenangan.

Dalam rangka memperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, kita diingatkan kembali bahwa IA pergi bukan meninggalkan kita begitu saja. Tetapi di sana IA menyediakan tempat buat kita. Suatu jaminan yang pasti. Kalau kita sudah memiliki suatu jaminan dan pengharapan yang pasti seperti ini, maka selama proses perjalanan menuju ke sana apabila mengalami berbagai rintangan dan hambatan tentu tidak masalah lagi.

Kesalahan terbesar dari setiap manusia adalah, kita lebih senang kalau prosesnya dihilangkan. Kita selalu mau mengambil jalan pintas. Namun pernahkah kita bayangkan jikalau Tuhan juga memakai jalan pintas. Pernahkah kita terpikir mengapa suatu hari yang kita lewati itu 24 jam lamanya. Seakan-akan cukup lama. Ada yang merasa bosan. Namun pernahkah kita juga berpikir apa yang akan terjadi seandainya satu hari hanya kita lewati dalam jangka waktu 5 menit. Pada saat itulah waktu berjalan begitu cepat? Kita tidak sempat melakukan sesuatu. Namun dengan adanya proses waktu yang normal saat ini yang disertai segala permasalahan yang kita hadapi, ditambah lagi kemenangan yang kita peroleh. Kita dapat menyaksikannya kepada orang-orang bahwa Tuhan yang kita sembah bukan Tuhan yang tidak berdaya. Tetapi IA adalah Tuhan yang berkuasa memberikan menyelesaikan mandate kepada kita menghadapi masalah dan IA sanggup menyelesaikannya.

Jika malam hari saya hendak berangkat dari San Jose menuju San Francisco, saya butuh lampu mobil. Namun saya tidak butuh lampu yang dapat menyinari dari San Jose hingga San Francisco. Lampu yang saya butuh adalah , lampu yang sesuai jarak pandang saya mungkin sepuluh hingga dua puluh meter saja sudah cukup. Yang penting adalah saya mengerti direction, dan pasti saya akan tiba di San Francisco. Jadi setiap miles saya boleh dituntun oleh lampu tersebut sudah cukup. Demikian juga proses perlindungan Tuhan dalam hidup kita. Kalau hari ini kita melewati hari-hari kita, itu sudah pertanda Tuhan memelihara kita.

Bersyukurlah kita sekarang ini hidup di dalam jaman Anugerah. Tuhan mengutus Yesus senantiasa mendampingi kita. Kuasanya yang dahsyat melampaui alam semesta. Kita sungguh yakin bahwa IA sanggup memberikan kekuatan kepada kita menghadapi segala persoalan. Kalau tidak , maka tidak mungkin IA mengatakan “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. (Matius 11 : 28)

Monday, May 01, 2006

BERJALAN BERSAMA TUHAN

BERJALAN BERSAMA TUHAN
(Mazmur 121 : 1-8)

Mazmur 121 ini termasuk merupakan salah satu “Nyanyian Ziarah”. Mazmur yang dipakai oleh para peziarah dalam perjalanan mendaki Gunung Sion selama pesta-pesta besar pada perayaan hari-hari Kudus. Hingga hari ini Mazmur ini juga dipakai sebagai mengawali sebuah perjalanan.

Dalam Mazmur sering disebutkan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup.
Ia Sempurna.
Kuasa-Nya dahsyat.
Kesucian-Nya teruji.
Kasih-Nya tak terukur.
Keadilan-Nya tak terkalahkan.
Di bagian lain Tuhan juga digambarkan sebagai Batu Karang yang Teguh. Menara pengharapan dan landasan yang kokoh. Inilah gambaran Tuhan kita. Bersyukurlah kita menyembah Tuhan yang demikian.

Tuhan juga Superior atas segalanya. Manusia tidak ada apa-apanya dihadapan-Nya. Tuhan tidak pernah gagal. Dia tidak pernah bersalah. Rencana-Nya Indah. Beda dengan manusia yang penuh dengan kesalahan. Apalagi kalau kita mencoba mencari-carinya, bisa bertubi-tubi dan bergudang-gudang.

Pada saat akhir bulan seperti ini, Polisi sering mencari mangsa. Ketika kita melewati Free Way 880 South. Kemudian memotong Free Way 17, dan exit ke arah jalan San Tomas Epw, sering kali Polisi sudah menunggu di sana, sebab banyak pengendara mobil yang tanpa sadar masih mengendara dengan kecepatan tinggi. Apalagi perjalanannya seakan-akan seperti turun dari gunung. Pada saat itu Polisi banyak megedarkan tiket.

Teman saya yang kerja di perusahan Kartu Kredit juga pernah cerita bahwa dia tidak betah bekerja di sana, mengapa? Karena setiap hari pimpinannya meminta mereka memikirkan teknik menjebak nasabahnya. Dengan demikian keuntungan diharapkan dapat ditingkatkan khususnya dari jebakan denda dan sebagainya.

Beda dengan Tuhan kita, Ia justru datang ke dunia ini MENGHAPUS segala kesalahan kita. Sadarkah anda bahwa kita memiliki Tuhan yang luar biasa ini? Namun mengapa kadang-kala kita seakan-akan tidak mempedulikan-Nya? Mengapa kita mengabaikan-Nya?

Pemazmur sangat mengerti bahwa akan merupakan keuntungan besar bila kita memiliki Tuhan yang sempurna ini. Itu sebabnya di dalam Mazmur nomer 121 ini ia mengungkapkan pada kita bagaimana Tuhan yang sempurna itu ? Apa saja yang dilakukan-Nya? Mazmur yang mengungkapkan pada kita bahwa Tuhan itu MENJAMIN seluruh perjalanan hidup kita.

1. Tuhan sebagai Penjaga kita
(The Lord Is your Keeper)

Tatkala Pemazmur melayangkan matanya ke arah bukit Sion selaku tempat yang dianggap Kudus, yakni bukit Tuhan, seperti yang tercatat di dalam Mazmur 3 :5. Mereka percaya bahwa di sanalah bersemayam Tuhan sang Pencipta itu. IA bertanya dari manakah Pertolongan itu?

Ayat 2 merupakan jawaban yang penuh pasti tentang Tuhan-Nya. Pemazmur ingin menyaksikan bahwa Tuhan-Nya beda dengan tuhan yang disembah oleh nabi Baal. Dalam 1 Raja-raja 18 :27, pada waktu diadakan pertarungan antara Nabi Elia dengan nabi-nabi Baal, para nabi telah menari-nari capek dan lelah, namun api masih belum turun dari langit. Itu sebabnya Elia sempat mengenyek nabi Baal itu, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."

Pemazmur hendak mengatakan bahwa Tuhan Allah yang dia sembah adalah Tuhan yang sepanjang sejarah terus-menerus memelihara. Ayat 4 muncul kata kembarnya yakni tidak terlelap dan tidak tertidur. Dengan demikian di sini ditegaskan lagi bahwa benar-benarlah Dialah Tuhan yang tetap terjaga.

Tuhan yang sebagai penjaga manusia itu konsisten dan komitmennya melebihi seorang ibu yang sedang menjaga anaknya. Sering kali tatkala anaknya menangis ia langsung terjaga, namun tidak jarang karena capek seorang ibu juga tetap tidur terlelap walaupun anaknya menangis. Tahu-tahu sewaktu bangun anaknya sudah basah karena lupa diganti popoknya.

Suatu hari seorang penjaga malam menceritakan sebuah mimpi yang indah kepada tuannya. Ia mengatakan bahwa di dalam mimpinya sang tuan segera mendapat rejeki besar dan sukses. Sang tuan gembira sekali, dan benar hasil mimpinya dalam waktu yang singkat dia sukses besar. Penjaga malam itu diberikan hadiah, namun pada waktu yang sama juga ia diminta supaya berhenti bekerja. Kenapa? Karena ternyata pegawai ini tidak bertanggung-jawab. Tugasnya adalah sebagai penjaga malam, namun ia tidur dan bermimpi.

Tuhan kita adalah adalah Tuhan yang tidak pernah tertidur. Dengan demikian sudah tentu Ia memelihara kita sepanjang sejarah. Ada hal yang sangat penting yang harus kita lakukan karena Ia adalah Tuhan Allah yang tidak pernah tertidur. Ia tahu segala sesuatu yang kita perbuat. Sadarkah bahwa apa saja yang kita lakukan secara langsung di bawah pemantauan Allah? Kalau di kantor, para bos memasang Kamera Tersembunyi di sana-sini, para pegawai tidak dapat berkutik. Mereka tidak berani ngobrol, chatting juga berhenti, apalagi ngemil-ngemil makanan. Kalau bos saja kita begitu takut, mengapa kita tidak takut pada Tuhan?

2. Tuhan sebagai Penaung kita
(The Lord Is Your Shade)

Selain sebagai Penjaga, Tuhan juga sebagai Penaung kita. Tempat kita berteduh. Seperti tatkala panas terik matahari atau hujan deras terjadi, lalu kita memiliki sebuah payung untuk tempat berteduh. Sungguh nyaman sekali. Mazmur 37:23-24 “ TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya”

Tuhan sebagai Naungan kita juga ibaratnya kita memiliki backing yang senantiasa menjaga kita. Yang perlu kita ingat adalah, walaupun Tuhan itu sebagai Penjaga dan Penaung, bukan berarti bahaya di sana sini tidak pernah mengancam. Kalau ada pendeta yang mengajarkan bahwa orang percaya itu bebas dari bahaya dan ancaman, berarti itu pengajaran yang salah. Justru karena banyak bahaya yang mengancam maka kita memerlukan Penjaga dan Penaung (Pelindung) itu.

Ketika Komunis menyerang Korea, mereka berusaha menghapus kekristenan. Dengan darah dingin mereka membunuh 500 orang pendeta dan membakar 2000 gereja. Banyak pendeta berusaha melarikan diri. Tetapi ada seorang pendeta yang mengambil keputusan untuk tetap melayani jemaatnya.

Pada siang hari ia bersembunyi di sebuah gua di lereng gunung, dan malam hari ia kembali ke kota melayani jemaatnya. Pada suatu malam dimusim dingin, terjadilah badai salju yang hebat sehingga ia kehilangan arah. Dengan sekuat tenaga ia mencari jalan menuju ke kota kecil itu, tetapi ia tetap saja kehilangan arah. Namun ketika malam sudah larut ia merasa kedinginan, lapar dan lelah. Tetapi ia maish belum dapat menemukan kota itu.

Pendeta itu kemudian berlutut dan berdoa. “Tuhan Yesus, hidupa dan matiku ada di tangan-Mu, kuserahkan diriku ke tangan-Mua. Aku percaya pada janji-Mu untuk menjaga dan melindungiku.” “ aku tidak sanggup berbuat apa-apa selain berbaring di atas salju dan tidur”. Datanglah dan selimutilah aku, lindungilah aku sepanjang malam ini.” Lalu iapun tertidur.

Ketika paginya ia bangun ia merasa hangat dan enak. Dan tatkala ia mebuka matanya , ia melihat seekor macan yang besar tidur bersamanya sepanjang malam. Pada saat itu ia penuh dengan Roh Tuhan dan kuasa janji Tuhan. Harimu yang besar itu seakan-akan menjadi seekor Kucing yang manis.”

Ceritanya stop di sini. Yang menjadi pokok persoalannya adalah bukan bagaimana cara Allah melindungi umut-Nya, tetapi SIAPA ALLAH yang menjaga dan melindungi Umat-Nya. Dengan demikian kita dapat menyerhakan segala pengharapan kepad Allah kita.

Apa yang men jadi backing anda hari ini? Apakah perusahaan tempat anda bekerja saat ini? Deposito anda di Bank? Stock anda yang banyak itu? Semua itu akan berubah setiap saat. Tetapi Allah, dalam Maleakhi 3 : 6 “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah”

3. Tuhan sebagai Penjaga dan Penaung kita yang kekal (The Lord Is your Keeper and Shade, yesterday, today , tomorrow and Forever)

Di dalam Alkitab kita dikatakan bahwa Tuhan Allah akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan. Ia juga menjaga nyawamu. Dan bahkan Ia menjaga keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya.
“The Lord will Protect you
The Lord will keep your soul
The Lord will Guard your going out and your coming in
From this time forth and Forevermore”

Pemazmur mengatakan bahwa sebagai Penjaga dan Penaung kita yang kekal, Tuhan Allah bukan hanya menjaga kita dari para musuh yang hendak mencelakakan kita. Tetapi Ia juga menjaga kita dari segala macam kesukaran dan problema hidup kita. Kalau kita percaya bahwa Allah kita itu sempurna, itu berati bahwa segala rencana dan rancangannya sempurna. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk cemberut akan kejadian yang tidak menguntungkan.

Tuhan Allah tidak pernah merancangkan kecelakaan bagi kita, namun tidak menutup kemungkinan besar kecelakaan itu terjadi dalam hidup kita. Itu artinya apa? Artinya kalaupun terjadi kecelakaan itu bukan dari Allah. Permasalahannya adalah Allah sering dijadikan “Kambing Hitam” Allah sering dituduh. Kita sering memfitnah Allah.

Rabi Harold Kushner menulis sebuah buku yang sangat laris tentang penderitaan , ia berikan judul “When Bad Thing Happen to Good People”. Buku ini ditulis karena pengalaman pribadinya menyaksikan anak lelakinya yang bernama Harun berjuang melawan penyakit ketuaan yang dideritanya. Tubuhnya masih muda tetapi ia menjadi tua dalam waktu singkat, botak , keriput dan akhirnya meninggal dunia.

Kushner menjelaskan bahwa ia telah belajar banyak tentang kasih Tuhan, namun ia mempertanyakan kuasa Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan itu baik, ia tidak suka melihat kita menderita, namun bagi Kusher sayangnya Tuhan itu tidak mempunayi kuasa yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia ini, terutama masalah yang dialami anaknya. Ia mengatakan bahwa jika kita mengharapkan Tuhan menolong kita keluar dari penderitaan, sepertinya terlalu banyak yang kita tuntut dari Dia. Lebih lanjut Kushner mengatakan Tuhan itu tidak mampu, maka jangan paksakan Dia. Pendapat Kushner sepertinya benar? Itu sebabnya bukunya menjadi laris bagi orang-orang yang sedang mengalami penderitaan dan kecewa pada Tuhan. Namun apakah hal ini benar?

Tatkala Ayub menderita, Tuhan Allah tidak mengatakan pada Ayub, maaf atau sorry Ayub; ini adalah masalah dirimu sendiri, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan Aku. Atau Tuhan juga tidak katakan “Aku ingin sekali membantumu, namun Aku tidak mampu” Oh, Tuhan tidak berkata demikian.

Tetapi Ia justru berkata pada Ayub dalam pasal 38-41 , bahwa segala Kuasa ada pada-Nya, panjang lebar Tuhan Allah menguraikan nya pada Ayub. Hingga akhirnya Ayub berkata. Lihat Ayub 42 : 2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” Ayub 42 : 5 “ Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau, Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku, dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu”

Philip Yance bertanya, jika Tuhan itu memang terbatas kemampuan-Nya, mengapa Ia memilih situasi yang terburuk di mana kuasa-Nya diperlukan untuk menjelaskan tentang kuasa-Nya? Elie Wiesel seorang Yahudi yang lahir di Rumania, ia juga seorang pemenang Nobel thn 1986 berkomentar demikian “ Jika benar Tuhan yang digambarkan Kushner seperti itu, maka saya pikir Ia harus mengundurkan diri dan membiarkan seseorang yang lain menggantiakn posisi-Nya sebagai Tuhan.”

Tuhan Allah yang kita sembah tidak seperti yang digambarkan Kushner, bukan? Ia Tuhan yang kekal. Ia yang menjaga dan menaungi kita untuk selama-lamanya. Bagi orang yang berjalan bersama Tuhan, tidak ada keraguan jika ia gagal. Tidak ada kecemasan kalau kita tidak berhasil. Tidak ada penyesalan kalaupun kita susah. Karena rancangan Allah selalu indah pada waktunya. Rom 8:28 Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya. (BIS)

Tuesday, April 18, 2006

KEBANGKITAN KRISTUS : REAL ATAU MIMPI

KEBANGKITAN KRISTUS : REAL ATAU MIMPI

( Lukas 23 : 56b s/d 24 12, 1 Kor 15 : 17)

Kematian itu adalah musuh besar manusia. Itu sebabnya dengan berbagai cara manusia berusaha menghindarnya. Jikalau muncul gejala sakit, kita cepat-cepat mencari obat, apabila tidak sembuh maka dokter yang dicari. Mengadakan diet yang ketat supaya tubuh stabil. Giat berolah raga supaya tetap sehat. Minum vitamin supaya awet muda dan sebagainya. Semua ini untuk melawan atau paling sedikit mencegah kematian dini.

Demikian juga dengan Tuhan Yesus. Sebagai manusia Ia juga bergumul dengan kematian. Kalimat yang Ia mengucapkan, kalau bisa cawan ini berlalu dari pada-Nya. Yang artinya jikalau memungkinkan Jalan Salib ini tidak perlu ditempuh. Di Taman Getsemani Ia berdoa dengan peluh bercampur darah. Tiga kali berturut-turut Ia berdoa untuk permohonan yang sama, hingga akhirnya Ia menyerahkanNya di dalam kehendak Allah.
Di saat-saat yang menggentarkan itu, muncul salah seorang murid-Nya yang bernama Yudas Iskariot. Ia mengantar para tentara untuk menangkap Yesus. Pada malam itu juga Yesus diseret ke pengadilan. Ia diadili dengan cara yang paling tidak adil. Ia dicambuk dengan cambuk yang bermata kail, hingga kulitnya remuk. Ia disiksa dengan paksa, Ia ditendang dan diterjang. Ia diludahi dan dihina. Dan akhirnya, demi kepentingannya Pilatus akhirnya memutuskan menyalibkan Dia dan membebaskan Barabas si penjahat itu.

Bukit Golgota merupakan saksi sebab di sinilah Yesus disalibkan. Salib yang bagi orang dunia suatu penghinaan dan kekalahan, namun bagi Tuhan Yesus justru kemenangan. Mengapa? Karena Yesus bukan hanya mati disalibkan, tetapi Ia juga bangkit dari kubur. Alkitab mencatat, tatkala pagi-pagi buta, para wanita menuju ke kubur Yesus. Mereka bermaksud hendak merempahi mayat Yesus. Namun apa yang terjadi? Batu penutup kubu telah bergeser dan kubur-Nya terbuka. Yesus tidak ada di dalam. Lukas 26 : 6 mencatat “ Ia tidak di sini, Ia telah bangkit”

Apa arti Kebangkitan ini bagi kita? Saya mencatat ada 3 hal, yakni : Kebangkitan Kristus ini ini real, bukan iluminasi atau angan-angan. Kedahsyatannya melampaui segala-segalanya. Ada 3 hal yang akan kita lihat pada bagian ini. Kebangkitan Kristus menunjukkan :

Kebenaran Melampaui Dusta

Tuhan Yesus mengajarkan Kebenaran, tetapi justru Ia ditangkap dan dibunuh kareana Kebenaran ini. Ia dituduh dengan tuduhan palsu. Dunia yang penuh dusta sering membuat kita juga merasa demikian. Tidak jarang kita mendengar di dunia ini lebih gampang mendirikan Night Club dari pada gereja. Tidak jarang kita menemukan orang yang berbuat baik justru dirugikan. Ketika ada orang yang berlaku jujur justru disakiti. Sehingga ada orang mengatakan, jika saya berbohong justru tidak terjadi apa-apa, namun ketika saya jujur malah dipermasalahkan dan dipersulit. Lalau kita harus bagaimana?

Kebangktan Tuhan Yesus itu real. Jika kita tidak membuktikannya-pun, kebangkitan-Nya tidak dapat disangkal. Namun, kalaupun harus dibuktikan maka kita dapat menyampaikan dengan beberapa argumentasi :

Kubur Kosong boleh dikatakan bukti yang cukup nyata. Namun bagi orang yang tidak percaya tentu akan mengatakan bahwa mungkin Yesus pergi ke kubur yang salah. Atau Yesus hanya pinsan sehingga mayatnya dicuri oleh murid-murid-Nya. Tetapi bukankah para pengawal tidak mungkin menjaga kubur yang salah? Kubur itu ditempel materai. Walaupun pengetahaun kedokteran tidak secanggih saat ini, namun orang-orang yang menyalibkan Yesus itu bukan orang yang bodoh, sehingga mereka tidak dapat membedakan orang mati atau pinsan. Justru dusta para penjaga kubur yang harus dipertanyakan? Mengapa mereka sebagai penjaga tidak berusaha melawan “si pencuri” mayat itu? Bukankah murid-murid Yesus itu tanpa senjata? Lagi pula sebagai penjaga semestinya mereka yang bertanggung jawab atas pencurian ini, paling sedikit mereka yang ditangkap? Namun kenapa hal ini tidak dilakukan? Apa yang terjadi dibalik itu? Bukankah ini hanya dusta?

Ciuman maut Yudas Iskariot di Taman Getsemani dan 30 puluh keping perak uang yang sempat disentuhnya, tidak sanggup melumpuhkan Yesus. Paku di tangan dan kaki Yesus, tombak di perut-Nya kematian-Nya di atas kayu salib bahkan batu penutup kubur tidak dapat menahan kebangkitan-Nya. Makanya rasul Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 15 :17 “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sia kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”. Jika Tuhan Yesus tidak bangkit,. Maka hari ini kita telah dibohongi secara besar-besaran. Sia-sialah pengorbanan murid-murid Yesus, sia-sisalha pengorbanan para misionaris. Dan sia-sia kita percaya kepada-Nya.

2 Kebaikan Melampaui Kejahatan

Kejahatan atau dosa ingin membinasakan Tuhan Yesus. Namun Yesus bangkit dan itu menandakan bahwa terbatasnya kejahatan itu. Dunia berusaha meruntuhkan Iman kita, namun kebangkitan Yesu justru meningkatkan iman kita. Banyak sekali cara yang dilakukan orang untuk menggoncang iman kita. Ada teolog yang menganggap Kebangkitan Tuhan Yesus tidak penting. Ia bahkan mengatakan bahwa kebangkitan hanya mitos. Lalu muncul Dan Brown yang menulis novel Da Vinci Code. Beliau mengatakan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena, padahal Alkitab tidak menulis hal itu. Ditambah lagi belakangan ini dengan santernya muncul Injil Yudas. Tidak tahu apa motivasi mereka yang sesungguhnya, tetapi kemungkinan ingin menggoyahkan Iman orang percaya.

Namun segala kejahatan yang berlabel “rohani” ini tidak sanggup menggoyahkan atau meruntuhkan iman kita. Karena kebaikan Tuhan Yesus yang telah bangkit ini melampaui segala perbuatan jahat itu. Untuk menyatakan diri sebagai orang percaya yang sejati maka ia harus mempraktekkan perbuatan baik, karena tanpa kebaikan maka sia-sia iman kepercayaan kita. Di atas kayu salib Yesus memperlihatkan integritas-Nya. Kepada orang-orang yang menyalibkan-Nya, Ia berkata “Ya Bapa Ampunilah mereka sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” Ia mengasihi mereka, Ia mengampuni mereka, bahkan Ia menerima seorang penjahat yang bertobat.

Bagaimana dengan kita? Bagaimana caranya kita menghadapi orang-orang yang selalu berbuat jahat pada kita? Apakah saat ini kita sedang melakukan pembalasan atau tuntutan pada mereka? Bagaimana cara mempertanggung-jawabakan diri kita sebagai orang percaya? Iman itu tidak kelihatan, justru yang terlihat itu adalah perbuatan kita. Bagaimana seseorang dikatakan beriman jikalau kenyataannya tidak disertai perbuatannya? Jikalau keangkitan Tuhan Yesus telah mengalahkan kejahatan. Mengapa kita masih berada dalam posisi yang kalah?

Kasih Melampaui Dendam

Dunia benci Yesus, tetapi Allah mengasihi dunia ini. Itu sebabnya di dalam Yohanes 3 :16 kita dapat membaca “Karena Begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya tunggal supaya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hiduap yang kekal”

Kasih Allah adalah kasih Agape, kasih yang walaupun (uncondisional love). Jadi walaupun IA disakiti, dihina,didera, bahkan disalibkan, Ia tetap saja mengasihi mereka yang meyalibkan Dia. Tuhan Yesus tidak menyimpan dendam, IA tidak memperhitungkan kesalahan. Kasih yang dipraktekkannya telah melampaui segala dendam yang ada.

Mari kita diam sejenak. Coba kita evaluasi diri kita. Pernahkah kita mencoba menghitung seberapa kali kita mengasihi orang-orang yang menyakiti kita dibandingkan dengan membalasnya kembali? Kadang mungkin kita tidak berani secara langsung mebalasnya, karena orang yang menyakiti kita itu adalah atasan kita. Namun dengan menyimpan kekesalaan di hati saja sudah termasuk membalas dendam bukan? Dan terlalu sering kita melakukannya.

Baru-baru ini saya menerima sms dari seorang kawan, yang memberitahu perihal sekelompok anak Tuhan yang di dalamnya juga ada hamba Tuhan sedang menuntut seorang gembala sidang ke pengadilan. Apakah ini merupakan hadiah paska baginya?. Jikalau yang dituntut itu karena kriminal tentu tidak masalah, namun jikalau Ia dituntut karena pelayanan; maka kita perlu bertanya-tanya? Ada apa gerangan?

Kadang kemerosotan orang percaya bukan karena pihak luar, tetapi karean ulah dan prilaku kita sendiri. Ingat, orang percaya bukan “badut” yang siap ditertawai oleh orang-orang., tetapi ia adalah teladan yang mesti dicontoh dihargai karena integritasnya, komitmennya, karakternya, kejujurannya dan kebaikan serta kesuciannnya. Kadang hanya gara-gara segelintir “oknum” telah merusak seluruh komunitas orang percaya itu secara menyeluruh. Jangan mengotori karya Agung Kebangkitan Tuhan Yesus, Kasihnya melampaui dendam. Jadi jika Anda menyimpan demdam maka Anda yang perlu dipertanyakan?

Melalui Kebangkitanm Kristus ini apa yang dapat kita pelajari hari ini? 1 Kebenaran Melampaui Dusta, 2. Kebaikan Melampaui Kejahatan dan Kasih Melampaui Dendam. Itu sebabnya mari bangkit dan sambutlah kemenangan ini. Bersatu kita bangkit menuju pengharapan yang pasti. Ya pengharapan yang pasti. Real bukan Mimpi,- (Paska 2006)

Friday, March 31, 2006

BERBAHAGIA ORANG YANG SUCI HATINYA

BERBAHAGIA ORANG YANG SUCI HATINYA
(Matius 5 : 8 & Maz 24 : 3-4)

Saya yakin semua orang ingin memiliki standar yang “suci hati”, namun kita tidak sanggup karena kehidupan manusia sejak dahulu telah dicemari oleh dosa sehingga sangat sulit mencapai stadar ini. Itu sebabnya satu-satunya cara yang ditempuh adalah meminta pertolongan Tuhan Yesus.

“Suci hati” terdiri dari dua kata, yakni kata “Suci” yang sering diterjemahkan dengan kata murni. Murni juga berarti dipisahkan dan ditempatkan ke tempat yang khusus., jadi lebih menuju kepada yang seteril. Seperti orang yang menambang emas, ada usaha keras untuk memisahkan emas dari lumpur dan pasir. Sedangkan kalau “Hati” itu urusan yang di dalam dan ini biasanya menyangkut tiga hal, yakni Pikiran, Kehendak dan Emosi. (coba bnd Maz 24 : 3-4)

“Manusia melihat apa yang di depan mata, namun Tuhan melihat hati” (1 Sam 16 :7). Kesucian dan kemurnian hati seseorang tidak dapat dipantau oleh mata manusia ataupun alat-alat kedokteran yang secanggih apapun, hanya Tuhan saja yang dapat memantau kita. Kepada manuisia kita dapat mengelabui, namun jangan sekali-kali kepada Tuhan.

1. Pikiran

Ketika pikiran kita jahat, otomatis mempengaruhi hati kita berbuat jahat pula. Itu sebabnya maka kita tidak dapat terlepas begitu saja antara pikiran dan hati. Pikiran kita sering kali dikotori dengan hal-hal yang negatif. Terlihatlah di sana motivasi yang tidak murni, sehingga menjadi tidak suci. Kalau pikiran kita baik, otomatis yang kita kerjakan juga baik. Yesus mengatakan justru hanya dengan pikiran kita saja kita telah berbuat dosa. Jadi apabila kita tetap hendak mempertahankan hidupa suci, maka kita harus membereskan pikiran kita terlebih dahulu.

Ketika Daud sudah menghampiri Batsyeba isteri Uria itu, maka ada ketakutan tersendiri dalam dirinya, karena ternyata Batsyeba itu hamil ( 2 Sam 11: 4 -5) Itu sebabnya ia memanggil Uria kembali dari medan perang, dengan maksud agar Uria itu boleh menginap satu dua malam di rumah (2 Sam 11 : 8). Dengan demikian maka kehamilan Batsyeba tidak menjadi masalah. Inilah pikiran yang tertanam di hati Daud. Kelihatannya apa yang dilakukan oleh Daud itu baik, namun motivasinya jahat.

Celakanya Uria itu sangat tulus dan setia pada Daud, sehingga walaupun ia pulang namun ia tidak menginap di rumahnya tetapi ia tetap siaga menjaga sang rajanya. Bahkan suatu malam diadakan pesta dengan maksud agar Uria mabuk , lalu secara tidak sadar ia pulang ke rumah, namun Uris tetap saja nginap di Istana. Dasar pemikiran Daud sudah jahat, maka akhirnya ia mengirim Uria ke medan perang dan dipasang pada barisan terdepan.

Singkat cerita gugurlah Uria. Dalam keadaan begini juga Daud masih mengatakan sudah biasa kalau orang mati dalam suatu peperangan. Pikiran yang jahat akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang jahat pula. Jadi bahaya sekali orang yang hatinya tidak suci.

Beberapa waktu yang lalu kita sempat kaget mendengar berita bahwa ada seorang aktifis yang menghabiskan nyawa pendetanya hanya karena ia dilarang memakai fasilitas gereja untuk berpacaran. Mestinya sebagai anak Tuhan ia akan menerima dengan rendah hati teguran ini dan tingkah lakunya diperbaharui. Namun yang terjadi justru terbalik, ia malah pergi membunuh pendetanya. Hati yang jahat menghasilkan pemikiran yang jahat pula. Dan melalui pemikiran yang jahat tercipta perbuatan yang jahat, sehingga banyak orang percaya jatuh dalam keadaan demikian.

Mungkin tendensi kita belum sampai bunuh membunuh, tetapi kalau sebagai anak Tuhan di dalam hatinya ada tersimpan rencana mencelakakan orang lain, maka kita perlu pertanyakan kekristenannya. Ketika ada ornag merugikan kita, ketika ada orang yang menyakiti hati kita, ketika ada orang yang mengkhianati kita bahkan ketika ada orang yang merebut kedudukan kita. Apa yang kita lakukan terhadapnya? Orang percaya semestinya memiliki pikiran yang jernih dan kokoh, ia tidak akan tergoyahkan hanya karena ada orang yang berbuat jahat kepadanya.

2. Kehendak

Allah memberikan kepada setiap ciptaan-Nya kehendak bebas, namun bukan berarti ia dapat sebebas-bebasnya melakukan segala sesuatu. Saya senang sekali dengan definisi kehendak bebas kita sebagai suatu kehendak yang mengakibatkan kita bebas untuk memilih yang baik dan menjauhkan yang jahat.

Orang yang “Suci Hati”nya tentu memiliki kehendak yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kitau sering mendengar orang-orang yang selalu ingin menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Tuhan, itu tidak salah. Namun yang terjadi adalah, kadang ada orang yang memaksa kehendak Tuhan itu agar sama dengan kehendaknya. Ini yang menjadi masalah.

Rasul Paulus secara manusia ia mengehendaki agar penyakit yang di deritanya segera sembuh, namun Tuhan tidak pernah menyembuhkan penyakitnya (2 Kor 12 : 7) . Tuhan Yesus secara manusia ingin agar cawan penderitaan itu berlalu dari kehidupan-Nya, karena Ia tahu itu sangat menyakitkan. Namun Tuhan Yesus ternyata harus menjalani penderitaan tersebut. Makanya di dalam doa Tuhan Yesus di taman Getsemani Ia berkata “ Biarlah Kehendak-MU yang jadi bukan kehendak-Ku”

Sebagai anak-anak Tuhan kita mesti demikain bukan? Doa yang diajarkan Tuhan Yesus juga menyebutkan bahwa “Jadilah Kehendak-Mu” , mengapa kita mesti memperjuangkan jadilah kehendakku? Orang yang suci hatinya selalu mengutamakan kehendak Tuhan, ketimbang kehendak diri sendiri. Jikalau semua orang percaya melakukan hal ini, tentu di gereja tidak pernah ada pertikaian lagi. Yang sering terjadi adalah kehendak pribadi yang ditonjolkan, sehingga tercipta pertikaian.



3. Emosi

Idealnya orang percaya itu harus memiliki emosi yang stabil, karena berasal dari hati yang suci. Namun karena pencemaran dosa yang begitu dahsyat sehingga di dunia ini juga terjadi orang-orang pecaya yang emosinya tidak stabil. Memang ada berbagai alasan yang dikemukakan untuk membenarkan dan untuk memaafkan diri sendiri apabila emosi seseorang itu tidak stabil. Mengkambing-hitamkan penyakit darah tinggi, stress, pekerjaan menumpuk, masalah keluarga dan sebagainya, dengan demikian kalau seseorang itu “emosisnya tidak stabil” boleh dimaklumi.

Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita ini harus cepat mendengar dan lambat berkata-kata. Tuhan menciptakan telinga kita dua dengan mulut satu juga ada makna rohaninya. Ia ingin agar kita lebih banyak mendengar dan lambat bicara, dan juga tidak lekas marah. Seorang penulis mengatakan bahwa orang yang lekas marah maka hasilnya selalu malu. Kemudian hari ia akan menyesal dan minta maaf.

Salah satu kelemahan Dauda adalah ketika ia merasa terhina oleh Nabal, maka ia begitu cepat sekali naik darah, sehingga dengan emosi tinggi ia hendak mebunuhnya. Namun untunglah ada Abigail isteri Nabal yang datang dengan lembut dan meminta belas kasihan padanya ( 1 Sam 25 : 9 – 30). Orang yang sedang emosi tinggi, tidak boleh mengambil keputusan penting, hasilnya kebanyakan merugikan orang lain dan mencelakakan. Semestinya ia harus menungggu hingga emosinya stabil, baru boleh memutuskan sesuatu. Orang Kristen tidak seharusnya memiliki model yang begini. Terutama Anda yang sebagai pengurus atau majelis di gereja, sering kali emosi yang tidak stabil menghasilkan keputusan-keputusan pelayanan yang tidak rohani.

Kalau kita hendak menjadi orang percaya yang berbahagia, maka hati kita perlu suci, karena dengan hati yang sucikita tidak menyimpan sesuatu yang hendak merugikan dan mencelakakan orang lain. Istilah nya “tidak ada udang di balik batu” Namun hati yang suci senantiasa hendak membuat orang lain bersuka-cita dan menikmati hidup yang lebih baik. Kalau hati kita tidak suci, maka pikiran kita, kehendak kita, dan emosi kita selalu diwarnai dengan kejahatan dan ketakutan, maka jelas sekali hidup kita tidak akan tenteram. Bila hidup seseorang tidak tenteram, bagaimana mungkin ia berbahagia. Sangat masuk akal bukan
?

Sunday, March 19, 2006

SEBUAH PENGAMPUNAN

SEBUAH PENGAMPUNAN


“dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku”. (Filemon 1 :11)


Jikalau Filemon bukan pengikut Kristus yang sejati, maka persoalan yang dialaminya sangat gampang diselesaikan. Ada seorang budaknya yang mencuri barang, sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku maka si budak tersebut harus dibunuh, maka sesudah itu habis perkara. Atau kalau Filemon tidak mau melakukannya sendiri ia bisa membayar orang untuk melakukannya. Yang menjadi sulit karena Filemon ini adalah orang percaya, istilah kita Filemon itu orang Kristen. Itu sebabnya dalam hal ini Filemon tidak ada pilihan lain. Ia telah belajar bagaimana mengasihi, maka ia harus mempraktekkan kasih. Ia bahkan belajar juga tentang bagaimana mengasihi musuh, maka ia harus melakukannya juga. Makanya kalau kita ketemu ada orang yang mengaku percaya pada Tuhan Yesus pada hari ini, namun ia masih melakukan tindakan “balas dendam”, kita tentu pertanyakan kekeristenannya. Saat ini muncul sebuah pertanyaan penting, mengapa Filemon harus mengampuni budaknya itu?

1. Filemon harus mengampuni, karena Tuhan Yesus juga telah mengampuni nya.

Firman Tuhan mengajarkan kita harus mengampuni musuh bahkan orang-orang yang menganiaya kamu. Hal ini sudah Tuhan Yesus praktekkan ketika Ia hidup sebagai manusia di dunia ini. Bahkan ketika suatu hari Petrus bertanya kepada Yesus harus berapa kali kita mengampuni orang lain. Yesus seakan-akan memberikan jawaban kepada Petrus bahwa kita selama-lamanya harus mengampuni orang lain. Perhatikan Matius 18 :22 “ Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”.

Makanya Filemon sangat bergumul terhadap kasus ini. Apabila ia melakukan kesalahan di dalam mengambil tindakan, maksudnya bila ia memutuskan hal yang bertentangan dengan pengajaran Yesus, maka akan mempengaruhi orang-orang percaya pada waktu itu. Paling sedikit terhadap jemaat yang berada di dalam rumahnya.

Sebenarnya tradisi masyarakat Yunani –Roma tidak ada kamus kalau harus ada perasaaan takut kepada “budak” yang berontak. Sang tuan sebebas-bebasnya melakukan apa saja terhadap si budak itu. Namun kalau Filemon tidak melakukannya, bukan berarti ia takut pada budak itu. Tetapi lebih dari itu ia takut pada Tuhan yang dilayaninya. Itu sebabnya maka kita lihat Onesimus berhasil menghindari hukuman yang semestinya .

Filemon bukan orang Kristen biasa atau istilah kita Kristen KTP, namun ia seorang yang aktif terlibat di dalam pelayanan di Kolose. Itulah sebabnya maka rasul Paulus menyebutnya sebagai “teman yang setia” dan “teman sekerja”. Panggilan ini juga sebagai suatu penghormatan kepada Filemon. Rupanya selain ia seorang Kristen, karakter hidupnya juga baik. Tidak semua orang Kristen yang memiliki karakter yang baik seperti Filemon. Kekristenan menjadi distorsi kadang bukan karena ulah orang-orang luar, namun sering kali karena ulah orang-orang Kristen sendiri yang tidak menjadi contoh.

Bukan itu saja, selain isterinya Apfia dan anaknya Arkhipus, juga ada kaum wanita dan jemaat lain yang aktif di dalam pelayanan bersama Filemon. Itu sebabnya jikalau Filemon mengalami pergumulan tentu hal semacam itu pernah di ceritakan juga pada rekan-rekan pelayanannya. Iman kepercayaan seseorang akan bertumbuh dan semakin teguh bila mendengar kesaksian dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang memuliakan nama Tuhan. Sebaliknya bila ada peristiwa-peristiwa yang tidak memuliakan nama Tuhan terjadi tentu sangat berdampak terhadap kehidupan rohani orang-orang Kristen lainnya. Sebagai salah seorang pelayan Tuhan dalam hal ini pasti banyak mata yang sedang menyoroti kehidupan Filemon. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi Filemon sudah tentu perlu disingkapi dengan berbagai pertimbangan. Apabila ia salah mengambil keputusan, sangat mempengaruhi pelayanannya pada masa mendatang..

Sebagai budak Filemon, tentu Onesimus sangat beruntung. Sudah pasti ia diperlakukan sangat baik oleh sang tuan. Namun kita tidak tidak tahu pergumulan apa yang dialami oleh Onesimus sehingga ia kesalahan yakni mencuri barang milik Filemon, dan nampaknya Filemon masih menutup sebelah mata. Sehingga memungkinkan Onesimus melarikan diri. Untungnya tatkala Onesimus melarikan diri ia mencari orang yang tepat yakni rasul Paulus yang waktu itu masih di penjara tahanan rumah. Sebenarnya sesuai dengan hukum yang ada pada waktu, menyembunyikan seorang budak yang melarikan diri juga termasuk suatu kesalahan besar. Dan kalau hal ini dilakukan oleh Paulus, sangat memungkinkan di dalam hati Paulus tersisa suatu pengharapan yang pasti bahwa Onesimus itu masih dapat diselamatkan. Mengingat kembali dirinya sendiri yang diubah Tuhan begitu luar biasa, tentu tidak menutup kemungkinan hal ini berlaku bagi Onesimus.

2. Filemon harus mengampuni, karena kehidupan budaknya sudah diperbaharui.

Kalau kita ditanya bagaimana Onesimus dapat bertemu dengan Paulus, maka secara pasti caranya kurang jelas namun ada yang memperkirakan kemungkinan besar Epafras sang pendiri dan gembala sidang di Kolose (Kol 4 :12) yang memperkenalkannya kepada Paulus. Mereka bertemu di rumah “sewa” Paulus di Roma (Kis 28 :30). Dan di sanalah Paulus memimpin Onesimus percaya kepada Tuhan Yesus. Arti nama Onesimus itu sendiri adalah berguna, namun yang berguna ini telah menjadi tidak berguna karena mencuri barang tuannya (ay 18). Memang benar kata pribahasa, “gara –gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Nama baik Onesimus telah rusak karena ia melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi sang tuan. Dalam kondisi yang demikian tentu ia telah kehilangan kepercayaan. Namun karena Onesimus sudah bertobat, maka saat ini dia bukan lagi Onesimus yang “tidak berguna” tetapi ia menjadi “sangat berguna”. Itu sebabnya, Filemon tidak punya alas an lagi untuk menghakimi Onesimus.

Dengan kesetiaannya bersama-sama dengan rasul Paulus dan juga keakrabannya dengan Paulus, bahkan Paulus telah menganggapnya sebagai anak rohani ( Fil 1 : 11-13). Paulus merasa sudah saatnya ia wajib mengembalikan Onesimus pulang, karena hukum Romawi menuntut agar semua budak pelarian itu harus kembali kepada tuan mereka. Bagi Paulus saat ini merupakan saat yang tepat, itu sebabnya bersamaan dengan Tithikus menuju ke Kolose digunakan Paulus untuk mengirim kembali Onesimus ini.

Paulus tidak pernah memaksa Filemon menerima Onesimus kembali, karena bagi Paulus apabila Filemon secara terpaksa menerima Onesimus tidak ada gunanya, akan menjadi bebannya saja. Padahal kalaupun Paulus mau memaksakan Filemon juga bisa, karena sesungguhnya Filemon sendiri juga hasil buah penginjilan rasul Paulus (1:19). Jadi secara rohani Filemon berhutang juga pada Paulus.

Kita harus mengerti perasaan Filemon. Tidak gampang baginya menerima orang yang pernah menyakiti hatinya kembali kembali. Bukan itu saja, Paulus mengatakan bahwa anggaplah ia sebagai saudara. Lihat Fil 1:16 “ bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan”. Jadi Onesimus yang pernah menyakiti Filemon ini bukan hanya akan tinggal kembali bersama-sama dengan Filemon dan statusnya juga berubah dari seorang budak menjadi saudara. Sekali lagi kalau bukan hanya karena mengingat Anugerah Tuhan yang juga pernah dialmi oleh Filemon, sudah tentu dia tidak sanggup.

Tanggal 10 September 2005 harian sore Sinar Harapan memuat sebuah kesaksian singkat saya yang berjudul Makna sebuah Pengampunan , isinya kira-kira demikian :
“ Kejadian Sabtu itu merupakan peristiwa yang tidak terlupakan, memang tanggal persisnya saya tidak ingat, namun saya ingat tahun 1982. Waktu itu kebetulan saya sebagai guru Agama kelas enam di sebuah sekolah Kristen. Suasana kelas tidak begitu menyenangkan, sehingga kalau kita yang sedang mengajar sering terpancing kemarahan. Waktu itu kebetulan saya baru saja memperingatkan anak-anak supaya tidak berisik, namun kemudian saya mendengar di bangku paling depan ada dua anak wanita tetap saja ngobrol dan tertawa-tawa. Saya tidak dapat menahan emosi, itu sebabnya anak itu mendapat hukuman.
Dasar anak Mami barangkali, sehingga baru dihukum begitu, langsung ia menangis. Ceritanya tidak sampai di sini, tetapi rupanya ketika ia pulang ke rumah melaporkan kejadian ini pada kakak lakinya. Kira-kira jam dua siang , kakaknya datang ke rumah saya, tanpa ba-bi-bu dia langsung melempari batu ke rumah, sesudah saya keluar dan tiba-tiba dia sempat meninju ke arah saya. Saya berusaha menjelaskan duduk perkaranya, namun orang itu tidak mau tahu, ia seperti “kesetanan’ seakan-akan ingin menghancurkan saya. Waktu itu saya sempat sempoyongan, namun tidak terbersit di dalam hati saya untuk membalas, walaupun adik-adik saya sudah siap menyongsong ke luar dari belakang untuk membalas. Saya hanya berkata “ Jangan lakukan itu!! ”. Selesai itu, rumah saya dikerumuni banyak orang, sepertinya ada kejadian yang luar biasa, mereka pada umumnya pengin tahu apa yang sedang terjadi. Ada yang minta saya segera lapor pada polisi, ada pula yang mengatakan minta ganti rugi. Waktu itu saya hanya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya menuntut ganti rugi? Bukankah saya sebagai guru Agama di sekolah, saya orang Kristen; rasanya tidak sesuai dengan iman kepercayaan saya untuk melakukan hal tuntut-menuntut. Itu sebabnya saya memutuskan untuk tidak menuntutnya dan minta ganti rugi.
Dua jam kemudian ayahnya datang ke sekolah, dan dipertemukan dengan saya. Waktu itu dia mewakili keluarga minta maaf atas kejadian ini. Saya terima dan memaafkannya, walaupun sesungguhnya saya tahu di dalam hati bergumul sekali. Sebagai guru Agama saya mengajarkan Firman Tuhan supya mengampuni orang lain, sementara saya diminta menuntut pembalasan, walaupun saya berhak. Saya tidak bisa bayangkan seandainya waktu itu kedua orang adik saya juga ikut-ikutan membalas, bagaimana mungkin saya melanjutkan profesi saya sebagai seorang guru Agama?
Saya bersyukur untuk kejadian ini yang melatih saya sabar dan menahan diri. Bagi saya kejadian ini merupakan suatu kemenangan, di hati saya tidak tidak tersimpan kebencian dan dendam termasuk terhadap anak itu, sebab saya tahu Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni saya, dan Dia juga yang akan memberikan kesanggupan pada saya untuk mengampuni orang lain, seperti yang tertulis di dalam Kolose 3:13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
3. Filemon harus mengampuni, karena sebagai orang percaya ia mesti mempraktekkan Kasih Karunia Tuhan
Filemon menghadapi kasus pergumulan yang cukup berat. Sesuai suarat pengantar rasul Paulus, ia diminta menerima Onesimus di rumah, tinggal bersama dan hidup sebagai saudara, bukan sebagai budak lagi. Itu berarti Filemon harus melupakan semua kejadian pada masa-masa lalu. Itu berarti Filemon harus menerima kembali Onesimus apa adanya. Itu berarti Filemon harus dengan rendah hati menyambut Onesimus. Itu juga berarti Filemon harus berjuang keras melawan unsur manusia di dalam dirinya yang tidak menghendaki pengampunan uini terjadi. Sama seperti yang Tuhan Yesus laakukan terhadap kita, Ia membenci dosa yang kita lakukan, namaun Ia tidak pernah mebenci kita. Kalau hari itu Filemon berhasil melakukan semuanya hanya itu semata-mata karena Kasih Karunia dari Tuhan Yesus yang memberikan dia kekuatan.
Sering kali kita mendengar keluhan dari mereka yang pernah jatuh ke dalam dosa kemudian bertobat, Tuhan Yesus sudah mengampuni dosanya namun orang-orang di sekitar termasuk juga orang –orang di gerja tidak dapat menerimanya. Contoh konkretnya sewaktu rasul Paulus baru bertobat ia juga merasakan demikian, jemaat di Yerusalem takut menerimanya. Namun Barnabas yang percaya akan pertobatan Paulus ia dapat menerimanya (Kis 9 :26-28). Begitu juga sewaktu ada sekelompok orang menyeret seorang perempuan yang berbuat dosa, maka Tuhan Yesus meminta kepada siapa yang tidak berdosa supaya melemparnya dengan batu terlebih dahulu. Namun satu-persatu mundur, tidak ada berani melakukannya, karena mereka sadar bahwa mereka juga adalah orang berdosa. (Yohanes 8 : 7)
Lewis B. Smedes di dalam bukunya yang berjudul Mengampuni & Melupakan (Forgive & Forget) menuliskan ada empat tahap Pemberian Maaf.
Tahap pertama adalah sakit hati; ketika seseorang menyebabkan Anda sakit hati begitu mendalam dan secara curang sehingga Anda tidak dapat melupakannya. Anda terdorong ke tahap pertama krisis pemberian maaf.
Tahap yang kedua adalah membenci ; Anda tidak bisa mengenyahkan ingatan tentang seberapa besar Anda sakit hati, dan Anda tidak bisa mengharapkan musuh Anda baik-baik saja. Anda kadang-kadang menginginkan orang yang menyakiti Anda juga menderita seperti Anda.
Tahap ketiga adalah menyembuhkan; Anda diberi sebuah “mata ajaib” untuk melihat orang yang menyakiti hati Anda dengan pandangan baru. Anda disembuhkan, Anda menolak kembali aliran rasa sakit dan Anda bebas kembali.
Tahap yang keempat adalah berjalan bersama; Anda mengundang orang yang pernah menyakiti hati Anda memasuki kembali dalam kehidupan Anda. Kalau ia datang secar tulus amak Anda berdua akan menikmati hubungan yang dipulihkan kembali.
Filemon memasuki tahap keempat, hubungannya harus dipulihkan kembali dengan Onesimus. Ia mengundang kembali orang yang pernah menyakiti hatinya kembali ke dalam hidupnya. Sekali lagui, Sola Gracia, hanya Anugerah yang memungkinkan semua ini terjadi. Kalau hari ini Anda dan saya sadar bahwa kita adalah orang berdosa, sudah tentu kita tidak akan menganggap remeh orang-orang yang pernah jatuh ke dalam dosa. Beda antara kita dengan meraka hanya, “Dosa yang diperbuatnya sudah ketahuan, sedangkan dosa yang diperbuat kita belum ketahuan”. Tatkala Tuhan Yesus berada di atas kayu salib, salah satu ucapan Agung-Nya adalah “Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” Permisi Tanya beranikan kita membuka hati kita menerima orang-orang yang pernah menyakiti kita kembali? Saya tidak tahu siapa mereka? Mungkin mereka itu adalah orang tua kita? Anak-anak kita? Keponakan kita? Pasangan kita? Amantan pacar kita? Sekali lagi sya tidak tahu siap mereka? Kalau Filemon bisa mengampuni Onesimus maka kita juga semestinya harus bisa melakukannya. Mari teladanilah perbuatan Filemon ini. Mari teladi Tuhan Yesus juga. Sebelum kita datang memohon pengampunan kepada-Nya, sesungguhnya Ia telah mengampuni kita. Lalu, mengapa kita begitu sulit mengampuni orang lain? (Saud’S)

Friday, March 10, 2006

MENJADI SAKSI KRISTUS

MENJADI SAKSI KRISTUS
(Matius 28 : 18-20, Kisah 1 : 8b)

Kita tidak diminta Tuhan Yesus datang ke gereja dengan konsep 5 D. Apa maksudnya? 5 D itu adalah , Datang, Duduk , Diam, Dengar, Duit, tetapi kita perlu 5 P, apa itu? Persiapkan hati, Pikirkan baik-baik, Pelajari Firman Tuhan, Pakailah diri sendiri, dan Pergi menjadi saksi Kristus. Seberapa pentingkankah Menjadi Saksi Kristus?

Sebagai umat Tuhan, sering kali kita lalai akan tugas kita yang paling penting. Kita berpikir apabila telah menghabiskan waktu berjam-jam melayani di gereja itu sudah cukup. Padahal ada suatu tugas yang sangat mendasar, yang harus kita lakukan. Yakni pergi menjadi saksi Kristus. Menyaksikan kepada orang banyak, apa yang Yesus perbuat terhadap diri kita. Menyaksikan Karya dan Kasih Kristus kepada orang-orang yang berada di luar gereja. Apabila kita terlalau santai di gereja, maka sering kalai yang timbul adalah masalah. Namun kalau kita sibuk menjadi saksi Kristus, kita tidak sempat lagi mencampuri urusan orang lain.

Dalam sebuah majalah bulanan Moody diceritakan tentang seorang bernama Peter Stam. Di situ dikatakan bahwa ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi bagi Kristus. Pada suatu hari ia masuk ke dalam sebuah “Lift”. Dalam lift itu Peter Stam hanya berdua dengan wanita petugas lift itu. Peter Stam berkata kepada petugas lift itu; “Kiranya perjalanan anda yang terakhir did lam hidup ini adalah naik (menuju ke sorga), bukan turun (menuju ke neraka)”.

Petugas itu kaget mendengar perkataan itu. Sebagai jawaban, Peter Stam hanya memberikan senyuman manis. Selanjutnya Peter Stam berkata : “Sekarang saya berumur 70 tahun dan tidak lama lagi saya akan bertemu dengan Juruselamat saya. Saya harap saya akan bertemu dengan anda nanti di sana” Inilah kesaksian yang diberikan dengan berani oleh Peter Stam. Kesaksian yang singkat, namun sangat menyentuh hati seseorang. Saya pikir kita juga dapat melakukannya.

Sekarang timbul pertanyaan? Apa itu bersaksi? Mengapa bersaksi itu harus dilakukan? Mari kita lihat apa yang dimaksud dengan bersaksi bagi kristus itu :

Bersaksi adalah menceritakan apa yang kita alami

Setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi. Setiap orang percaya harus mengetahui tugas ini.(Matius 28 : 18-20) Namun tidak jarang kita temukan masih banyak orang-orang percaya yang masih takut bersaksi. Mengapa takut? Apabila kita pergi kepengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar dan omong kosong. Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan sebagainya, sehingga ia takut berbicara.

Mengapa orang Kristen tidak berani bersaksi? Apakah kita sedang percaya pada Juruselamat yang palsu? Apakah kita sedang berada di bawah ancaman? Ingatlah, ayat 18 berbunyi : “Yesus telah menerima segala kuasa baik di sorga dan di bumi” Artinya bahwa, Yesus berkuasa atas segala-galanya.

Biasanya di pengadilan, seorang saksi dihadirkan tugasnya untuk menceritakan dengan jujur dan benar apa yang diketahuinya saja. Ia tidak perlu membela diri, berdebat atau berusaha meyakinkan orang lain. Bahkan ia tidak perlu menceritakan apa yang dialami atau yang diketahui tentang masalah lain. Orang lain mau percaya atau tidak, bukan masalah yang penting saksi tersebut telah menceritakan dengan jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran menjadi salah atau keaslian menjadi palsu.

Sedangkan untuk membela ada tugas orang lain lagi, yang kita sebut dengan pengacara atau pembela. Orang ini dibekali berbagai ilmu dan ahli untuk membela kliennya. Jadi jelas sekali, bersaksi cukup gampang bukan. Ceritakanlah apa saja yang anda ketahui, yang penting ceritakan dengan jujur dan benar.

Konteknya kita sebagi orang percaya, kalau kita diminta menjadi saksi Kristus artinya; kita mesti ceritakan apa saja yang kita alami bersama Tuhan Yesus. Memang saya mengetahui untuk memulainya tidak gampang. Apalagi kadang kita harus menghadapi mereka yang keras kepala dan tegar tengkuk, sehingga menutup telinga ketika mendengar kesaksian kita. Itu sebabnya kita perlu mencari cela-cela dan momen dan kesempatan percakapan yang tepat, sehingga dengan mulus menceritakan kesaksian kita. Kita juga memerlukan adanya cara dan teknik yang memancing agar pintu hati orang-orang boleh terbuka mendengar kesaksian kita.

Saya mencoba memberikan beberapa tips untuk kita., saya yakin setiap kita juga dapat membuat tips itu sendiri untuk memancing diri supaya anda dapat masuk dengan mulus untuk bersaksi.

1. Misalnya ketika anda bertemu dengan seseorang? Maka biasanya kita berbasa-basi dengan berkata Hallo, apa kabar? Mungkin dia akan menjawab Kabar baik? Lalu pasti ia akan bertanya balik pada bagaimana kabar kita? Maka kita bisa menjawab dengan jawaban yang memancing: “Keadaan saya lebih baik dari waktu-waktu kemarin?” Dia bakal bertanya, “apakah anda sakit?” Maka terbukalah kesempatan bagi anda untuk mulai bersaksi. “ Saya tidak sakit, namun semenjak tiga tahun yang lalu saya menerima keselamatan dari Tuhan Yesus, maka hidupku rasanya setiap hari lebih baik dari kemarin”

2. Kalau anda kebetulan naik taksi, lalu hendak memulai pembicaraan anda dengan sang sopir. Mungkin kalimat ini dapat membantu “Saya dengar sangat berbahaya kalau jalan di jalan ini pada waktu malam?” Mungkin iya akan menjawab, iya banyak perampoknya atau apa saja? Lalu kita bertanya lagi, “tahukah anda di mana yang paling aman?” Barangkali ia akan menjawab tidak tahu, satu dia sebutkan satu tempat.. Maka kita dapat mengatakan : “Hidup yang paling aman dalam diri saya adalah adalah semenjak saya menyerahkan pimpinannya kepada Tuhan Yesus “


3. Selain uang dan kartu krediit ada orang yang bangga meletakkan foto-foto keluarganya di dalam dompet. Anda boleh coba itu. Lalu anda keluarkan dompet dan memperkenalkan diri, ini isteri atau suami dan anak-anak. Lalu anda dapat melanjutkannya, namun sesunggunya, sejak 5 tahun yang lalu saya tidak menjadi kepala rumah tangga. Atau semenjak 5 tahun lalau suami saya tidak menjadi kepala rumah tangga, kalau anda seorang wanita. Tentu hal ini mengundang pertanyaan? Mengapa? Maka jawaban kita: “Semenjak saya percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi saya, maka kepala Rumah Tangga kami adalah Yesus Kristus,. Itu sebabnya saya tidak pernah merasa kuatir akan kehidupan keluarga kami baik keuangan, kesehatan , pekerjaan, kemanan dan sekolah anak-anak.”


Bersaksi bukan untuk memenangkan jiwa

Jelas sekali Alkitab mencatat bahwa kita diminta bersaksi. Hanya bersaksi dan tidak ada tugas memenangkan jiwa, walaupun akhirnya ada orang yang dimenangkan bagi Tuhan. “Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung Bumi “(Kis 1 :8b) Kesaksian kita akan Kristus itu tidak hanya dilakukan di dalam lingkungan gereja, tetapi kita akan keluar menerobos komunitas umum. Maksudnya, kesaksian itu akan disampaikan kepada mereka yang menembus ras, bangsa dan bahasa.

Konsep pelayanan yang ada di dalam Matius 10:5-6 agak berbeda. Waktu itu sasaran penginjilannya masih hanya orang-orang Yahudi, maka sekarang sasarannya adalah ‘semua bangsa’! Untuk mencapai ini maka orang-orang percaya pada saat itu mengalami tekanan dan ancaman, sehingga karena pekabaran Injil mereka diancam, ditangkap bahkan dibunuh. Dengan demikian maka diaspora terjadi, para rasul dan pekabar Injil beserta orang-orang percaya harus berpencar ke seluruh penjuru bumi. Itu sebabnya hari ini kita mendapat kesempatan mendengarkan kabar keselamatan itu.

Terlalu egois, kalau kekristenan adalah agamanya orang Yahudi saja. Bahkan ada konsep pemikiran yang salah yang mengatakan bahwa Kristus adalah Juruselamat untuk orang Yahudi saja. Kristus datang ke dunia hendak menyelamatkan semua orang, itu sebabnya Kristus bukan hanya untuk golongan atau untuk bangsa tertentu saja. Tugas kita menjadi saksi buat semua orang di dunia ini.

Kondisi pada jaman itu sebagai saksi Kristus tentu sangat berbahaya, sebab pihak pemerintah Roma tidak segan-segan menangkap mereka. Jadi walaupun bersaksi itu gampang, namun pelaksanaannya cukup sulit. Namun kita perlu bersyukur kalau saat ini kita masih diberi kesempatan bercerita pada orang lain, itu sebabnya maka bersaksilah tentang Kristus. Ketimbang bercerita hal-hal yang tidak berguna, bukankah lebih baik kita menceritakan tentang Yesus. Tugas yang diberikan Tuhan Yesus bukan untuk memenangkan orang, hanya bersaksi. Dan Roh Kudus yang bekerja untuk mengubah hati mereka yang mendengar kesaksian kita. Syukur kalau melalui kesaksian kita ada yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Bersaksi itu mandatnya dari Yesus Kristus

Yesus tidak memanggil kita untuk mati bagi-Nya, hal ini tidak ada gunanya, sia-sia. Tetapi Yesus memanggil kita untuk hidup bagi-Nya, memberitakan Injil-Nya. Pertanyaannya adalah , mana lebih sulit hidup bagi Tuhan Yesus atau mati bagi Tuhan Yesus? Spontanitas ada yang mengatakan mati bagi Tuhan Yesus? Sebab ia merasakan betapa menderitanya mati bagi Kristus itu. Tetapi saya ingin mengatakan kepada anda, bahwa hidup bagi Kristus akan lebih sulit. Sebab seumur hidup kita berjuang untuk Kristus. Kalau mati bagi Kristus gampang saja, mungkin secepat selentikan, kita sudah mati. Namun bila hidup bagi Kristus kita memiliki tantangan dan godaan seumur hidup. Itu sebabnya, tidak kalah penting kehidupan pribadi dari orang yang menjadi saksi ini juga sangat diperhitungkan.

Lihat ayat 19-20: Amanat Agung Tuhan Yesus. Di sana dikatakan “‘Jadikanlah semua bangsa muridKu’. Kalau kita perhatikan di dalam teks bahasa aslinya ‘jadikan murid’ adalah satu-satunya kata perintah dalam bagian ini. Sedang ‘pergilah’, ‘baptislah’, dan ‘ajarlah’ apa yang merupakan tindakan seorang murid. Karena Amanat Agung adalah perintah Tuhan sedangkan Tuhan juga telah memiliki kuasa di sorga maupun di bumi, tentu kita tidak perlu takut lagi menjadi saksi-Nya.

Memang untuk menjadi saksi Kristus kita perlu hikmat, supaya kita tidak terjebak pada orang-orang yang hendak mencelakakan kita sebelum waktunya tiba. Artinya, tatkala di dalam bersaksi itu ternyata ada bahaya yang terjadi, jika memang masih ada kesempatan bagi kita melepaskan diri, tentu dengan hikmat kita mengambil kesempatan tersebut. Kemungkinan Tuhan Yesus akan memakai kita lagi dikesempatan dan waktu yang lain. Tuhan Yesus sendiri sebelum waktunya tiba, Ia tidak akan menyerah begitu saja.

Kalau ada orang bertanya, mengapa kita ngotot menyaksikan tentang Kristus. Maka jawabannya adalah di dalam Kisah 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. Jadi tidak dapat ditawar-tawar lagi, hanya Tuhan Yesus yang paling berkuasa dan siapapun orangnya harus tunduk pada-Nya. 1Yohanes5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

Itulah sebabnya apabila dikatakan bahwa orang yang tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus sebgai Juruselamat pribadinya akan masuk neraka, hal ini bukan menakut-nakuti, tetapi kebenarannya memang demikian. Karena Kristus adalah satu-satunya Juruselamat manusia. Tentu bagi yang tidak mau percaya dan menerima Yesus sebagai Jurusela­mat harus membayar dosanya sendiri. Demi Tuhan Yesus dan kita mengasihi sesama , maka jangan takut menajdi saksi bagi Kristus.

Perintah Tuhan Yesus itu meminta kita “pergi”, dengan demikian kita didorong untuk keluar, bukan hanya tunggu di dalam gereja. Pergi juga berarti, kita harus keluar dari gereja dan menjadi saksi. Di mana , kapan dan untuk siapa saja. Mungkin tempat itu adalah kantor, kampus, pasar, di atas kereta api, bus, pesawat, alun-alun dan ryumah kita sendiri. Sudah dan bersediakah kita menjadi saksi-Nya? Ingatlah, Amamat Agung ini berlaku bagi semua orang yang mengaku percaya pada-Nya.