KUALITAS HIDUP ORANG PERCAYA

Friday, January 20, 2006

KETIKA AKU TIDAK TERPILIH

Sebenarnya sejak kecil setiap orang sudah mempunyai cita-cita. Tentu kita masih ingat pada saat kita kecil, banyak orang yang bertanya apa cita-citamu kalau ntar udah gede? Biasanya kita jawab saja dengan yang muluk-muluk, dari mulai insyinyur sampai ke dokter. Tidak ada tu yang bilang mau jadi pengemis atau tukang Ojek. Itu sebabnya ada pribahasa mengatakan “Gantungkanlah cita-cita anda setinggi langit”, artinya berikanlah pengharapanmu pada sesuatu yang kamu harapkan setinggi mungkin. Namun saya menganjurkan kita mengubah sedikit kata-kata pribahasa tersebut, sebab kalau kita katakan “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, tentu kita tidak bakal mencapainya. Biarlah kita “gantungkan cita-cita pada suatu posisi (titik) tertentu sehingga kita dapat mencapainya, terserah mau tinggi atau tinggi sekali.

Saya mempunyai seorang tokoh favorit di Alkitab yang bernama Daud. Saya sendiri sejak kecil saya suka sekali dengan ceritanya, mengapa? Sebab sebagai seorang gembala ternak, tubuhnya yang masih kecil, namun ia diberikan Tuhan kekuatan yang luar biasa untuk mengalahkan raksasa Goliat yang ditakuti semua orang Israel. Oleh sebab itu Daudpun dipuji di mana-mana, termasuk para perempuan di Yerusalem, mereka memujinya berupa nyanyian yang yang mengatakan “Saul mengalahkan beribu-ribu orang, namun Daud mengalahkan berlaksa-laksa”. Kalimat pujian inilah yang akhirnya menjadi sumber kesulitan baginya, karena raja Saul tidak senang akan hal itu. Raja Saul marah!!!

Maka mulailah timbul dendam di hati Saul, ia berusaha dengan berbagai cara untuk membunuh Daud, padahal Daud itu menantunya senditri. Rupanya saingan bisa muncul kapan saja dan dari siap saja, semenatar saat ini sedang berkecamuk di dalam kehidupan Daud, yang akhirnya harus membuat Daud lari sana sini untuk menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan Saul.

Daud mempunyai suatu kerinduan atau cita-cita yang mulia. Coba perhatikan apa cita-cita Daud itu “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.” (2 Samual 7 :2-3). Namun rupanya keinginan yang mulia tidak terwujud, sebab nyatanya nanti yang membangun Bait Allah bukan Daud, tetapi anaknya Salomo.

Mengapa terjadi demikian? Saya mengajak kita mempelajarinya, ada tiga konsep kehidupan yang terjadi di dunia ini yang nampaknya berlawanan apa yang manusia pikirkan dan harapkan.

RENCANA MULIA DAUD TIDAK DIRESTUI TUHAN

Coba kita baca 2 Samuel 7 :1 “Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling......”

Kita lihat di sini Daud sedang berada dalam kondisi aman dan damai. Ia seakan-akan menuliskan sebauh kata shalom buat keadaannya. Semua dalam keadan damai, jiwanya, anak-anak mungkin sedang bermain-main di sekeliling rumah atau menikmatai pekerjaannya masing-masing, Isteri-isteri bahagia, dan Daud sendiri merasakan sekali ketenangan itu.

Seperti yang kita ketahui, Daud jarang menikmati keadaan seperti ini. Pertempuran yang berlarut-larut dengan orang-orang Filistin selesai sejenak, semua tenaga boleh dipakai untuk istirahat sejenak. Tidak ada raksasa Goliat lagi yang tampil lagi. Tidak ada yang menyerbu untuk sementara waktu. Dan pada waktu itulah Daud merenung akan berkat-berkat Tuhan yang dialami.

Perenungan Daud adalah saat ini ia hidup dengan damai di dalam rumah yang indah terbuat dari kayu aras, lalu ia mulai membicarakan impian daqn keinginan hatinya kepada Natan. Natan mengatakan “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau”

Siapa Natan itu? Ia adalah seorang nabi kepercayaan Daud, sebenarnya ia yang kemudian hari menuding raja yang berjinah. Pada saat seperti ini sang nabi sebagai seorang sahabat yang memberi nasihat. Lihat respon Allah terhadap rencana Daud ini: Tetapi pada malam itu juga datanglah firman “Tetapi malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian : “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: “Beginilah firman TUHAN “Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?” (lihat dan baca juga 1 Tawarikh 17 :3-4)

Sungguh suatu jawaban yang harus disampaikan kepada raja, sebelumnya Natan sudah mengatakan “Tuhan menyertai engkau, Daud. Lanjutkanlah dan buatlah rencanamu.” Nah hanya berselang beberapa saat saja, Natan mendengar suara Tuhan yang berkata , tidak bisa, tidak bisa! Tugas ini bukan tugas Daud, ia hanya sebagai raja.

Lihatlah , bahwa rencana yang baik itu belum tentu rencana Tuhan. Bagi Daud, ia merasa bersalah , kalau rumahnya lebih bagus ketimbang rumah Tuhan, karena tabut perjanjian pada waktu itu hanya diletakkan di bawah tenda. Namun Tuhan tegaskan, tidak, tugasmu bukan untuk membangun Bait Allah.

“Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.” ( 2 Samuel 7 :8)

Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (2 Samuel 7: 9)

Tuhan mau katakan Daud, engkau adalah seorang prajurit. Hatimu berada di medan pertempuran. Engkau adalah seorang tentara dan pejuang, bukan seoarang pembangun. Engkau adalah seorang pria yang berlindung di selokan dan gua-gua. Aku akan membnerkati engkau terus,

“Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya”. (2 Samuel 7 : 12-13)

Bagaimana dengan kita? Pada waktu senggang, apa yang kita lakukan? Pernahkah kita pada waktu senggang mengambil waktu pergi menghadap pendeta lalau bertanya, apa yang saya dapat kerjakan buat gereja kita? Pernah kita merasa sungkan, sementara rumah kita sudah terbuat dari marmer, namun rumah Tuhan masih di bawah tenda?

KESEMPATAN DAUD MENDUKUNG PEMBANGUNAN DIPAKAI BAIK-BAIK

Jelas Daud bermaksud melakukan sesuatu yang baik bagi Tuhan, ia merasa bersalah kalau ia saat ini menikmati rumah begitu indah sementara Bait ALLAH masih berbentuk tenda. IA bermaksud membangun suatu yang permanen buat Tuhan. Namun apa boleh buat, Tuhan berkata “Tidak” .

Ternyata Tuhan bukan menggagalkan rencananya, Tuhan mengalihkan rencananya yang mulia ini dengan menyerahkan kepada keturunannya yang nantinya membangun Bait Allah itu.

Apakah Daud bersalah merencanakan membangun Bait Allah? Masalahnya bukan terletak pada salah atau tidak salah, tetapi terletak pada “Kemisterinya” kehendak Allah. Kita manusia selalu memakai logika untuk menjalani kehidupan ini, dan pada saat yang sama juga kita menghendaki logika Allah itu sama dengan logika kita. Manusia saking engoisnya kadang kala seakan-akan membuat rencana untuk Allah. Padahal; yang berkuasa adalah Allah.

“Daud, ayahku, ingin membangun rumah tempat kediaman nama TUIHAN, Allah Israel. Tetapi TUHAN berfirman kepadanya, 'Maksudmu untuk membangun rumah tempat kediaman nama-Ku memang baik, namun bukan engkau yang akan membangunnya, melainkan anak yang akan lahir bagimu kelak”. (2 Tawarikh 6 :-9)

Akhir dari ayat 8 sangat berarti sekali, karena Allah berkata kepada Daud “Maksudmu itu memanglah baik” Bukan melihat hasrat untuk membangun Bait Allah sebagai sutu kesalahan, tetapi Allah berkata kepadanya “Aku menghargai karena pemikiran itu. Aku menghargai karena engkau memiliki hati yang peka kepada ku. Maksudmu memang baik baik. Tetapi rencanaKU untuk masalah pembangunan bukan maslah engkau Daud, tetapi masalah Anakmu.

Inilah respon Daud :
“Lalu masuklah Raja Daud ke dalam , kemudian duduklah ia dihadapan TUHAN..(2 Samuel 7 :18). Lihat ia duduk ketika Allah berkata “tidak” kepadanya. Alkitab mencatat Daud duduk seperti anak kecil, ia mulai menunjukkan pertanyaan-pertanyaan syukuran kepada Tuhan.

Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan ALLAH? (2 Samuel 7 :18-20)

Pada keadaan yang demikian, Daud masih selalu memuji Alah, padahal momen itu adalah momen yang sangat mengecewakan.

Pujiannya ada di 2 Samuel 7 :22, 25, 28 dan 29

(22) Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami
(25) Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. (28) Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu.
(29) Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya."


PENOLAKAN TERHADAP DAUD TIDAK MEMBUATNYA NGAMBEK

Walaupun Daud tidak mendapat kesempatan membangun sendiri Bait Allah itu, ia ternyata tetap mendukung pembangunan Bait Allah itu. 1 Tawarik 22 :1 Lalu berkatalah Daud: "Di sinilah rumah TUHAN, Allah kita, dan di sinilah mezbah untuk korban bakaran orang Israel

Daud menyuruh mengumpulkan orang-orang asing yang ada di negeri orang Israel, lalu ditempatkannya tukang-tukang untuk memahat batu-batu pahat yang akan dipakai untuk mendirikan rumah Allah. Selanjutnya Daud menyediakan sangat banyak besi untuk paku-paku bagi daun pintu gerbang dan bagi tupai-tupai, juga sangat banyak tembaga yang tidak tertimbang beratnya, dan kayu aras yang tidak terbilang banyaknya, sebab orang Sidon dan orang Tirus membawa sangat banyak kayu aras bagi Daud. Karena pikir Daud: "Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!" Lalu Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati. ( 2-5)

Terlalu sering kita menemukan di gereja orang-orang yang ngambek, ketika usul dan rencananya (gagasannya) tidak kesampaian. Ini respon yang salah tentunya. Kecuali memang disinyalir ada tekanan dari orang-orang tertentu yang sentimen.

Saya akan megutip sebuah puisi yang yang cukup menarik:

Satu-persatu diambil-Nya dari padaku,
Semua perkara yang paling kuhargai,
Samapi tanganku menjadi hampa,
Setiap mainan yang berkilauan sudah hilang.

Dan aku berjalan di jalan-jalan raya bumi, berduka,
Dalam pakaian compang camping dan kemiskinan ku
Sampai aku mendengar suara-Nya mengundang
“Angkatlah tangan-tangan yang hampa itu kepada-Ku

Maka aku mengangkat tanganku ke Surga
Dan ia mengisinya dari tempat penyimpanan
Dari kekayaan-Nya sendiri yang luar biasa
Sampai tangan-tanganku tidak mampu menampung lagi

Dan pada akhirnya aku mengerti
Dengan pikiranku yang bodoh dan tumpul
Bahwa Allah tidak DAPAT menuangkan kekekayaan-Nya
Ke dalam tangan-tangan yang sudah penuh

Sama seperti seorang anak kecil yang Anak kecil yang sedang mencuri permen di sebuah Toples, ketika degan tamaknya ia mengambil permen itu sebenyak-banyaknya maka tangannya tidak dapat dikeluarkan dari mulut Toples tersebut. Satu-satunya cara supaya tangannya dapat keluar adal;ah dengan melepaskan permen itu kembali ke dalam Toples, dan pelana-pelan tangannya dikeluarkan.

Tuhan akan menuangkan berkat pada tangan yang suka memberi bukan kepada mereka yang menahan berkat atau yang menggenggam berkat itu erat-erat.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home