ANUGERAH YANG DISALURKAN
Engkau dan saya orang berdosa, kita menjadi begitu kotor dan tercemar karena dosa yang senantiasa menyerap masuk ke dalam kehidupan ini, sehingga membuat kita tidak berpengharapan lagi untuk mendapat yang terbaik dari Tuhan Allah. Dosa begitu mencekat membuat manusia kehilangan kemulian Allah, tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan lagi.
Dalam keadaan demikian maka manusia itu tidak mungkin diselamatkan oleh Tuhan. Dosa yang sudah berakar dan berkarat di dalam kehidupan kita terus semakin menjerat. Untung Allah itu mengasihi kita. oleh karena itu IA merancang suatu kebaikan untuk kita. Hanya butuh berharap pada Tuhan Yesus yang mengalahkan dosa-dosa kita di atas kayu salib dan sekaligus memberikan kita keselamatan. Inilah yang kita sering sebut dengan anugerah, kata lain yang sama dengan ini adalah Kasih karunia atau rahmat Allah.
Apa yang dimaksud dengan anugerah itu? Kata “anugerah” ini sendiri menunjuk pada suatu sesuatu yang tidak semestinya diperoleh oleh seseorang, namun diberikan kepada kita hanya oleh karena belas kasihan. Pengertian lainnya, anugerah itu ibarat sebuah hadiah yang kita peroleh dan kita tidak perlu membayar dengan uang, dengan kata lain untuk mendapatkannya tanpa usaha kita atau pengorbanan kita.
Setiap hari kita hidup dengan “anugerah demi anugerah” yang luar biasa. Saya yakin, ada banyak kejadian di dalam hidu kita yang berhubungan dengan anugerah Tuhan. Namun terlalu sering kita lupa untuk mengucap syukur terhadap keadaan itu. Dengan diam-diam momen tersebut dilewati begitu saja. Kita perlu merayakan dengan pengucapan syukur, walaupun tidak semuanya harus melalui perta besar di restoran.
Alkitab yang kita baca berbicara tentang anugerah, yakni keselamatan kita, semua ini bukan karena jasa-jasa kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)
Anugerah apa yang kita lihat dari seorang yang bernama Daud, ketika ia baru menjabat sebagai raja? Apa saja yang dilakukannya teerhadap keluarga raja sebelumnya? Apakah ia membunuh mereka? Atau sebaliknya? Mari kita lihat bersama-sama :
1. Anugerah itu diberikan secara cuma-cuma (gratis)
Perhatikanlah Alkitab kita di dalam 2 Samuel 9 :1 maka “ Berkatalah Daud “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan” (NIV menerjemahkan kasihku ini dengan “kindness” yang berarti kebaikan hati , bermurah hati). “Kebaikan hati” atau “bermurah hati” biasanya diberikan sebagai suatu hadiah yang Cuma-Cuma, tanpa memasang syarat apapun. Sipenerima kebaikan hati ini akan menikmati suatu kemurahan yang tujuannya adalah demi kebaikan diri. Tidak ada sedikitpun maksud untuk mencelakakan orang lain. Kalau tadinya dia kelaparan, maka melalui saluran anugerah kita ia menjadi kenyang. Tadinya ia sedih, sekarang menjadi senang, tadinya tidak berpengharaapn sekarang berpengharapan. Masih banyak lagi perubahan bakal terjadi kalau kita benar-benar menyalurkan anugerah yang kita dapatkan buat yang lain.
Kebaikan hati ini juga merupakan suatu praktek kasih yang tidak bersyarat. Itu sebabnya ketika Daud merenungkan kembali lalu ia bertanya “ Masih adakah orang di seluruh daerah ini kepada siapa aku dapat menunjukkan “kebaikan hati” oleh karena Yonatan? Mengapa Daud ingin melakukan hal ini? Bukankah Daud saat ini sibuk sebagai seorang raja, apalagi saat ini kedudukannya masih baru? Sebab sebelumnya ia telah berjanji pada Saul dan Yonatan, yakni untuk meperhatikan sanak keluarganya kelak ia menjabat sebagai raja.
Coba perhatikan 1 Samuel 20 : 13-14 (Pada waktu itu Daud masih lari dari Saul, tetapi sudah jelas kelihatan bahwa Daud bakal menjadi orang nomer satu di negeri Israel)
Demikian firman Tuhan “Tetapi apabila ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi daripada itu, sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya menyertai engaku, seperti ia menyertai ayahku dahulu. Jika aku masioh hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia (anugerah) Tuhan?”
Suatu tradisi sebenarnya di dalam dinasti-dinasti timur bahwa seorang raja baru mengambil alih, maka seluruh anggota keluarga dari dinasti sebelumnya akan dimusnahkan untuk menghapuskan kemungkinan-kemungkinan terjadi pemberontakan. Jadi di sini Yonatan mengatakan kepada Daud, “Daud, jika kau sudah sampai kepada tahta, sedapat engkau bisa, akankah engkau menunjukkan anugerah kepada keluargaku? Tidak seperti kebiasaan umum dari raja-raja lainnya, akankah engkau mempertahankan kehidupan kami? Akankah engkau menjaga kami dan melindungi kami, sehingga kami tidak dilupakan?
Tanpa sedikitpun menaruh keraguan, maka Daud menyetujui hal ini. Kasihnya kepada Yonatan mendorongnya untuk masuk ke dalam perjanjian yang mengikat dengan sahabatnya. Yang akhirnya secara konsekwen Daud harus pula memenuhi janji ini.
“Janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud.” Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri. (1 Samuel 20 : 16-17)
Kemudian kita akan mengingat, setelah Daud membiarkan Saul hidup ketika berada di dalam gua. Kejadiannya begitu, waktu itu Saul mengejar-ngejar Daud, dengan tujuan satu-satuynya untuk membunuh Daud. Daud harus berlalri dan bersembunyi di dalam gua-gua. Suatu hari ketika Saul kembali mengejar-ngejar Daud, akhirnya ia merasa capek sekali dan tertidur. Pada saat-saat Saul tertidur, sebenarnya ada kesempatan bagi Daud untuk melenyapkan Saul. Namun ia tidak mau membutuh orang yang diurapi Tuhan Allah, itu sebabnya Daud hanya menggunting ujung jubah Saul saja.
Keesokan paginya Saul tetap mau membunuh Daud, namun dari temnpatnya Daud mejerit “ Ayah, Daud memanggilnya demikian karena memang Saul adalah mertuanya, mengapa engaku teru-menerus hendak memburu dan hendak membunuh aku. Padahal kemarin malam jikalau aku hendak mebunuh engkaua maka aku dapat melaksanakannya, namun karena aku melihata engakau adaalh orang pilihan All;ah, maka aku mengurungjkan niat untuk mebunuhmu, aku hanay mengunting ujung jubahmu saja.
Itu sebabnya di dalam ayat-ayat terakhir 2 Samuel 24 ini, terjadi sumpah pengikat janji antara Saul dan Daud:
“ Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu , bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engakau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku datri kaum keluargaku. Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul.. (1 Samuel 24 : 21-23)
Maka Daudpun berjanji baik kepada Yonatan dan Saul (dicatat dalam 2 Samuel 9), kita melihat ia saat ini Daud sedang memikirkan janji itu. Ia hendak memenuhi janji tersebut. Ia bertanggung-jawab terhadap komitmennya.
2. Anugerah diberikan kepada semua orang (tidak pandang bulu)
Coba perhatikan bahwa Daud itu sedang bertanya “Masih adakah seseorang yang tingal kepada siapa aku dapat mendemonstrasikan anugerah oleh karena Yonatan? Pertanyaan ini cukup menarik untuk kita lihat. DAud tidak tidak bertanya “Masih adakah seseorang yang layak..” Masih ada seseorang yang memenuhi syarat? Tetapi ia bertanya masih adakah seseorang? Itu berarti tidak perduli siapa orangnya, yang penting ia masih hidup, yang seharusnya menerima kasih itu. Inilah penerimaan yang tanopa syarat, hanya didasarkan pada anugerah semata-mata.
Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.”Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya” ( 1 Samuel 9 :2-3)
Jikalau anda membaca di anatara barisan kalimat tersebut, anda akan merasakan sesuatu maksud di dalam nasihat yang sesungguhnya Ziba berikan kepada raja,. Kita melihat seakan-akan Ziba mau katakana sebaiknya raja Daud berpikir ulang sebelum melakukan hal ini, karena pria ini tidak kelihatan bagus berada di istina. IA tidak sessui untuk lingkungan ini, ruangan tahta ini, rumah baru yang indah di kota Yerusalem. Kau tahu Daud, ia memiliki cacata dibagian kakinya.
Daud bertanya masih ada seseorang, tetapi penasihatnya menjawab dengan menambah embel-embel dibelakang kalimatnya : Ya….. tetapi cacat kakinya”
Apa respons Daud? Ia tidak bertanya, dimanakah cacatnya? Namun ia terus melanjutkan perkataannya dan bertanya, “Di manakah ia? “ Ia tidak bertanya separah apa dia”? Bahkan ia juga tidak bertanay bagaimna ia bisa cacat? Yang dia tanyakan adalah “Dimanakah pria itu berada?”
Inilah yang saya maksudkan dengan anugerah itu, ia tidak memlih. Anugerah tidak mencari hal-hal yang telah diperbuat yang layak mendapatkan kasih. Dalam konsep Perjanjian Baru kita bisa melihat bahwa anugerah ialah Allah memberikan diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus anak-Nya dengan penerimaan sepenuhnya kepada mereka seseorang yang tidak layak menerimanya dan tidak pernah berusaha dan tidak akan pernah mampu untuk membalas. Hal inilah yang mebuat adegan Daud dan Mefiboset menjadi begitu berkesan.
3. Anugerah diberikan untuk mengangkat harkat dan martabat orang berdosa
Jawab Ziba kepada raja, “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel di Lodebar” (2 Samuel 9 :4).
Istilah nama tempat yang disebut Lodebar ini sangat menarik. “Lo” di dalam bahasa Ibrani artinya “tidak” mdan “debar” berasal dari akar atau kata dasar yang berarti “padang rumput atau tanah yang berumput.” Jadi keturunan Yonatan ini sedang berada di tempat di mana ada ketandusan yang tidak terbayangkan. Ia tinggal di suatu ladang yang tidak terkenal, dan sekana-akan menunggu ajal saja.
Kita tidak tahu kenapa Mefiboset berada di sana? Namaun dari indikasi bahwa kerajaan Saul itu sudah runtuh, maka kemungkinan besar ia bersembunyi untuk menyelamatkan dirinya, dan satu-satunya otrang yang mengetahui Mefiboset berada adalah Ziba ini.
Daud memng tidak bertanya mengapa Mefiboset anak Yonatan ini cacata kakinya, namun kalau anda penasaran dan pengin tahu, mari kita liht di dalam 2 Samuel 4 :4 “Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset.”
Tatkala ia mendengar bahwa Saul dan Yonatan sudah mati, maka inang pengausuhnya mengangkat anak laki-laki yang diasuhnya dan melarikan diri, untuk melindunginya. Karena ia terburu-buru, mungkin ia tersandung, dan anak laki-laki itu jatuh terguling-guling. Sebagai akibat dari kejatuhan tersebut, ia menjadi cacat seterusnya dan tetap bersembunyi sejal saat itu, karena ketakutan akan kehidupannya.
Dapatkan anda bayangkan betapa kagetnya Mefiboset itu? Tatkala raja memanggilnya? Ada apa lagi ini? Pengawal yang dating ke rumahnya berkata “ Raja ingin bertemu denganmu”? Mungkin Mefiboset berpikir, barangkali inilah saat-saat yang terakhir kehidupan itu.
Kemudian orang-orangnya raja Daud membawanya ke Yerusalem, kehadapan raja yakni Daud.
“Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku." (2 Samuel 9 :6)
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." (2 Samuel 9 : 7)
Dapatkah anda bayangkan bagaimana sikap Mefiboset ketika mendengar panggilan raja itu? Namun Daud meyakinkan Mefiboset, bawa dia tetap akan dipelihara oleh kerajaan.
Sepertinya Daud ingin berkata kepadanya begini :”Oh sahabatku Mefiboset, engkau akan mendapat kehormatan seperti yang belum [pernah kau miliki sebelumnyua. Engkau akan menjadi anggota dari keluargaku……. Engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku” (baca dan bandingkan 2 Samuel 9 :8-13)
Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?" Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku." Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: "Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya." Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.
Apa yang bisa kita pelajari dari firman Tuhan hari ini? Setiap hari kita menikmati anugerah Tuhan. Namun anugerah yang kita dapatkan dari Tuhan itu kita kemanakan? Tuhan yang kita sembah tidak menuntut kita memberikan dari apa yang tidak kita miliki, tetapi Tuhan kita menuntut dari apa yang sudah kita miliki, yakni dari apa yang diberikan kepada anda dan saya. Kalau sampai hari ini, anda tidak mendapatkan berkat sama sekali dari Tuhan, maka sebagai hamba Tuhan saya sarankan kepada kita semua, jangan sekali-kali memberikannya pada Tuhan. Namun permisi Tanya. Apakah benar kita tidak memiliki berkat Tuhan itu?
Engkau dan saya orang berdosa, kita menjadi begitu kotor dan tercemar karena dosa yang senantiasa menyerap masuk ke dalam kehidupan ini, sehingga membuat kita tidak berpengharapan lagi untuk mendapat yang terbaik dari Tuhan Allah. Dosa begitu mencekat membuat manusia kehilangan kemulian Allah, tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan lagi.
Dalam keadaan demikian maka manusia itu tidak mungkin diselamatkan oleh Tuhan. Dosa yang sudah berakar dan berkarat di dalam kehidupan kita terus semakin menjerat. Untung Allah itu mengasihi kita. oleh karena itu IA merancang suatu kebaikan untuk kita. Hanya butuh berharap pada Tuhan Yesus yang mengalahkan dosa-dosa kita di atas kayu salib dan sekaligus memberikan kita keselamatan. Inilah yang kita sering sebut dengan anugerah, kata lain yang sama dengan ini adalah Kasih karunia atau rahmat Allah.
Apa yang dimaksud dengan anugerah itu? Kata “anugerah” ini sendiri menunjuk pada suatu sesuatu yang tidak semestinya diperoleh oleh seseorang, namun diberikan kepada kita hanya oleh karena belas kasihan. Pengertian lainnya, anugerah itu ibarat sebuah hadiah yang kita peroleh dan kita tidak perlu membayar dengan uang, dengan kata lain untuk mendapatkannya tanpa usaha kita atau pengorbanan kita.
Setiap hari kita hidup dengan “anugerah demi anugerah” yang luar biasa. Saya yakin, ada banyak kejadian di dalam hidu kita yang berhubungan dengan anugerah Tuhan. Namun terlalu sering kita lupa untuk mengucap syukur terhadap keadaan itu. Dengan diam-diam momen tersebut dilewati begitu saja. Kita perlu merayakan dengan pengucapan syukur, walaupun tidak semuanya harus melalui perta besar di restoran.
Alkitab yang kita baca berbicara tentang anugerah, yakni keselamatan kita, semua ini bukan karena jasa-jasa kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)
Anugerah apa yang kita lihat dari seorang yang bernama Daud, ketika ia baru menjabat sebagai raja? Apa saja yang dilakukannya teerhadap keluarga raja sebelumnya? Apakah ia membunuh mereka? Atau sebaliknya? Mari kita lihat bersama-sama :
1. Anugerah itu diberikan secara cuma-cuma (gratis)
Perhatikanlah Alkitab kita di dalam 2 Samuel 9 :1 maka “ Berkatalah Daud “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan” (NIV menerjemahkan kasihku ini dengan “kindness” yang berarti kebaikan hati , bermurah hati). “Kebaikan hati” atau “bermurah hati” biasanya diberikan sebagai suatu hadiah yang Cuma-Cuma, tanpa memasang syarat apapun. Sipenerima kebaikan hati ini akan menikmati suatu kemurahan yang tujuannya adalah demi kebaikan diri. Tidak ada sedikitpun maksud untuk mencelakakan orang lain. Kalau tadinya dia kelaparan, maka melalui saluran anugerah kita ia menjadi kenyang. Tadinya ia sedih, sekarang menjadi senang, tadinya tidak berpengharaapn sekarang berpengharapan. Masih banyak lagi perubahan bakal terjadi kalau kita benar-benar menyalurkan anugerah yang kita dapatkan buat yang lain.
Kebaikan hati ini juga merupakan suatu praktek kasih yang tidak bersyarat. Itu sebabnya ketika Daud merenungkan kembali lalu ia bertanya “ Masih adakah orang di seluruh daerah ini kepada siapa aku dapat menunjukkan “kebaikan hati” oleh karena Yonatan? Mengapa Daud ingin melakukan hal ini? Bukankah Daud saat ini sibuk sebagai seorang raja, apalagi saat ini kedudukannya masih baru? Sebab sebelumnya ia telah berjanji pada Saul dan Yonatan, yakni untuk meperhatikan sanak keluarganya kelak ia menjabat sebagai raja.
Coba perhatikan 1 Samuel 20 : 13-14 (Pada waktu itu Daud masih lari dari Saul, tetapi sudah jelas kelihatan bahwa Daud bakal menjadi orang nomer satu di negeri Israel)
Demikian firman Tuhan “Tetapi apabila ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi daripada itu, sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya menyertai engaku, seperti ia menyertai ayahku dahulu. Jika aku masioh hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia (anugerah) Tuhan?”
Suatu tradisi sebenarnya di dalam dinasti-dinasti timur bahwa seorang raja baru mengambil alih, maka seluruh anggota keluarga dari dinasti sebelumnya akan dimusnahkan untuk menghapuskan kemungkinan-kemungkinan terjadi pemberontakan. Jadi di sini Yonatan mengatakan kepada Daud, “Daud, jika kau sudah sampai kepada tahta, sedapat engkau bisa, akankah engkau menunjukkan anugerah kepada keluargaku? Tidak seperti kebiasaan umum dari raja-raja lainnya, akankah engkau mempertahankan kehidupan kami? Akankah engkau menjaga kami dan melindungi kami, sehingga kami tidak dilupakan?
Tanpa sedikitpun menaruh keraguan, maka Daud menyetujui hal ini. Kasihnya kepada Yonatan mendorongnya untuk masuk ke dalam perjanjian yang mengikat dengan sahabatnya. Yang akhirnya secara konsekwen Daud harus pula memenuhi janji ini.
“Janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud.” Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri. (1 Samuel 20 : 16-17)
Kemudian kita akan mengingat, setelah Daud membiarkan Saul hidup ketika berada di dalam gua. Kejadiannya begitu, waktu itu Saul mengejar-ngejar Daud, dengan tujuan satu-satuynya untuk membunuh Daud. Daud harus berlalri dan bersembunyi di dalam gua-gua. Suatu hari ketika Saul kembali mengejar-ngejar Daud, akhirnya ia merasa capek sekali dan tertidur. Pada saat-saat Saul tertidur, sebenarnya ada kesempatan bagi Daud untuk melenyapkan Saul. Namun ia tidak mau membutuh orang yang diurapi Tuhan Allah, itu sebabnya Daud hanya menggunting ujung jubah Saul saja.
Keesokan paginya Saul tetap mau membunuh Daud, namun dari temnpatnya Daud mejerit “ Ayah, Daud memanggilnya demikian karena memang Saul adalah mertuanya, mengapa engaku teru-menerus hendak memburu dan hendak membunuh aku. Padahal kemarin malam jikalau aku hendak mebunuh engkaua maka aku dapat melaksanakannya, namun karena aku melihata engakau adaalh orang pilihan All;ah, maka aku mengurungjkan niat untuk mebunuhmu, aku hanay mengunting ujung jubahmu saja.
Itu sebabnya di dalam ayat-ayat terakhir 2 Samuel 24 ini, terjadi sumpah pengikat janji antara Saul dan Daud:
“ Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu , bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engakau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku datri kaum keluargaku. Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul.. (1 Samuel 24 : 21-23)
Maka Daudpun berjanji baik kepada Yonatan dan Saul (dicatat dalam 2 Samuel 9), kita melihat ia saat ini Daud sedang memikirkan janji itu. Ia hendak memenuhi janji tersebut. Ia bertanggung-jawab terhadap komitmennya.
2. Anugerah diberikan kepada semua orang (tidak pandang bulu)
Coba perhatikan bahwa Daud itu sedang bertanya “Masih adakah seseorang yang tingal kepada siapa aku dapat mendemonstrasikan anugerah oleh karena Yonatan? Pertanyaan ini cukup menarik untuk kita lihat. DAud tidak tidak bertanya “Masih adakah seseorang yang layak..” Masih ada seseorang yang memenuhi syarat? Tetapi ia bertanya masih adakah seseorang? Itu berarti tidak perduli siapa orangnya, yang penting ia masih hidup, yang seharusnya menerima kasih itu. Inilah penerimaan yang tanopa syarat, hanya didasarkan pada anugerah semata-mata.
Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.”Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya” ( 1 Samuel 9 :2-3)
Jikalau anda membaca di anatara barisan kalimat tersebut, anda akan merasakan sesuatu maksud di dalam nasihat yang sesungguhnya Ziba berikan kepada raja,. Kita melihat seakan-akan Ziba mau katakana sebaiknya raja Daud berpikir ulang sebelum melakukan hal ini, karena pria ini tidak kelihatan bagus berada di istina. IA tidak sessui untuk lingkungan ini, ruangan tahta ini, rumah baru yang indah di kota Yerusalem. Kau tahu Daud, ia memiliki cacata dibagian kakinya.
Daud bertanya masih ada seseorang, tetapi penasihatnya menjawab dengan menambah embel-embel dibelakang kalimatnya : Ya….. tetapi cacat kakinya”
Apa respons Daud? Ia tidak bertanya, dimanakah cacatnya? Namun ia terus melanjutkan perkataannya dan bertanya, “Di manakah ia? “ Ia tidak bertanya separah apa dia”? Bahkan ia juga tidak bertanay bagaimna ia bisa cacat? Yang dia tanyakan adalah “Dimanakah pria itu berada?”
Inilah yang saya maksudkan dengan anugerah itu, ia tidak memlih. Anugerah tidak mencari hal-hal yang telah diperbuat yang layak mendapatkan kasih. Dalam konsep Perjanjian Baru kita bisa melihat bahwa anugerah ialah Allah memberikan diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus anak-Nya dengan penerimaan sepenuhnya kepada mereka seseorang yang tidak layak menerimanya dan tidak pernah berusaha dan tidak akan pernah mampu untuk membalas. Hal inilah yang mebuat adegan Daud dan Mefiboset menjadi begitu berkesan.
3. Anugerah diberikan untuk mengangkat harkat dan martabat orang berdosa
Jawab Ziba kepada raja, “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel di Lodebar” (2 Samuel 9 :4).
Istilah nama tempat yang disebut Lodebar ini sangat menarik. “Lo” di dalam bahasa Ibrani artinya “tidak” mdan “debar” berasal dari akar atau kata dasar yang berarti “padang rumput atau tanah yang berumput.” Jadi keturunan Yonatan ini sedang berada di tempat di mana ada ketandusan yang tidak terbayangkan. Ia tinggal di suatu ladang yang tidak terkenal, dan sekana-akan menunggu ajal saja.
Kita tidak tahu kenapa Mefiboset berada di sana? Namaun dari indikasi bahwa kerajaan Saul itu sudah runtuh, maka kemungkinan besar ia bersembunyi untuk menyelamatkan dirinya, dan satu-satunya otrang yang mengetahui Mefiboset berada adalah Ziba ini.
Daud memng tidak bertanya mengapa Mefiboset anak Yonatan ini cacata kakinya, namun kalau anda penasaran dan pengin tahu, mari kita liht di dalam 2 Samuel 4 :4 “Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset.”
Tatkala ia mendengar bahwa Saul dan Yonatan sudah mati, maka inang pengausuhnya mengangkat anak laki-laki yang diasuhnya dan melarikan diri, untuk melindunginya. Karena ia terburu-buru, mungkin ia tersandung, dan anak laki-laki itu jatuh terguling-guling. Sebagai akibat dari kejatuhan tersebut, ia menjadi cacat seterusnya dan tetap bersembunyi sejal saat itu, karena ketakutan akan kehidupannya.
Dapatkan anda bayangkan betapa kagetnya Mefiboset itu? Tatkala raja memanggilnya? Ada apa lagi ini? Pengawal yang dating ke rumahnya berkata “ Raja ingin bertemu denganmu”? Mungkin Mefiboset berpikir, barangkali inilah saat-saat yang terakhir kehidupan itu.
Kemudian orang-orangnya raja Daud membawanya ke Yerusalem, kehadapan raja yakni Daud.
“Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku." (2 Samuel 9 :6)
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." (2 Samuel 9 : 7)
Dapatkah anda bayangkan bagaimana sikap Mefiboset ketika mendengar panggilan raja itu? Namun Daud meyakinkan Mefiboset, bawa dia tetap akan dipelihara oleh kerajaan.
Sepertinya Daud ingin berkata kepadanya begini :”Oh sahabatku Mefiboset, engkau akan mendapat kehormatan seperti yang belum [pernah kau miliki sebelumnyua. Engkau akan menjadi anggota dari keluargaku……. Engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku” (baca dan bandingkan 2 Samuel 9 :8-13)
Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?" Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku." Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: "Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya." Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.
Apa yang bisa kita pelajari dari firman Tuhan hari ini? Setiap hari kita menikmati anugerah Tuhan. Namun anugerah yang kita dapatkan dari Tuhan itu kita kemanakan? Tuhan yang kita sembah tidak menuntut kita memberikan dari apa yang tidak kita miliki, tetapi Tuhan kita menuntut dari apa yang sudah kita miliki, yakni dari apa yang diberikan kepada anda dan saya. Kalau sampai hari ini, anda tidak mendapatkan berkat sama sekali dari Tuhan, maka sebagai hamba Tuhan saya sarankan kepada kita semua, jangan sekali-kali memberikannya pada Tuhan. Namun permisi Tanya. Apakah benar kita tidak memiliki berkat Tuhan itu?
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home