KUALITAS HIDUP ORANG PERCAYA

Wednesday, January 25, 2006

Step Out of Comfort Zone
(Langkah keluar dari Zona Nyaman)

Saumiman Saud *)

Setiap kita memiliki kenyamanan, kenikmatan dan kesenangan yang berbeda. Ada orang yang suka memancing ikan, jadi liburannya berhari-hari dihabiskan hanya di tepi kolam atau pantai hanya untuk memancing ikan. Ia begitu sabar menunggu, ia rela diterpa sinar terik matahari, ia rela menghabiskan waktunya demi kesenangannya ini. Lain pula dengan orang yang hobbynya shopping, ia tidak merasa capek keliling-keliling seluruh plaza, padahal tanpa membeli sesuatu apapun, ia begitu menikmati akan kesenangannya ini. Teman saya hobbynya membaca buku, kalau ia sudah memiliki buku baru, ia tidak akan beranjak dari buku itu berjam-jam bahkan berhari-hari bahkan tatkala ia ke WC buku tersebut juga di bawa. Inilah beberapa contoh kenikmatan yang dimiliki manusia. Belum lagi yang hobbynya sepak bola, tinju, nonton film, dan sebagainya.

Sekarang ketika kita menerima anugerah Tuhan sebagai orang percaya, dan mendapatkan keselamatan itu. Ada tugas penting yang Tuhan inginkan kita perbuat. Kita juga harus keluar dari manusia lama kita, menuju suatu kehidupan yang baru. Tidak gampang, perlu pengorbanan. Pengorbanan ini juga relatif, tergantung pada orang tersebut. Mungkin bagi seseorang pengorbanan itu tidak terlalu besar, karena masalah itu bukan kesukaannya. Misalnya pada jam pertandingan sepak bola, bagi yang sudah terikat akan hobby ini, maka ia akan merasa pengorbanan yang sangat besar, apabila pada waktu yang bersamaan ia harus memilih meninggalkan sepak bola hanya karena hendak melakukan sesuatu buat orang lain. Namun bagi mereka yang tidak hobby sepak bola, tentu hal ini tidak menjadi masalah.

Lalu bagaimana? Saya mencatat ada tiga step yang harus diketahui dan dipahami oleh kita sehubungan out of comfort zone ini:

1. Langkah pertama , harus ada kerelaan

Dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang secara suka-rela meninggalkan “zona nyaman”nya (comfort zone), misalkan Musa. Sejak kecil ia sudah hidup di kerajaan raja Firaun, segala kesenangan sudah dimiliki. Boleh dibilang sebagai orang Israel yang telah diadopsi sebagai anak angkat puteri Firaun, ia adalah orang yang paling beruntung. Haknya tentu tidak berbeda dengan seorang putera Mahkota. Namun ia harus tinggalkan semua ini, sebab ada tugas panggilan yang berasal dari Tuhan yakni memimpin bangsanya keluar dari Mesir menuju tanah Perjanjian. (Ibrani 11 : 24, 27). Beda dengan Saul, ketika ia tahu “zona nyamannya” terancam, maka ia berusaha membunuh sipengancamnya? Akibatnya Daud harus lari meninggalnya.

Hari ini mungkin kita tidak dipanggil Tuhan untuk meninggalkan segalanya, kita juga tidak dipanggil untuk satu tugas yang berat yakni meningalkan keluarga kita. Namun apabila kita diminta Tuhan untuk mengorbankan waktu sejenak, untuk melakukan pekerjaanNya, apakah kita rela? Saya ingat John Sung dalam hal ini, ia seoarang yang pintar, dan cerdas. Hasil ujiannya juga gemilang. Ia bahkan mencapai gelar doktor di sebuah Universitas bergengsi di Amerika. Namun ia rela membuang segala ijasahnya, hanya untuk menjadi seorang hamba, yakni hamba Tuhan.

Ada orang bilang hidup itu seperti roda yang sedang berputar, kadang kita berada di posisi atas dan kadang pula di bawah. Ketika seseorang berada pada posisi bawah, ia berharap suatu saat dapat mencapai posisi atas, namun ketika ia mencapai posisi atas ia kadang kala lupa bahwa hidup ini ibarat “roda”, sehingga pada waktunya turun, ia ngotot bertahan. Hal inilah yang sering kali mengakibatkan gereja terjadi pertikaian. Kalau menjadi majelis harus yang seumur hidup, kalau menjadi Gembala Sidang juga harus seumur hidup, jabatan gereja ibarat dinasti, bahkan anak cucu juga telah dipersiapan menggantikan tahtanya. Rekan kerja dianggap saingan dan musuh. Ia tidak rela melepaskan jabatan itu, mati-matian mempertahankannya. Karena jabatan ia juga bisa menjadi keras kepala, tidak mau taat pada pada Tuhan. Henry Ward Beecher mengatakan “ Salah satu perbedaan antara ketekunan dan keras kepala adalah bahwa yang satu berasal dari kemauan yang keras, sedangakan yang lainnya berasal dari ketidak-mauan yang keras.”

Beda sekali dengan sikap Jonatan anak raja Saul itu. Mestinya ia adalah calon pengganti ayahnya yakni sang putera mahkota, namun ia tidak keras kepala mempertahankan jabatan itu, bahkan secara suka-rela ia memberikan jabatan tersebut pada Daud. "Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedau di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu." ( 1 Samuel 23 : 17)

Terlalu sering saya mendengar orang-orang meninggalkan Tuhan kalau ia sudah gagal, artinya ia kehilangan comfort zonenya. Ketika usahanya bangkrut, ketika ia sudah gagal total, baru dengan penuh rohani mengatakan, kali ini Tuhan memukul saya, jadi saya terpaksa harus ikut Tuhan. Ada lagi yang saya temukan teman muda-mudi, mereka baru berpacaran saja sudah meninggalkan persekutuan, bahkan kadang hari Minggu tidak ke gereja. Alasannya, malam minggu harus “apel” (kunjungi pacar), jadi minggunya terlambat bangun. Berbeda sekali dengan Musa dan john Sung ini bukan!, tatkala segala kesenangan ia miliki, ia rela tinggalkan semua, dan memilih taat pada Tuhan.


2. Langkah ke dua, harus berani berkorban

Demikian juga nabi Nehemia, ia seorang kepercayaan raja Arthasasta. Boleh dikatakan jabatannya sudah cukup mapan. Namun ketika mendengar berita dari kampung halamannya, ia menjadi sedih dan menangis. Itu sebabnya dengan keberanian dan iman ia berkata kepada raja. " Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali." (Nehemia 2 :5) Keputusan yang diambil Nehemia ini cukup berani, sebab saat itu ia berhadapan dengan raja. Sebagai orang kepercayaan namun bersungut-sungut karena Tembok Yerusalem, tentu ia bakal mendapat hukuman dari raja. Namun kita lihat, ia berani mengutarakan perihal ini kepada raja. Artinya apa? Artinya Nehemia siap meninggalkan kesenangan ini.

Memang kalau kita tidak berani mengambil resiko, maka kita tidak akan pernah dapat meninggalkan “wilayah kesenangan” kita. Ada orang memang tidak mau mengalami kesusahan sedikitpun. Percaya kepada Tuhan Yesus, berbakti di gereja, memberi persembahan baginya itu sudah cukup. Kalau diajak untuk terlibat di dalam pelayanan, maka hal ini yang menjadi pergumulannya. Baginya tugas ini rasanya berat sekali, ia merasa seperti mengorbankan segala-galanya.

Tatkala Nabi Hosea diminta Tuhan untuk mengawini perempuan sundal, tentu hal ini bukan suatu tugas yang gampang. Namun Hosea rela mengorbankan harga dirinya, keluar dari kenikmatan hidup sebagi seorang nabi, yang kemungkinan besar karena hal ini ia akan diejek dan dicaci. Hosea berani membayar harga, karena ia tahu Tuhan Allah telah membayar harga kepadanya juga.

Jaman sekarang di gereja kita tidak susah mencari orang yang mau melayani Tuhan, apalagi yang peranannya di depan, misalnya Paduan Suara, Pemimpin Pujian dan sebagainya yang dapat terlihat oleh orang banyak, karena baginya ada nilai plus dan kebanggaan tersendiri. Namun kita sulit mencari orang-orang yang rela berkorban buat Tuhan. Apalagi karena itu mereka yang harus mengeluarkan uang, diejek, dicaci, dimarahi. Tidak banyak yang berani mengambil resiko dan berkorban? Bagaimana dengan anda?



3. Langkah ke tiga, harus beriman

Tatkala Abraham diminta Tuhan Allah keluar dari tanah Ur Kasdim, tentunya hal ini bukan suatu keputusan panggilan yang gampang. Apalagi Abraham sendiri tidak tahu kemana ia harus pergi, sebab Allah hanya memberikan suatu petunjuk pergilah ke suatu negeri. Negeri yang mana? Dahulu belum ada peta yang jelas, itu berarti ia harus keluar dari kesenangan yang telah dibangun bertahun-tahun beserta sanak saudaranya. Kejadian 15 : 7 mencatat firman TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." Kalau tidak hanya dengan iman, tentu tidak mungkin Abraham dapat melangkah maju. Apalagi ketika ia harus mempersembahkan anak kesayangannya Ishak, anak yang ditunggu kelahirannya selama 25 tahun, tentu ini pergumulan berat. Sekali lagi, jika tidak dengan iman, tentu iman yang dimaksud di sini bukan hanya sekadar percaya kepada Allah, tetapi sekaligus ada penyerahan secara total kepada Tuhan, dan mempercayakan seluruh hidup kita kepadaNya.

Saya kurang tahu bagaimana pergumulan anda tatkala suatu hari harus keluar dari “wilayah” yang anda suka dan senangi selama ini? Banyak orang maunya yang senang dan gampang., asalkan semua sudah dipersiapkan dan terjamin baru melangkah. Di gereja juga sering ditemukan kejadian seperti ini, apabila semua dana telah tersedia, barulah semua program itu dikerjakan, maunya yang instan. Kalau dana belum tersedia, jangan pikir ada tindakan lanjutnya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip kekristen yang mengatakan bahwa “Allah akan Menyediakan”. Lihat Abraham ketika keluar dari kesenangan hidupnya, Allah tetap memeliharanya, lihat Musa, Allah juga menjaga dan memeliharanya, walaupun kadang ada kesukaran dan jalan buntu namun Allah membuka jalan keluar. “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. “ (1 Korintus 10 : 13)


Surat Ibrani mencatat banyak tokoh-tokoh yang diminta keluar dari kesenangannya, dan hanya dengan iman saja mereka lakukan itu. (lihat Ibrani 11). Dengan iman maka Petrus keluar dari wilayah kesenangannya, kemudian berjalan di atas air. Namun tatakala imannya goyah, maka iapun tenggelam. Dengan iman Daniel dan kawan-kawan harus mempertahan diri, dan mereka tidak makan makanan hidangan raja.

Saya ingat sekali tatkala kuliah di Seminari, salah satu peristiwa penting di dalam hidup saya yang harus out of comfort zome adalah masalah kehidupan di Asrama. Di sana kami dibentuk dengan tidak mengalami kebebasan seperti biasanya. Setiap hari harus kuliah, bangun dan tidur ditetapkan jamnya, kehidupan dipantau dan diatur, masuk-keluar juga terbatas, seminggu hanya boleh sekali saja. Tidak boleh berpacaran, tidak boleh nonton dan banyak lagi. Nah untuk menghadapi zona yang baru ini, kalau tidak berdasarkan kesukarelaan, rela berkorban dan berjalan dengan iman, tentu tidak dapat melewati hari-hari dengan penuh suka-cita, hidup rasanya seperti tersiksa.

Jangan berpikir setiap kita out dari comfort zone itu berarti memasuki kondisi yang tidak menyenangkan? Tatkala kita memutuskan untuk berpacaran, menikah, pindah pekerjaan, kuliah di Luar Negeri dan sebagainya, kita sudah memutuskan untuk keluar dari wilayah kenyamanan kita. Jadi mestinya kita tidak perlu gentar dan takut, karena di zona yang baru ini pasti kita akan menemukan comfort yang yang tersendiri. Masalahnya adalah, sudah siapkah anda melangkah?

*) Penulis adalah rohaniwan, penulis, lulusan Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, yang saat ini melayani di Gereja Injili Indonesia San Jose, California.

Friday, January 20, 2006

KETIKA AKU TIDAK TERPILIH

Sebenarnya sejak kecil setiap orang sudah mempunyai cita-cita. Tentu kita masih ingat pada saat kita kecil, banyak orang yang bertanya apa cita-citamu kalau ntar udah gede? Biasanya kita jawab saja dengan yang muluk-muluk, dari mulai insyinyur sampai ke dokter. Tidak ada tu yang bilang mau jadi pengemis atau tukang Ojek. Itu sebabnya ada pribahasa mengatakan “Gantungkanlah cita-cita anda setinggi langit”, artinya berikanlah pengharapanmu pada sesuatu yang kamu harapkan setinggi mungkin. Namun saya menganjurkan kita mengubah sedikit kata-kata pribahasa tersebut, sebab kalau kita katakan “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, tentu kita tidak bakal mencapainya. Biarlah kita “gantungkan cita-cita pada suatu posisi (titik) tertentu sehingga kita dapat mencapainya, terserah mau tinggi atau tinggi sekali.

Saya mempunyai seorang tokoh favorit di Alkitab yang bernama Daud. Saya sendiri sejak kecil saya suka sekali dengan ceritanya, mengapa? Sebab sebagai seorang gembala ternak, tubuhnya yang masih kecil, namun ia diberikan Tuhan kekuatan yang luar biasa untuk mengalahkan raksasa Goliat yang ditakuti semua orang Israel. Oleh sebab itu Daudpun dipuji di mana-mana, termasuk para perempuan di Yerusalem, mereka memujinya berupa nyanyian yang yang mengatakan “Saul mengalahkan beribu-ribu orang, namun Daud mengalahkan berlaksa-laksa”. Kalimat pujian inilah yang akhirnya menjadi sumber kesulitan baginya, karena raja Saul tidak senang akan hal itu. Raja Saul marah!!!

Maka mulailah timbul dendam di hati Saul, ia berusaha dengan berbagai cara untuk membunuh Daud, padahal Daud itu menantunya senditri. Rupanya saingan bisa muncul kapan saja dan dari siap saja, semenatar saat ini sedang berkecamuk di dalam kehidupan Daud, yang akhirnya harus membuat Daud lari sana sini untuk menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan Saul.

Daud mempunyai suatu kerinduan atau cita-cita yang mulia. Coba perhatikan apa cita-cita Daud itu “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.” (2 Samual 7 :2-3). Namun rupanya keinginan yang mulia tidak terwujud, sebab nyatanya nanti yang membangun Bait Allah bukan Daud, tetapi anaknya Salomo.

Mengapa terjadi demikian? Saya mengajak kita mempelajarinya, ada tiga konsep kehidupan yang terjadi di dunia ini yang nampaknya berlawanan apa yang manusia pikirkan dan harapkan.

RENCANA MULIA DAUD TIDAK DIRESTUI TUHAN

Coba kita baca 2 Samuel 7 :1 “Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling......”

Kita lihat di sini Daud sedang berada dalam kondisi aman dan damai. Ia seakan-akan menuliskan sebauh kata shalom buat keadaannya. Semua dalam keadan damai, jiwanya, anak-anak mungkin sedang bermain-main di sekeliling rumah atau menikmatai pekerjaannya masing-masing, Isteri-isteri bahagia, dan Daud sendiri merasakan sekali ketenangan itu.

Seperti yang kita ketahui, Daud jarang menikmati keadaan seperti ini. Pertempuran yang berlarut-larut dengan orang-orang Filistin selesai sejenak, semua tenaga boleh dipakai untuk istirahat sejenak. Tidak ada raksasa Goliat lagi yang tampil lagi. Tidak ada yang menyerbu untuk sementara waktu. Dan pada waktu itulah Daud merenung akan berkat-berkat Tuhan yang dialami.

Perenungan Daud adalah saat ini ia hidup dengan damai di dalam rumah yang indah terbuat dari kayu aras, lalu ia mulai membicarakan impian daqn keinginan hatinya kepada Natan. Natan mengatakan “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau”

Siapa Natan itu? Ia adalah seorang nabi kepercayaan Daud, sebenarnya ia yang kemudian hari menuding raja yang berjinah. Pada saat seperti ini sang nabi sebagai seorang sahabat yang memberi nasihat. Lihat respon Allah terhadap rencana Daud ini: Tetapi pada malam itu juga datanglah firman “Tetapi malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian : “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: “Beginilah firman TUHAN “Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?” (lihat dan baca juga 1 Tawarikh 17 :3-4)

Sungguh suatu jawaban yang harus disampaikan kepada raja, sebelumnya Natan sudah mengatakan “Tuhan menyertai engkau, Daud. Lanjutkanlah dan buatlah rencanamu.” Nah hanya berselang beberapa saat saja, Natan mendengar suara Tuhan yang berkata , tidak bisa, tidak bisa! Tugas ini bukan tugas Daud, ia hanya sebagai raja.

Lihatlah , bahwa rencana yang baik itu belum tentu rencana Tuhan. Bagi Daud, ia merasa bersalah , kalau rumahnya lebih bagus ketimbang rumah Tuhan, karena tabut perjanjian pada waktu itu hanya diletakkan di bawah tenda. Namun Tuhan tegaskan, tidak, tugasmu bukan untuk membangun Bait Allah.

“Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.” ( 2 Samuel 7 :8)

Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (2 Samuel 7: 9)

Tuhan mau katakan Daud, engkau adalah seorang prajurit. Hatimu berada di medan pertempuran. Engkau adalah seorang tentara dan pejuang, bukan seoarang pembangun. Engkau adalah seorang pria yang berlindung di selokan dan gua-gua. Aku akan membnerkati engkau terus,

“Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya”. (2 Samuel 7 : 12-13)

Bagaimana dengan kita? Pada waktu senggang, apa yang kita lakukan? Pernahkah kita pada waktu senggang mengambil waktu pergi menghadap pendeta lalau bertanya, apa yang saya dapat kerjakan buat gereja kita? Pernah kita merasa sungkan, sementara rumah kita sudah terbuat dari marmer, namun rumah Tuhan masih di bawah tenda?

KESEMPATAN DAUD MENDUKUNG PEMBANGUNAN DIPAKAI BAIK-BAIK

Jelas Daud bermaksud melakukan sesuatu yang baik bagi Tuhan, ia merasa bersalah kalau ia saat ini menikmati rumah begitu indah sementara Bait ALLAH masih berbentuk tenda. IA bermaksud membangun suatu yang permanen buat Tuhan. Namun apa boleh buat, Tuhan berkata “Tidak” .

Ternyata Tuhan bukan menggagalkan rencananya, Tuhan mengalihkan rencananya yang mulia ini dengan menyerahkan kepada keturunannya yang nantinya membangun Bait Allah itu.

Apakah Daud bersalah merencanakan membangun Bait Allah? Masalahnya bukan terletak pada salah atau tidak salah, tetapi terletak pada “Kemisterinya” kehendak Allah. Kita manusia selalu memakai logika untuk menjalani kehidupan ini, dan pada saat yang sama juga kita menghendaki logika Allah itu sama dengan logika kita. Manusia saking engoisnya kadang kala seakan-akan membuat rencana untuk Allah. Padahal; yang berkuasa adalah Allah.

“Daud, ayahku, ingin membangun rumah tempat kediaman nama TUIHAN, Allah Israel. Tetapi TUHAN berfirman kepadanya, 'Maksudmu untuk membangun rumah tempat kediaman nama-Ku memang baik, namun bukan engkau yang akan membangunnya, melainkan anak yang akan lahir bagimu kelak”. (2 Tawarikh 6 :-9)

Akhir dari ayat 8 sangat berarti sekali, karena Allah berkata kepada Daud “Maksudmu itu memanglah baik” Bukan melihat hasrat untuk membangun Bait Allah sebagai sutu kesalahan, tetapi Allah berkata kepadanya “Aku menghargai karena pemikiran itu. Aku menghargai karena engkau memiliki hati yang peka kepada ku. Maksudmu memang baik baik. Tetapi rencanaKU untuk masalah pembangunan bukan maslah engkau Daud, tetapi masalah Anakmu.

Inilah respon Daud :
“Lalu masuklah Raja Daud ke dalam , kemudian duduklah ia dihadapan TUHAN..(2 Samuel 7 :18). Lihat ia duduk ketika Allah berkata “tidak” kepadanya. Alkitab mencatat Daud duduk seperti anak kecil, ia mulai menunjukkan pertanyaan-pertanyaan syukuran kepada Tuhan.

Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan ALLAH? (2 Samuel 7 :18-20)

Pada keadaan yang demikian, Daud masih selalu memuji Alah, padahal momen itu adalah momen yang sangat mengecewakan.

Pujiannya ada di 2 Samuel 7 :22, 25, 28 dan 29

(22) Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami
(25) Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. (28) Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu.
(29) Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya."


PENOLAKAN TERHADAP DAUD TIDAK MEMBUATNYA NGAMBEK

Walaupun Daud tidak mendapat kesempatan membangun sendiri Bait Allah itu, ia ternyata tetap mendukung pembangunan Bait Allah itu. 1 Tawarik 22 :1 Lalu berkatalah Daud: "Di sinilah rumah TUHAN, Allah kita, dan di sinilah mezbah untuk korban bakaran orang Israel

Daud menyuruh mengumpulkan orang-orang asing yang ada di negeri orang Israel, lalu ditempatkannya tukang-tukang untuk memahat batu-batu pahat yang akan dipakai untuk mendirikan rumah Allah. Selanjutnya Daud menyediakan sangat banyak besi untuk paku-paku bagi daun pintu gerbang dan bagi tupai-tupai, juga sangat banyak tembaga yang tidak tertimbang beratnya, dan kayu aras yang tidak terbilang banyaknya, sebab orang Sidon dan orang Tirus membawa sangat banyak kayu aras bagi Daud. Karena pikir Daud: "Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!" Lalu Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati. ( 2-5)

Terlalu sering kita menemukan di gereja orang-orang yang ngambek, ketika usul dan rencananya (gagasannya) tidak kesampaian. Ini respon yang salah tentunya. Kecuali memang disinyalir ada tekanan dari orang-orang tertentu yang sentimen.

Saya akan megutip sebuah puisi yang yang cukup menarik:

Satu-persatu diambil-Nya dari padaku,
Semua perkara yang paling kuhargai,
Samapi tanganku menjadi hampa,
Setiap mainan yang berkilauan sudah hilang.

Dan aku berjalan di jalan-jalan raya bumi, berduka,
Dalam pakaian compang camping dan kemiskinan ku
Sampai aku mendengar suara-Nya mengundang
“Angkatlah tangan-tangan yang hampa itu kepada-Ku

Maka aku mengangkat tanganku ke Surga
Dan ia mengisinya dari tempat penyimpanan
Dari kekayaan-Nya sendiri yang luar biasa
Sampai tangan-tanganku tidak mampu menampung lagi

Dan pada akhirnya aku mengerti
Dengan pikiranku yang bodoh dan tumpul
Bahwa Allah tidak DAPAT menuangkan kekekayaan-Nya
Ke dalam tangan-tangan yang sudah penuh

Sama seperti seorang anak kecil yang Anak kecil yang sedang mencuri permen di sebuah Toples, ketika degan tamaknya ia mengambil permen itu sebenyak-banyaknya maka tangannya tidak dapat dikeluarkan dari mulut Toples tersebut. Satu-satunya cara supaya tangannya dapat keluar adal;ah dengan melepaskan permen itu kembali ke dalam Toples, dan pelana-pelan tangannya dikeluarkan.

Tuhan akan menuangkan berkat pada tangan yang suka memberi bukan kepada mereka yang menahan berkat atau yang menggenggam berkat itu erat-erat.
WANITA YANG KREATIF
(2 Raja-raja 4:8-37, Keluaran 20 :12)

Selamat Hari Ibu, Kiranya Tuhan selalu memberkati anda menjadi ibu yang baik, yang menjadi berkat bagi keluarga, bagi gereja dan bagi masyarakat. Di Amerika peringatan Hari ibu di awali oleh seorang ibu yang bernama Anna M Jarvis (1864-1948) dari Filadelphia. Ide ini datang dari kepala Sekolah Minggu di kota Virginia. Mengenang kembali akan kasih seorang ibu, dia mengandung anak , menyusui, membesarkannnya, mendidik anak, menyekolahkannya, sampai anak itu dewasa kemudian menikah, sampai dia yang menjaga cucu dan sebagainya. Anna J Jarvis kemudian mempopulerkan Hari Ibu pada 8 Mei 1908, tatkala acara Memorial Servive mengenang sang ibunya. Tepatnya tanggal 8 Mei 1914 di dalam sebuah konggres, Presiden Amerika Woodrow Wilson memploklamirkan Minggu ke dua bulan Mei dirayakan sewcara Nasional sebagai S Hari Ibu.
Ungkapan dalam bahasa Indonesia yang pernah kita dengar “Surga ada di telapak kaki ibu”, ini menunjukkan bahwa peran dari seorang ibu bukan hanya sekedar melahirkan anak itu, tetapi ia akan mendidik anak itu menjadi orang; yang pengertiannya secara Kristen, menjadikan anak itu menjadi anak yang takut Tuhan. Tidak gampang menjadi ibu yang berhasil seperti itu, tetapi kalau sekedar menjadi ibu yang baik mungkin saja gampang. Ibu yang baik ia akan memberikan segala sesuatu buat anak-anaknya sehingga anak itu akan mengatakan ibuku itu baik sekali. Tetapi ibu yang berhasil ia bukan hanya memberi segala sesuatu yang baik buat anak-anaknya , tetapi ia juga akan mendidik anak-anaknya terutama dalam hal takut akanTuhan.
Alkitab sering menggambarkan tentang para tokoh wanita yang berhasil. Salah satunya yang akan kita lihat lebih jauh yakni perempuan Sunem. Disebut perempuan Sunem karena ia tinggal di Sunem, kota yang terletak di sebelah Utara Yizreel dekat Nain, sebuah kota yang 900 tahun kemudian menjadi sangat terkenal sebab Tuhan Yesus pernah menghidupkan kembali anak seorang janda yang sudah meninggal. Perempuan ini juga digambarkan sebagai wanita yang terpandang, kaya, menikah dengan suami yang lebih tua dari padanya dan namun saying sampai saat ini belum memiliki anak.
Alkitab memang mengajarkan kita bahwa suami itu kepala rumah tangga, namun tidak berarti wanita itu dipaksakan secara “diktator” harus mendengar apa saja yang telah diputuskan suami, tanpa ia sendirti memiliki inisiatif yang kreatif. Kalau wanita sebagai isteri bersifat pasif, maka akan menjadi sangat lemah sekali apabila sang suaminya juga orang yang pasif, jadi perlu keseimbangan sehingga ada ide-ide baru dalam rumah tangga ini. Wanita yang kreatif dengan sepengetahuan suami dapat mengajukan hal-hal yang sifatnya positif . Mengapa saya katakan kita perlu ide yang positif? Sebab memang ada ide-ide yang sifatnya negatif, hal itu tidak membangun iman kerohanian malah menjerumuskan kita ke dalam dosa. Kita akan melihat secara kilat, bahwa di dalam Alkitab sendiri ada beberapa wanita yang secara terus-terang mengajukan ide yang negatif. Misalkan saja :
1. Sara (Kejadian 16:1-18, 21:8-21)
Salah satu ide di dalam kehidupan berumah-tangganya dengan suaminya Abraham, ia mengusulkan agar Abraham kawin lagi, sebab ia merasa tidak sanggup lagi memberikan keturunan bagi Abraham, apalagi sekarang mereka sudah lanjut usia. Berkatalah Sara kepada Abraham: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampirilah hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." (Kejadian 16:2) Inilah ide Sara untuk suaminya. Sebenarnya ide ini sangat bertentangan dalam konteks masa kini, tetapi saya lihat tidak terlepas akibat negatif yang dialami oleh Sara. Sebab tatkala Abraham kawin lagi dan mempunyai anak Ismael, kemudian timbul masalah. Sara mulai dipandang rendah oleh Hagar (16:4), inilah ide kreatif Sara tujuan semula adalah baik, namun caranya salah sehinga hasilnyapun negatif. Hagar akhirnya “terpaksa” harus diusir keluar dari keluarga besar Abraham (lihat Kejadian 21:8-21). Permusuhan ini berlangsung sampai saat ini.
2. Izebel (1 Raja-raja 21)
Tatkala Nabot orang Yizreel tidak mau menjual kebun Anggurnya kepada raja Ahab, maka timbul niat jahat yang diusulkan oleh isterinya Izebel untuk merampas dengan paksa. Izebel berkata kepada Ahab "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah biar hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu." Kemudian Izebel menulis surat atas nama Ahab dan dikirimnya surat itu kepada pemuka-pemuka kota di Yizreel. Bunyi suratnya demikian "Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparlah dia dengan batu sampai mati." (1 Raja-raja 21:7-9). Jadi secara tidak langsung akhirnya raja Ahab membunuh Nabot hanya untuk mendapatkan kebun anggurnya, sungguh sangat memalukan. Padahal sebagai seorang raja yang boleh dikatakan memiliki segala-galanya, berkuasa atas segala-galanya, masalah kebun anggur tentu merupakan masalah yang sepele. Tetapi lantaran hasutan sang isteri, masalah yang kecil ini menjadi besar dan membuat Ahab melakukan pembunuhan.
3. Herodias (Matius 14:1-13, Lukas 3:19,20)
Herodias ini mantan isteri Filipus yang kemudian berselingkuh dengan Herodes dan menjadi isterinya. Semua orang bungkam terhadap masalah ini, kecuali Yohanes Pembaptis yang dengan berani menegor mereka. Matius 14:4 "Tidak halal engkau Herodias", inilah teguran Yohanes buat Herodes. Akibat teguran yang disampaikan oleh Yohanes ini membuat Herodias sangat benci kepadanya, dan kemudian memasukkan Yohanes Pembaptis ke dalam penjara (Lukas 3:19,20). Bahkan ketika anaknya Salome menari-nari, raja Herodes dengan penuh suka-cita akan memberikan hadiah kepada anaknya. Kesempatan ini dipakai oleh Herodias untuk membalas dendam lamanya yang terpendam yakni membunuh Yohanes Pembaptis, walaupun dilakukan tidak secara langsung (Matius 14:1-12)
Wanita kreatif yang diharapkan dalam bagian ini tentunya mereka yang dapat menghasilkan hal-hal positif, yang sifatnya membangun, wanita yang sanggup mendorong semangat pelayanan sang suami. Masih ingat kisah Ayub bukan? Tatkala Ayub mengalami puncak pergumulan, sang isteri bukannya menghibur dan memberikan kekuatan, tetapi justru mematahkan semangatnya. Bagi Ayub isteri yang demikian sama dengan perempuan gila.
Mari kita lanjutkan melihat ada beberapa orang tokoh wanita di dalam Alkitab yang telah mengerjakan hal-hal yang positif:
1. Ester
Zaman Ester sebenarnya zaman yang sangat genting bagi orang-orangYahudi, sebab ada seorang panglima yang bernama Haman mau menghabisi mereka. Namun Ester sang tokoh wanita ini sangat berperan, ia memakai kesempatannya sebagai ratu untuk menyelamatkan bangsanya. Semua ini tentu tidak terlepas dari pertolongan dan kasih sayang Tuhan. Haman yang sudah membuat tiang gantungan untuk menggantung Mordekhai paman Esther, sekarang gantungan itu dipakai untuk menggantung dirinya. Esther telah melakukan suatu karya besar untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.
2. Rut
Tatkala suaminya sudah mati, Rut mengajukan inisiatif sendiri untuk mengikuti mertuanya Naomi, di sini tidak ada unsur paksaan. Sebenarnya ia diperbolehkan bebas seperti Orpa, toh suami mereka sudah meninggal dan ia masih muda. Kalau berpisah dengan sang mertua, paling sedikit kesempatan untuk kawin lagi masih ada. Tetapi Rut memilih ikut Naomi, dia mengatakan pada Naomi "Bangsamu adalah bangsaku, Allahmu adalah Allahku, kemana engkau pergi kesitu aku pergi". Suatu keputusan yang bagi orang-orang dunia sangat merugikan, tetapi Rut menganggap ini sebagai suatu keuntungan, sebab ada dasar kepercayaan yang ditanamkan oleh sang mertua yakni bersandar pada Allah. Itulah sebabnya Tuhan Allah senantiasa memberkatinya, sehingga akhirnya Rut boleh kawin dengan Boas.
3. Maria ibu Yesus
Maria ibu Yesus juga seorang wanita yang kreatif berinisiatif. Tatkala mereka diundang hadir dalam pesta pernikahan di Kana, tuan rumah itu kehabisan persediaan anggur. Lalu Maria berinisiatif meminta kepada Yesus untuk menolong. Di tempat inilah Yesus pertama kali mengadakan mujizat yakni Air Menjadi Anggur.
Sekarang kita kembali kepada perempuan Sunem, dengan kekayaan yang ia miliki sebenarnya ia bisa hidup dengan gaya berfoya-foya, bersenang-senang menpergunakan uang dengan seenaknya. Perempuan Sunem ini tidak perlu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, tidak perlu mengantar anaknya ke sekolah, karena suaminya sudah tua maka ia juga tidak perlu mendampingi suaminya, cukup ditinggalkan di rumah atau dikirim ke Panti Jompo seperti yang dikerjakan oleh (maaf) banyak isteri-isteri masa kini.
Bukankah kita bisa membayangkan dan membandingkan dengan gaya hidup wanita zaman modern seperti ini menghabiskan waktu? Dia akan Ke Salon, dia akan ke Shopping Center, Senam Arisan dan sebagainya. Tetapi berbeda dengan perempuan Sunem ini; walaupun sesungguhnya konteks waktunya berbeda, saya percaya ada kegiatan-kegiatan duniawi yang dapat dikerjakannya pada saat itu. Wanita ini mempunyai wawasan perhatian yang sangat serius terhadap sekitarnya, ia peka terhadap keadaan lingkungan, namun tidak pernah berusaha mencampuri urusan orang lain. Dengan teliti ia selalu memperhatikan orang-orang yang melintasi rumahnya,namun ia bukan mata-mata atau diktektif. Kali ini ada seorang yang agak lain, bukan karena ia orang aneh; tetapi sifatnya sangat ramah dan baik tentunya yang telah menggerakkan wanita ini mengundangnya makan di rumah. Bukan hanya sekadar makan, tetapi juga tawaran menumpang di rumahnya; bahkan ia bermaksud mendirikan sebuah kamar untuk hamba Tuhan itu. Apa yang dipersiapkan oleh perempuan Sunem ini merupakan yang terbaik, ia mendirikan kamar yang permanen, bukan kamar darurat, artinya ia memberikan dan mengerjakan yang terbaik buat seorang hamba Tuhan.
Sekarang timbul pertanyaan? Setelah melewati berkali-kali dalam setiap tahun kita memperingati Hari Ibu, apa ide kreatif anda sebagai wanita Kristen di gereja ini? Pernahkah anda merencanakan dan mengerjakan sesuatu, baik itu karya yang kecil maupun yang besar untuk Tuhan dan hamba-Nya. Pernahkah anda mencoba untuk mencari tahu sebenarnya apa yang sedang diperlukan oleh gereja kita lalu berusaha untuk mencari jalan keluar. Para pria sesuai dengan tugasnya di kantor dan perusahaan biasanya tidak sempat memikirkan semua ini, dan hal ini memang sangat cocok dikerjakan oleh seorang wanita yang kreatif. Selain itu, pernahkah sebagai ibu rumah tangga, anda memikirkan suatu rancangan untuk masa depan keluarga anda? Permisi tanya, anak-anak anda itu ada di mana saat ini ? sudah ke gereja belum? Lalu suami anda saat ini di mana? Sudahkah mereka mengalami Anugerah Keselamatan dari Tuhan. Kalau mau menjadi ibu yang berhasil, kita harus mencari mereka dan memenangkan mereka buat Tuhan. Ini hadiah yang terbesar yang bisa diberikan oleh seorang ibu.

Lalu buat anda yang menjadi anak atau masih mempunayi ibu, apa yang engakau kerjakan buat ibumu sela ini? Kalau memang kita mau menyatakan kasih saying kita kepada ibu kita, lalukanlah sekarang semas ia masih hidup. Kalau ia sudah mati tidak ada gunanya lagi. Anada bisa menangis sekeras-keras untuk menyatakan kasihmu, tetapi tidak ada gunanya. Sudah terlambat.

Dulu, di Tiongkok ada seorang ibu yang sangat mengasihi anaknya, bahkan sampai anak ini sudah dewasa dan menikah. Sejak kecil ayah dari anak itu sudah meninggal dan hanya dia satu-satunya menjadi tumpuan harapan si ibu. Namun sangat disayangkan anak yang selama ini begitu dikasihi, ternyata tidak membalas budi baik ibunya, ibarat pepatah yang berbunyi "Air susu dibalas dengan air tuba."

Si ibu setiap hari selalu mengantar nasi untuk anaknya di ladang, karena kerja anaknya sebagai pertani. Tidak pernah ada ucapan terima kasih yang terlontar keluar dari mulut si anak ; tetapi sebaliknya omelan dan kemarahan. Apabila ibunya datang agak cepat, maka ia memarahi ibunya dan sebaliknya kalau datang terlambat, tidak jarang ia memukul ibunya.Si Ibu hanya bisa mengelus-ngelus dada, tidak ada tempat untuk mengadu.

Suatu pagi di ladang, ada kejadian yang sangat menarik yaitu petani tersebut duduk-duduk sambil memperhatikan anak-anak burung yang terbang mondar-mandir. Karena rasa ingin tahu maka iapun memanjat pohon tempat sang burung itu berada. Sungguh terkejut tatkala ia melihat seekor induk burung yang sedang menunggu anaknya yang sedang mencari makanan untuknya. Lalu iapun berpikir, selama ini ibunya yang mengantar nasi untuknya, tetapi ia berlaku kejam tehadap ibunya. Sedangkan anak-anak burung itu justru yang mencari makanan untuk ibunya. Petani ini mulai sadar dan ia merasa mnyesal sekali dengan perbutannya selama ini. Iapun berjanji pada dirinya, apabila nanti siang ibunnya datang, ia akan minta maaf dan memohon pengampunan.

Siang itu ia tidak dapat bekerja dengan tenang, hatinya sangat kacau untuk menunggu kedatangan ibunya.Dari jauh mulai kelihatan seorang ibu yang berjalan terseok-seok sambil membawa rantang. Petani ini melihat ibunya datang ia melompat dengan penuh gembira. Ia ingin segera memluk ibunya dan minta maaf. Ia merasa tidak sabar lagi melihat ibunya yang berjalan sangat lambat, maka iapun segra beranjak kearah ibunya.

Sebaliknya dari jauh si ibu melihat anaknya datang dengan langkah berlari, maka ia menjadi ketakutan sekali. Sebab biasanya kalau keadaan demikian itu pertanda bahwa anaknya sedang marah, itulah sebabnya maka si ibu berbalik dan berlari. Anaknya terus mengejar, hingga si ibu merasa putus asa, kemudian tanpa pikir panjang lagi ia lompat ke sungai dan mati. Tidak ada kesempatan baginya untuk mengasihi sang ibu.

Bagaimana dengan orang-orang percaya? Perhatikanlah bahwa di dalam Alkitab tidak pernah diajarkan seorang anak itu kurang ajar terhadap orang tuanya, bahkan dengan jelas Alkitab meminta kepada kita supaya mengormati mereka. Yesus sendiri, pada masa akhir hidupnya, di atas kayu salib, IA tidak lupa menitipkan ibunya kepada Yohanes, karena Yesus tahu hal itu sangat penting. Menghormati orang tua bagi seorang Kristen tentu bukan pada saat mereka sudah mati, tetapi selagi mereka masih hidup. Dan ingat; dengan menghormati orang tua kita, Tuhan memberikan garansi umur panjang kepada kita. Permisi Tanya Sudahkah anda melakukannya??

JANJI ORANG PERCAYA

Kehidupan manusia sungguh terbatas, kita sering gagal memenuhi standard kita sebagai manusia yang normal. Dikatakan standard manusia yang normal adalah tatakala manusia itu telah sanggup hidup sehari-harinya mengikuti jalan yang benar. Ternyata untuk standard normal ini saja cukup sulit mencapainya. Sebenarnya standard tuntutan Tuhan Yesus terhadap orang –orang percaya adalah di atas normal, artinya ia mesti berada di atas rata-rata manusia yang yang disebut sebagai orang baik. Diantara sekian banyak hal kegagalan , salah satu hal yang membuat manusia tidak mencapai di atas normal adalah masalah janji; sering kita mengecewakan orang lain karena tidak menepati janji. Kita menjadi tidak dipercaya orang lain karena sering kali menmgingkari janji.

Tidak jarang kita mendengar kalimat “Janji gombal” , “Janji palsu” , lalu ada istilah “Janji tinggal janji” dan dulu ada lagu lama yang berjudul “Lidah tak bertulang” kata-katanya seperti demikian, 'Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati...''. Semua itu berhubungan dengan kegagalan manusia memenuhi janji itu. Konon hanya ada pribahasa di Indonesia yang bunyinya “Merpati yang Tak pernah ingkar janji”, saya juga tidak tahu kenapa bisa demikian? Hari ini kita akan coba belajar tiga hal yang sangat penting tentang janji, secara khusus janji kita pada Tuhan:

Kita harus Mengingat Janji

Mengucapkan janji gampang sekali, itu yang biasa kita sebut dengan kata janji yang muluk-muluk. Janji itu akan muncul dimana-mana , di Televisi hamper setiap hari kita melihat tebaran janji itu, para pemasang iklan, pemilik produk, selalu mengucapkan janji-janji yang indah atas barang produksinya. Lalu pada saat mulai mau kampanye Pemilihan Umum juga demikian. Di Indonesia ada ada 24 Partai politik yang berhasil masuk untuk bersaing di dalam Pemilu. Saya yakin seperti biasanya setiap partai akan mengumbar janji kepada masyarakat, untuk menarik publik agar memilih mereka. Namun, seperti biasanya juga , janji tinggallah janji, setelah itu janjinya diingat atau tidak kita tidak tahu lagi. Pada saat itu para pemilih itu berkata dibelakang, kalau saya tahu saya tidak akan memilih partai itu. Pdt Eka Darmaputra mengistilahkan ini dalkam sebuah renungannya di harian Sinar Harapan dengat kalimat singkat “Ketika Sumpah menjadi Sampah”, yang artinya sumpah itu telah tidak bermakna lagi. Sangat tragis sekali bahwa jaman sekarang orang-orang tidak menganggap serius sebuah janji, ketika janji tidak bisa ditepati masih dianggap lumrah atau sudah biasa. Bagi Allah, janji itu suatu yang serius, di dalam 2 Petrus 3:9 “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. “ Mengapa Allah begitu serius dengan janji-Nya? Karena firman Allah itu memang suatu hal yang serius? Petrus ingin menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan itu tidak pernah main-main dengan janji, Tuhan itu juga tidak pernah mengingkari janji, justru manusialah yang selalu mengingkari janji.

Ingatlah , bahwa janji yang Tuhan berikan kepada manusia itu sifatnya kontrak, artinya ada dua pihak, dan di situ juga mencakup masalah hak dan kewajiban. Manusia cenderung mengingat haknya saja, dan lupa pada kewajibannya. Tuhan berjanji akan memberkati kita, akan memelihara kita, dan kewajibannya kita harus setia dan taat pada-firman-Nya; namun yang manusia lakukan adalah mengklaim janji Tuhan dan ingat selalu akan janji Tuhan tanpa mengevaluasi hidupnya sendiri. Tuhan mengatakan , ketika perjanjian itu berlangsung maka kekonsistenan seorang pembuat janji sangat diperlukan. Ketika kita tidak konsisten pada janji, dan mencoba untuk melanggarnya; maka manfaat janji itu menjadi lemah bahkan tidak ada. Janji itu dibuat justru membuat kita terikat, yang diputuskan secara bersama dan diambil keputusannya secara suka-rela. Dan Salomo, ketika melantunkan puji-pujiannya pun berkata, ”Terpujilah Tuhan yang memberikan tepat seperti yang difirmankan-Nya … tidak ada satu pun yang tidak dipenuhi” (1 Raja-Raja 8:56).

Allah tidak pernah memaksakan kehendak-Nya pada kita, sebaliknya kita juga tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada Allah. Ketika kita memaksakan apa yang kita inginkan dihapan Allah, kita telah merusak rencana Allah yang Agung itu. Artinya, kita yakin janji Allah dalam hidup kita adalah rencana yang Agung dan mulia, namun kita juga mempunyai rencana yang menurut “kita” itu baik, satu pihak kita yakin Allah kita adalah Allah yang maha tahu, maha Pencipta, dan maha Kuasa; nah ketika kita memaksakan apa yang kita kehendaki terjadi; kita telah merusak rencana-Nya yang Agung itu. Sekarang permisi tanya , pernahkah kita membuat janji kita pada Tuhan? Masih ingatkah kita akan janji itu? Atau kita hanya mengingat janji Tuhan saja?

Dalam pidatonya presiden Bush beberapa bulan sebelum terpilih kembali, beliau mengatakan bahwa akan ada kelonggaran bagi imigran yang illegal di Amerika, lalu mungkin ada embel-embel lain lagi sebagai tambahan beliau untuk para imigran. Ini janji seorang presiden, mudah-mudahan kalau beliau masih tetap memgingat janji itu.. Namun karena ada terbongkarnya kasus pemalsuan surat-surat yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab di Virginia beberapa waktu yangn lalu, telah hampitr membuat presiden Bush menunda bahkan membatalakan janjinya. Ini janji seorang presiden, yang juga seorang manusia.

Sekali lagi, ingatkah janji kita kepada Tuhan? Mungkin yang paling gampang diingat adalah janji kita mau hidup baik dihadapan Tuhan? Atau sewaktu pulang dari suatu Retreat, kita mungkin pernah berjanji pada Tuhan akan melayani Dia dengan sungguh-sungguh? Kita bertekad untuk setia pada Dia? Kita berjanji mau melibatkan diri dalam tugas pelayanan? Kita berjanji mau terlibat dalam misi? Atau kita berjanji pada Tuhan untuk berdamai dengan musuh kita? Kita berjanji tidak mau melakukan ini dan itu lagi? Kita berjanji akan mendukung pekerjaan Tuhan, baik dengan tenaga maupun dana? Banyak janji pemisi tanya, apakah kita masih ingat akan janji itu? Hanya ingat saja, tidak lebih dari itu? Masih ingatkah? Atau sudah dilupakan? Kalau sudah dilupakan, maka kita perlu ambil catatan, untuk mencatat kembali janji-janji yang pernah kita ucapkan kepada Tuhan baik melalui orang lain; artinya melalui pengurus, atau majelis serta hamba Tuhan maupun secara pribadi kita dengan Tuhan, yang tanpa diketahui oleh orang lain.


2. Kita harus Memelihara Janji

Memang, mengingat janji itu sangat penting, namun tidak cukup; kita harus tetap memelihara janji tersebut. Beda antara janji manusia dengan manusia dan janji manusia dengan Tuhan adalah, kepada manusia kita bisa dengan “topeng”, kita membohonginya, namun kepada Tuhan kita tidak bisa membohong-Nya. Kalau kita lihat di Alkitab, Tuhan begitu setia memelihara janji-Nya, mulai dari Abraham, Yakub lalu Yusuf sampai pada Daud dan kepada Tuhan Yesus, kita melihat ada suatu rangkaian khusus yang sambung menyambung. Di dalam perjalanan yang panjang ini ternyata tidak berlangsung dengan mulus, tetapi ada liku-liku yang sampai pada penggenapan Janji Tuhan yakni Yesus disalibkan, mati dan bangkit dari kubur. Tuhan memelihara Janji-Nya begitu rupa hingga Ia menggenapi Janji-Nya itu.

Saya yakin kita semua mempunya janji dan kita akan dinilai baik oleh orang kalau kita bisa memelihara janji itu dengan baik, artinya kalau janji itu berupa rahasia, maka kita akan pelihara secara rahasia pula. Sering kali timbul keributan antara teman-teman dekat kita disebabkan karena kita tidak konsekwen dengan janji kita. “ Tolong ya, yang saya ngomong ini rahasia loh ya ; jangan diceritaiin ke orang lain”. Namun sebentar saja rahasianya itu tersebar dan kalimat yang diucapkan juga sama “ tolong ya, jangan ceritaan ke orang lain ini merupakan rahasia”

Di Alkitab ada dua tokoh yang sangat terkenal, yakni Daud dan Yonatan. Kedua orang ini pernah membuat janji. Perhatikanlah I Samuel 20 secara keseluruhan, Daud dan Yonatan kedua orang yang bersahabat akrab, namun pada saat-saat terakhir jabatan Saul ia menjauhkan diri dari Tuhan. Oleh sebab itu maka melalui Samuel, Tuhan memilih Daud untuk menggantikan kedudukannya. Oleh karena itu raja Saul sangat geram dan ia berkali-kali hendak membunuh Daud. Bagian ini menceritakan bagaimana perjanjian persahabatan Daud dan Yonatan benar-benar terpelihara dengan baik, walaupun musuh berbuyutan Daud itu adalah ayah Yonatan sendiri. Perjanjian mereka begitu terpelihara bahakan sampai pada keturunan mereka, yang mana Daud tyetap memperlakukan anak Yonatan yang cacat kaki bernama Mefiboset itu sebagai orang yang terhormat di kerajannya. (Lihat 1 Samuael 20 : 42 “Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud “Pergilah dengan selamat; bukankah kita telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian : TUHAN akan ada diantara aku dan engakau serta diantara keturunanmu samapi selam-lamanya” perhatiakn juga II Samuel 21 :7 “”Tetapi raja merasa sayang kepada Mefiboset bin Yonatan bin Saul, karena sumpah demi TUHAN ada diantara mereka, di antara Daud dan Yonatan bin Saul”)

Kalau kepada sesama manusia saja Daud dan Yonatan memelihara janji mereka samapi mati, bagaimana dengan kita? Lalu lebih focus lagi bagi kita memelihara janji kita kepada Tuhan.



3 Kita harus Menepati Janji

MENEPATI janji adalah sesuatu yang sangat sentral dalam iman Israel, dan seharusnya begitu juga dalam iman kita. Mengapa? Karena bentuk atau ”format” hubungan antara Allah dan umat-Nya, adalah ”hubungan perjanjian”; ”hubungan kontrak”.

MENEPATI janji adalah sesuatu yang sangat sentral dalam iman Israel, dan seharusnya begitu juga dalam iman kita. Mengapa? Karena bentuk atau ”format” hubungan antara Allah dan umat-Nya, adalah ”hubungan perjanjian”; ”hubungan kontrak”. DI SEPANJANG perjalanan hidup setiap orang, pasti 1001 macam janji telah dibuat. Dari yang besar, sampai yang kecil. Dari yang resmi pakai akte notaris, sampai yang tidak tertulis. Dari janji kepada orang lain, sampai janji terhadap diri sendiri. Dan di sepanjang jalan itu pula, bila orang menengok ke belakang, akan jelas sekali kelihatan betapa kotornya jalan-jalan itu. Kotor oleh ”sampah” dan ”limbah”, yang bernama ”Janji-janji Yang Tak Tertepati”. Broken promises
Kita berjanji untuk melakukan ini, untuk melihat itu, untuk berada di sini, untuk pergi ke situ. Tapi berkali-kali, bahkan setiap kali, janji-janji itu tidak pernah terpenuhi. Lebih celaka, memikirkannya atau mengingat-ingatnya pun kita tidak. Hidup berjalan seperti ”biasa”, seolah-olah tak pernah ada janji apa pun kita ucapkan. Apa lagi, orang pun merasa tidak perlu lagi menagihnya. Sebab, bukankah janji dibuat untuk dilanggar? ADA janji yang terselip di setiap kontrak kerja yang dibuat. Si pemberi kerja berjanji memberi gaji dan fasilitas—ini, ini, ini. Di pihak yang lain, si penerima kerja berjanji untuk melakukan bagi perusahaan—ini, ini, ini. Semuanya fair dan transparan. Jelas dan terbuka. Tak ada unsur paksa memaksa. Begitulah kelihatannya. Tapi benarkah begitu? Bila benar begitu, mengapa ada begitu banyak kecurangan? Di mana pengusaha mengeksploitasi buruh-buruhnya. Dan buruh merongrong perusahaannya. Jawabnya: karena janji yang tidak ditepati! Sejak awal, perjanjian memang dibuat dengan niat tidak bersih. Maksud saya, tidak dengan niat merealisasikannya, tetapi sebaliknya bagaimana mengingkarinya, dengan memanfaatkan kesempatan dan kelemahan yang ada. P engusaha berusaha membayar serendah-rendahnya (”Bila Anda tidak bersedia, silakan cari perusahaan yang lain saja!”). Sementara para pekerja bermalas-malasan, mencuri apa saja begitu ada kesempatan (”Di sini gaji kecil, tapi ‘sabetan’nya bung!”).

SECARA teknis, tidak ada tempat lain di mana janji berhamburan, kecuali di ruang pengadilan. Di tempat di mana kebenaran dicari, dan keadilan ditegakkan. Di situ ada pembela yang menjamin agar hak-hak terdakwa diindahkan. Ada jaksa yang menuntut agar kebenaran ditegakkan, kejahatan dihukum setimpal, dan hak-hak korban dibela. Dan kemudian ada hakim, yang—atas nama Tuhan—menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya dan yang sebenar-benarnya. Semuanya—termasuk para saksi—menjalankan peran yang berbeda-beda, tapi tujuannya sama: mengungkap kebenaran, seluruh kebenaran, dan tiada yang lain kecuali kebenaran. Telling the truth, the whole truth, and nothing but the truth. Tapi mengapa—seperti terjadi dalam praktik sehari-hari—ruang pengadilan justru menjadi tempat di mana ketidak-adilan dipamerkan, di mana kebenaran dipalsukan, dan keadilan diperjual-belikan—dengan malu-malu maupun terang-terangan? Jawabnya: karena janji dan sumpah telah menjadi sekadar proforma! Siapa berani mengatakan tidak ada sumpah yang dilanggar, ketika bagi orang-orang besar dan orang-orang kaya berlaku prinsip ”asumsi tidak bersalah”, sementara para penjahat ”kelas teri” sudah dijatuhi mati, bahkan sebelum sempat dibawa ke kantor polisi?

RAHASIA HIDUP YANG BERKELIMPAHAN
Yohanes 15 :1-8

Apabila kita sebut berbuah itu berarti suatu tanda, yakni untuk membedakan anatara Ciptaan Allah dan Buatan tangan Manusia. Yang dibuat oleh tangan manusia tidak bisa berbuah, tetapi apa yang diciptakan oleh Allah itu bisa berbuah. Dengan kata lain, setiap yang Allah ciptakan itu hidup, sedang apa yang dibuat oleh manusia itu tidak hidup alias mati.

Kalau anda pergi ke pusat perbelanjaan misalnya, terutama di Boutique, kita bisa melihat ada boneka yang dipajang, kemudian diberi pakaian yang indah, dan kelihatannya cantik sekali. Namun ia hanya boneka, tidak mempunyai hidup. Demikian juga kalau kita melihat ada bunga-bunga plastic yang kita pernah beli, dan kita pajangkan di rumah kita; bunga itu tidak ada hidupnya, ia hanya imitasi.
Yesus berkata : “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah , dibersihkan-Nya supaya ia lebih banyak berbuah” Inilah perintah Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya agar kita menjadi orang Kristen yang berbuah, bahakan berbuah lebat. Mengapa harus berbuah? Apa maksudnya! Perhatikan bnahwa kita tidak memfokuskan hal-hala kelimpahan yang bersifat materi, namun kita akan memfokuskan yang bersifat rohani. Ada empat poin penting yang yang kita lihat bersama pada hari ini, sebagai jawaban atas Hidup yang berkelimpahan;

1. Buah merupakan Tanda Ada-nya Hidup

Yohanes 15 ini berbicara tentang pokok Anggur. Tuhan Yesus menyimpulkan bahwa “Akulah pokok Anggur itu, dan kamu adalah ranting-rantingnya harus berbuah banyak”. Yesus memakai pokok Anggur, suatu contoh yang sangat sederhana sekali, IA tidak mau meninggikan diri-Nya sendiri dengan mengambil pohon-pohonan lain sebagai contoh. Kalau pokok Anggur ini boleh disebut pohon, maka ia adalah pohon yang paling tidak berbentuk, sebab tumbuhnya bisa menjalar sesuai dengan selera yang menanamnya. Kalau Tuhan Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan pokok Anggur yang rela dibentuk, maka kita semestinya sebagai orang-orang percaya juga harus rela dibentuk. Pokok Anggur itu akan berguna kalau ia berbuah. Selama pokok Anggur itu belum berbuah, ia hanay menjadi pajangan saja, tidak sesuai dengan tujuan kehidupannya.

Tatkala sebuah pohon berbuah, ini menandakan bahwa pohon itu masih hidup’ jadi buahnya merupakan tanda hidup. Dengan kata lain kalau kita sebagai manusia menganggap diri kita masih hidup, konsekwensinya adalah hidup kita itu harus berbuah. Masalahnya sekarang buah yang bagiamana? Yang pahit, yang manis , yang enak atau yang tidak enak, yang masih segar atau yang busuk. Alkitab megatakan : “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17) Dan Alkitab berkata dengan jelas kepada kita bahwa tubuh tanpa jiwa adalah mayat.

Iman itu sendiri Invisible (tidak kelihatan), sebab adanya di dalam; namun lengkapnya adalah iman harus disertai perbuatan, yakni tingkah laku kita yang terlihat di luar. Yohanes Pembaptis berkata : “Hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan”(baca Lukas 3:8 ) . Coba kita bedakan antara hati pertobatan dan buah pertobatan, hati pertobatan hanya dilihat oleh Tuhan, sedangkan buah pertobatan dilihat oleh manusia. Jikalau hati anda berimana kepada Tuhan, namun buahnya tidak baik, maka kita bukan hanya tidak memuliakan Tuhan, tetapi juga memberri kesempatan kepada orang lain untuk mencemooh dan memfitnah orang-orang Kristen lainnya. Itu sebabnya mari kita insaf sebagai orang percaya; harus ada buah yang bermanfaat senantiasa disalurkan pada orang lin.

2. Buah merupakan Tanda Pertumbuhan

Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan-Nya supaya ia lebih banyak berbuah. Dalam terjemahan lain “dibersihkan” berarti “dipotong supaya lebih rapi”. Apa yang tidak diperlukan pada pohon itu dibuang, dan sisanya hanya yang perlu-perlu saja. Tujuan pemotongan ini semuanya supaya pokok Anggur itu bertumbuh, kalau tadinya ranting pokok anggur itu banyak serang dikurangi; supaya pokok anggur itu punya tenaga untuk menumbuhkan daun-dauan lainnya, bahkan berbuah juga.

Seseorang yang hobby menanam pohon, tentu mempunyai pengalaman yang indah tentang menanam pohon tertentu. Biasanya dengan telaten ia menyirami dan menanti sampai pohon itu bertumbuh, kemudian ia akan memangkas daun-daun yang tidak diperlukan, yang dimakan ulat, yang busuk dan sebagainya; supaya dapat tumbuh lebih lebat lagi. Apabila pohon tersebut mengalami pertumbuhan , maka si penanam itu akan merasa terhibur sekali. Demikian juga kehidupan orang Kristen. Rasul Paulus mengatakan bahwa ia sendiri bagaikan ibu rohani yang terus bertahan untuk melahirkan anak rohani. Di sini diperlukan kesabaran dan penderitaan seperti seorang ibu yang melahirkan. Pertumbuhan juga tidak bisa berlangsung mendadak dalam satu hari, tetapi melaui proses yang ada, itu sebabnya diperlukan kesabaran untuk menanti dan menunggu; namun ada batasnya tidak terlalau lama.

Bila kita ingin menjadi orang Kristen yang bertumbuh, nyatakanlah Anugerah Tuhan yang kita terima kepada orang lain; salah satu cara yang penting adalah memberitakan Injil. Setiap orang yang mau melayani Tuhan harus belajar bergumul untuk bertumbuh, karena bertumbuh tidak bisa dibantu oleh orang lain. Harus ia sendiri yang bertumbuh. Saya kurang tahu jelas anda sudah berapa lama menjadi orang percaya, ada yang baru satu tahaun, ada yang sudah limna tahun, ada yang sudah melebihi sepuluhan tahaun, mungkin ada juga yang sudah diatas tiga puluh tahaun. Permisi tanya? Selama menjadi orang percaya sampai saat ini, bagaimana kehidupan doa anda? Lalu ada satu hal lagi yang sangat penting, apakah anda secara rutin membaca Firman Tuhan? Kemudian apakah anda mentaati firman Tuhan? Tatkala firman Tuhan katakana Kasihilah orang lain, apakah anda melaklukannya? Tatkala firman Tuhan katakana berilah tumpangan pada orang laian, apakah anda lakukan? Tatkala firman Tuhan mengatakan kasihilah musuhmu, apkaha anda lakukan? Tatkala firman Tuhan mengatakan mari, melayanai tuhan, apakah anda melakukannya? Tatkala firman Tuhan katakana, ayo bayar perpuluhan, sebeb perpuluhan itu sesungguhnya bukan milikmu. Apakah kita sudah melakukannnya? Yang pasti, kalau sebelum anda percaya pada Tuhan Yesus, dibandingkan anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus tidak ada yang berubah, itu berarti anda sedang berada dalam kondisi stagnasi. Itulah yang disebut orang Kristen Bonsai.

Saya tahu kita selalu mengalami hambatan dan kesulitan tatkala memasuki pertumbuhan rohani; itu sebabnya mulai Oktober ini kita galakkan program Membaca Alkitab, salah satu yang paling basic dari kita. Omong kosong kalau kita bisa bertumbuh, kalau hidup kita tidak pernah diisi firman Tuhan. Insyah Allah, kalau anda ikuti program ini, dalam 96 Mingu anda akan menyelesaikan satu kali membaca Alkitab secara keseluruhan. Ayo ikut, mumpung baru mulai minggu yang lalu.


3. Buah merupakan Tanda Kematangan

Apabila sebuah pohon itu berbuah, maka buah tidak hanya menyatakan pohon itu hidup dan bertumbuh, tetapi juga menyatakan bahwa pohon itu sudah matang. Mengapa ada orang yang mengaku Kristen, sudah dibaptis puluhan tahun, sudah melayani juga puluhan tahun, sudah menjadi pengurus juga puluhan tahun, tetapi kehidupan rohaninya tidak matang? Kehidupan orang percaya yang demikianlah yang sering kali menjadi batu sandungan, sehingga orang-orang yang mestinya mau ke gereja, tetapi karena melihat sikap orang Kristen yang modelnya tidak karuan; sehingga membuat mereka mengurungkan niatnya ke gereja. Sebab, ke gereja dengan tidak ke gereja tidak ada bedanya, malah lebih gawat tingkah lakunya. Dan seriung kalai mereka yang tidak matang itu selalu menjadi trouble maker dalam melayani Tuhan, ribut saja melulu, protes ini , protes itu; mungkin Tuhan memberikan Talenta pada dia,tapi talenta protes dan rebut.

Sekarang timbul pertanyaan? Apa Tanda-tanda Kematangan itu?

Pertama : Orang yang matang adalah orang yang tidak lagi mementingkan diri sendiri. Kalau anda masih merasa kurang diperhatikan oleh orang lain, maka anda belum memiliki kematangan. Oleh sebab itu hari ini kita perlu belajar supaya kita ini rendah hati; mungkin kita harus melakukan hal yang belum pernah kita lakukan, yakni menyapa orang lain terlebih dahulu. Dalam traning Care Ministry dikatakan, sebenarnya kita itu bisa menjadi mujizat hari hari ini; asal kita mau menyalurkan Anugerah yang kita terima buat orang lain. Salah satunya yaitu menyapa orang lain terlebih dahulu. Mari, sehabis kebaktian ini kita akan praktekkan, jangan biarkan orang lain menyapa kita terlebih dahulu, kita masing-masing berlomba menyapa orang lain terlebih dahulu. Tidak ada alasan kita tidak mengenal orangnya, justru kalau pas berpapasan pada yang tidak kita kenal, maka berkenalanlah.

Kedua : Masalah Bertanggung Jawab, atau Komitmen kita. Apa saja yang pernah kita janjikan pada orang lain, harus kita lakukan. Seorang anak kecil ia akan memperhatikan keagungan dan juga keburukkan dari orangtuanya. Di gereja biasanya ada dua macam orang yang dinilai kurang bertanggung-jawab; yaitu orang yang tidak melakukan sesuatu apapun jika tidak memberikan keuntungan bagi dia. Yang `kedua adalah orang yang setiap kali megiakan setiap pekerjaan atau janji atau komitmen , tetapai tidak pernah melakukannya.

Tuhan Yesus pernah memberikan contoh tentang dua orang anak yang diperintahakan oleh ayahnya ke ladang. Anak yang satu menolak perintah ayahnya, sedangkan anak yang lain mengiayakan orang tuanya. Namun akhirnya yang menolak perintah ayahnya ia akhirnya pergi ke ladang, sedangkan yang mengiakan ayahnya, ia tidak pergi. Siapa yang lebih baik dari kedua orang ini? Jawabannnya dua-duanya tidak baik, semestinya yang baik adalah bila megatakan ya dan laksanakan tugas itu. Permisi tanya: anda termasuk golongna mana?? Jika kita mau menjadi orang Kristen berbuah, kunci utamanya harus memiliki kematangan hidup, matang di dalam menyangkali diri dan bertanggung jawab.

4. Buah merupakan Tanda dari Jenis

Buah yang kita produksikan, menunjukkan sampai dimana derajat hidup kita. Pernahkah kita mempunyai kerinduan untuk lebih rajin mengerjakan sesuatu buat Tuhan? Kalau itu merupakan kerinduan kita, saya yakin kita akan menjalani hidup yang penuh suka-cita, baik di dalam keluarga, dalam kampus, dalam kantor atau juga di dalam gereja, kalau selama ini kita selalu mengeluh, maka sekarang tidak lagi; sebab kita mau menjadi orang percaya yang jenis kualitasnya yang lebih baik. Setiap yang kita lakukan dengan terpaksa, tentu tidak ada suka-citanya, termasuk dalam pekrjaan dan juga pelayanan di gereja. Ibarat segelas air yang diisi sampai penuh, berkelimpahan dan mengalir ke tempat lain, ini yang alamiah……namun yang kalau yang terpaksa, ibarat segelas air yang mengalir, tetapi bukan karean aiarnya melimpah, tetapi karena gelasnya bocor. Beda bukan? Yang melimpah, maka gelas tetap akan penuh dengan air, tetapi gelas yang bocor; sampai pada waktunya akan mengalami kekeringan. Pada waktu itulah, yang tadinya penuh suka-cita; sekarang penuh keluhan dan omelan.

Orang yang menyimpan rasa benci di dalam hatinya, tidak mungkin tidak banyak mengutuk orang lain di dalam perkataannya, tetapi orang yang banyak mempunyai cinta kasih di dalam hatinya, maka dengan sungguh-sungguh ia akan mengeluarkan kelakuan dan perbuatan yang sejati. Tuhan selalu yang memberikan yang terbaik buat kita. Di dalam kitab Yeremia, firman Tuhan berkata bahwa anggur-anggur pilihan yang ditanam-Nya berubah menjadi anggur berbau busuk busuk dan liar (Yeremia 2:21). Apakah hidup kita sesuai dengan firman Tuhan? Kita tidak pernah akan hidup sesuai dengan firman Tuhan selama kita tidak mengetahui firman Tuhan itu sendiri, dan untuk mengetahuinya kita perlu membacanya dan mempraktekkannya.

IMANUEL : TUHAN BESERTA KITA
(Yesaya 7 : 14; 8:8 dan Matius 1:23)

Kata Imanuel semestinya tidak asing bagi orang percaya, khususnya menjelang Natal. Imanuel yang berarti Tuhan Beserta Kita ini hanya muncul tiga kali di dalam Alkitab kita. Di dalam Perjanjian Lama dua kali ykni di Kitab Yesaya 7:14 dan 8:8 sedangkan di dalam Perjanjian Baru tepatnya di dalam Injil Matius ditemukan di 1:23 merupakan kegenapan tulisan Yesaya.

Penyertaan manusia itu sungguh tidak kekal, sebab sifatnya sementara. Walaupun yang menyertai kita itu orang tua kita, suami atau isetri kita tetap saja mereka terbatas. Di dalam kurun waktu dua Minggu akhir Nopember dan awal Desember 2002, di gereja saya menemukan berturut tiga keluarga yang berduka karena orang-orang yangf merweka kasihi itu meninggal dunia. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa manusia sangat terbatas. Siapapun dia, baik kaya maupun miskin, tua maupun muda, berpendidikan maupun tidak, berpangkat atau tidak; mereka pasti akan merninggalkan kita. Perlunya penyertaan dari orang lain juga membuktikan bahwa manusia tidak sanggup untuk hidup menyendiri.

Sering kali kita mendengar ada orang yang takut kalau ditinggal sendirian, ada yang tidak berani tidur sendiri di kamar; ada teman yang baru melihat film atau mendengar cerita “horror”, tidak berani sendiri masuk Toilet. Orang-orang seperti ini butuh kawan, butuh pendamping, namun sekali lagi pendamping mereka itu sifatnya sementara, suatu saat kalau pendampingnya sakit, berhalangan atau meninggal dunia, maka ia sudah tidak ada yang menemani lagi. Itu sebabnya kalau di dalam Alkitab dikatakan Imanuel : Tuhan Beserta Kita, tentunya ini merupakan suatu suka-cita dan penghiburan yang besar bnagi kita sekalian, sebab penyertaan Tuhan tidak bersifat sementara, tetapi bersifat kekal.

Selanjutnya untuk memahami lebih jelas kata Imanuel ini, kita harus memperhatikan kontek awal tatkala munculnya istilah ini. Waktu itu Kerajaan Aram dan Kerajaan Israel hendak membentuk koalisi dengan Kerajaan Yehuda supaya mencegah laju perkembangan kekuasaan Asyur. Waktu itu Kerajaan Yehuda sangat ragu sehingga mereka tidak mengambil keputusan untuk mengikuti ajakan koalisi itu, sehingga hal tersebut menimbulkan kemarahan dapi pihak Aram dan Israel. Itu sebabnya Aram dan Israel mengambil keputusan untuk menghukum Yehuda. Mendengar berita ini , Ahas raja Yehuda menjadi gematar dan takut. Bersamaan dengan itu Yesaya diutus Tuhan untuk menjumpai Ahas untuk memberitahukan supaya beliau jangan takut, sebab kekuasaan musuhnya hampir berakhir dan mereka tidak dapat membahayakan lagi. Bahkan Yesaya menyuruh Ahas memohon pertanda untuk membuktikan kebenarnnya, namun Ahas tetap saja menolak. Menanggapi hal ini maka Yesaya memberitahukan bahwa Tuhan akan memberikan suatu pertanda bagi bangsa Yehuda. Dalam penglihatan nabi ia melihat seorang anak darah (dalam bahasa Ibrani dipakai kata “alma”) yang artinya seorang wanita yang belum atau tidak menikah tetapi akan melahirkan seorang bayi yang diberi nama Imanuel yang artinya Tuhan Beserta Kita.

Ibu bayi itu seorang wanita yang belum menikah, yang masih suci atau perawan, Yesaya dalam hal ini memakai kata “alma”. Ada orang mengatakan bahwa Yesaya tidak ingin mengajarkan kelilahian bayi melulu dari seorang dara, seandainya ia mengini itu ada kata yang lebih cocok yakni “betula”. Tetapi penyelidikan di Perjanjian Lama mengungkapkan bahwa kata ini kurang mantap sebab mempunyai dua pengertian. Kata “betula” dapat mengacu kepada seorang dara, tetapi kalau itu maksudnya maka kata itu sering ditambah ucapan dia belum pernah bersetubuh dengan laki-laki (Kejadian 24:16). Kata “betula” juga dapat menggambarkan seorang perawan yang sudah tunangan, tetapi lebih sering kata “betula” mengacu pada wanita yang sudah kawin (Yoel 1:8) Ada lagi kata lain yang bisa mengacu kepada “wanita muda” yakni “Na’ara”, tetapi Yesaya dalam hal ini memakai “alma”. Konsep pemakaian kata ini sesungguhnya hampir sama dengan bahasa Indonesia, kalau kita mengatakan “wanita” itu mengacu kepada wanita yang sudah atau belum menikah, atau kalau kita memakai kata”perempuan” itu juga mengacu kepada perempuan yang sudah atau belum menikah, namun kalau kita memakai kata “gadis”, semestinya harus diartikan bahwa wanita itu belum menikah. Kalau dalam bagian ini Yesaya memakai kata “alma” , itu berarti Yesaya mau katakana bahwa wanita muda yang melahirkan anka itu adalah wanita yang yang masih perawan, yang hanya bisa melahirkan anak karena mujizat; dan yang dilahirkan itu diberi nama Imanuel : Allah beserta kita.

Seberapa pentingnya Allah Beserta dengan Kita? Mengapa Allah beserta kita diperlukan? Ada tiga alasan yang saya catat di dalam bagian ini sehubungan dengan “Imanuel” itu dibutuhkan oleh manusia.

I. Allah sanggup memberi Damai

Kehidupan manusia di dunia ini terbatas. Kekayaan, kepandaian, kecantikan, harta benda akan menjadi tidak berarti tatkala penyakait itu datang, apalagi kematian. Benar, semua itu penting bagi kita tatkala kita masih hidup, kita bekerja, kita usaha, kita belajar mati-matian untuk mendapat dan mengumpulkannya. Namun sesungguhnya semua itu sifatnya sementara, ibarat debu atau awan yang sebentar hilang dan terbang diterpa angin. Itu sebannya dibutuhkan “Imanuel” Allah Beserta Kita. Alkitab mengatakan : Jikalau Allah dipihak kita, siapapun tidak sanggup mengalahkan kita”. Allah dipihak kita saja tidak ada yang bisa mengalahkan kita, apalagi sekarang Allah Beserta Kita, tentunya kekuatannya lebih dahsyat lagi.

Ketika seorang pemain Akrobat berhasil memperagakan berjalan di atas seutas tali, menyeberangi sebuah gedung ke gedung yang lain, semua penonton bertepuk tangan riuh ria. Tatkala pemain Akrobat itu hendak kembali ke tempat semula, ia bermaksud mengajak salah seorang penonton untuk ikut serta dia, tetapi tidak satupun orang yang berani. Tiba-tiba ada seorang anak kecil mengatakan ia mau ikut, dan ternyata si anak kecil itu berhasil jalan di seutas tali bersama pemain Akrobat tersebut. Selidik-punya selidik ternyata, pemain Akrobat itu adalah Ayah dari anak kecil itu. Seorang ayah tidak mungkin mencelakakan anaknya, apalagi Tuhan, IA beserta kita, mestinya tidak ada yang perlu ditakuti.

Allah diperlukan karena, sebagai manusia kita tidak sanggup menguasai diri kita sendiri, tetapi Allah sanggup. Manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi besok, rasanya sudah aman, tetapi tidak juga. Walaupun Amrozy dan beberrapa kawan mereka yang disebut otak pengebom di Bali sudah ditangkap, ranya persediaan B om di Indonesia cukup banyak, buktinya tanggal 5 Desember 2002 yang lalu di dekat Mc Donald kota Makassar- Ujung Pandang muncul Bom lagi. Rupanya dalam rangka menyambut Lebaran, ada yang penasaran kalau kalau Mercon dilarang oleh pemerintah, mereka tidak tidak habis akal, gunakan saja Bom! Oh…. Kehadiran Allah Beserta Kita sangat diperlukan bukan?


II. Allah Sumber kepercayaan kita

Sebenarnya semenjak manusia pertama jatuh ke dalam dosa , kita sudah kehilangan kepercayaan dari Allah dan nature dosa kita itu begitu mempengaruhi kita, membuat kita tidak berarti sebagai manusia. Sekarang ditambah lagi dengan peristiwa Word Trade Center di Amerika tanggal 11 September 2001 dan peristiwa pengeboman di Bali – Denpasar tanggal 12 Oktober 2002, manusia itu satu sama lain menjadi tidak saling percaya. Ditambah lagi bencana dahsyat tsunami tanggal 26 Desember 2004 di Aceh dan beberapa Negara lain.Sulit dibedakan, siapa yang baik dan yang jahat, sulit dibedakan yang mana teman dan yang mana lawan. Setiap kita menuju ke Plaza dan Hotel-Hotel atau tempat keramaian lainnya kita harus dideteksi, takut kalau Bom suisa Amrozy itu terbawa oleh kita. Dan celakanya deteksi itu juga bisa meleset, buktinya di Makassar meledak lagi. Dalam kondisi yang demikian, manusia tidak bisa menyelamatkan kita, hanya Allah tentunya yang akan menyelamatkan kita; itu sebabnya Allah diperlukan untuk menyertai hidup kita.

Beberapa hari yang lalu saya baru ketemu seorang pemudi anggota gereja yang saat ini sedang kerja di Jakarta. Beliau menceritakan bagaimana Tuhan menyertai dia di dalam kehidupannya. Pada hari itu di rumah kosnya, mungkin karena konslet listrik maka terjadi kebakaran; herannya yang terbakar itu hanya kamarnya. Memang tidak sampa habis semua, tetapi di dalam kamarnya berisi cukup banyak “harta-benda”nya, ada deposito, uanga asing yang hanya di simpan di dalam lemari plastik. Pemudi itu mengatakan puji Tuhan, walaupun Lemari plastik itu langsung roboh ketika dibuka, namun semua isi di dalamnya tetap utuh. Luar biasa! Kalau ini bukan karena penyertaan Tuhan, mustahil tentunya. Satpam yang jaga tidak dapat berbuat apa-apa dengan api! Seorang penulis pernah mengatakan bahwa “Penyertaan Allah di dalam hidup kita akan menjadi lebih nyata dan alami kalau kita mengalaminya di dalam hidup kita”

III. Allah menguasai seluruh hidup kita

Bukti penyertaan Allah di dalam hidup kita tidak menjamin kalau hidup kita itu selalu lancar, aman, bebas dari segala kesulitan dan sakit-penyakit. Tetapi bukti penyertaan Allah di dalam hidup kita adalah; walaupun ada sakit penyakit, kesulitan, permasalahan dan ketidak lancaran, kita percaya Allah yang menyertai kita itu sanggup untuk membawa kita keluar dari segala hambatan itu. Di dalam nyanyian kita pernah ada sebuah lagu pujian yang berjudul Tuhan Tak Janji, isi syairnya kira-kira demikian; “Tuhan tak janji, lagit Biru; Tuhan tak janji hidup senang, Tuhan Tak janji cuaca selalu cerah : Tetapi Tuhan janjikan hidup kekal……”
Di dalam Perjanjian Lama tatkala Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir, sebenarnya penyertaan Allah pada mereka sangat luar biasa. Bayangkan, waktu itu tidak ada peta petunjuk jalan, Allah memberikan p[etunjuk jalan, pagi dan siang hari melalui Tiang Awan, sedangkan pada malam hari merteka dituntun dengan Tiang Api. Ditambah lagi Allah setiap hari memberi mereka makanan berupa Manna dan burung Puyuh. Mestinya mereka akan hidup penuh kelancaran, tetapi kenyataannya mereka juga menghadapi kesulitan, di depan mereka terbentang Laut Merah, seakan-akan mereka menghadapi jalan buntu. Tetapi siapa sangka, justru Allah yang menyertai mereka itu danmembuka jalan, lautan luas itu menjadi kering, membentuk jalan yang dapat mereka lewati dengan selamat.
ANUGERAH YANG DISALURKAN

Engkau dan saya orang berdosa, kita menjadi begitu kotor dan tercemar karena dosa yang senantiasa menyerap masuk ke dalam kehidupan ini, sehingga membuat kita tidak berpengharapan lagi untuk mendapat yang terbaik dari Tuhan Allah. Dosa begitu mencekat membuat manusia kehilangan kemulian Allah, tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan lagi.
Dalam keadaan demikian maka manusia itu tidak mungkin diselamatkan oleh Tuhan. Dosa yang sudah berakar dan berkarat di dalam kehidupan kita terus semakin menjerat. Untung Allah itu mengasihi kita. oleh karena itu IA merancang suatu kebaikan untuk kita. Hanya butuh berharap pada Tuhan Yesus yang mengalahkan dosa-dosa kita di atas kayu salib dan sekaligus memberikan kita keselamatan. Inilah yang kita sering sebut dengan anugerah, kata lain yang sama dengan ini adalah Kasih karunia atau rahmat Allah.
Apa yang dimaksud dengan anugerah itu? Kata “anugerah” ini sendiri menunjuk pada suatu sesuatu yang tidak semestinya diperoleh oleh seseorang, namun diberikan kepada kita hanya oleh karena belas kasihan. Pengertian lainnya, anugerah itu ibarat sebuah hadiah yang kita peroleh dan kita tidak perlu membayar dengan uang, dengan kata lain untuk mendapatkannya tanpa usaha kita atau pengorbanan kita.
Setiap hari kita hidup dengan “anugerah demi anugerah” yang luar biasa. Saya yakin, ada banyak kejadian di dalam hidu kita yang berhubungan dengan anugerah Tuhan. Namun terlalu sering kita lupa untuk mengucap syukur terhadap keadaan itu. Dengan diam-diam momen tersebut dilewati begitu saja. Kita perlu merayakan dengan pengucapan syukur, walaupun tidak semuanya harus melalui perta besar di restoran.
Alkitab yang kita baca berbicara tentang anugerah, yakni keselamatan kita, semua ini bukan karena jasa-jasa kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)
Anugerah apa yang kita lihat dari seorang yang bernama Daud, ketika ia baru menjabat sebagai raja? Apa saja yang dilakukannya teerhadap keluarga raja sebelumnya? Apakah ia membunuh mereka? Atau sebaliknya? Mari kita lihat bersama-sama :
1. Anugerah itu diberikan secara cuma-cuma (gratis)
Perhatikanlah Alkitab kita di dalam 2 Samuel 9 :1 maka “ Berkatalah Daud “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan” (NIV menerjemahkan kasihku ini dengan “kindness” yang berarti kebaikan hati , bermurah hati). “Kebaikan hati” atau “bermurah hati” biasanya diberikan sebagai suatu hadiah yang Cuma-Cuma, tanpa memasang syarat apapun. Sipenerima kebaikan hati ini akan menikmati suatu kemurahan yang tujuannya adalah demi kebaikan diri. Tidak ada sedikitpun maksud untuk mencelakakan orang lain. Kalau tadinya dia kelaparan, maka melalui saluran anugerah kita ia menjadi kenyang. Tadinya ia sedih, sekarang menjadi senang, tadinya tidak berpengharaapn sekarang berpengharapan. Masih banyak lagi perubahan bakal terjadi kalau kita benar-benar menyalurkan anugerah yang kita dapatkan buat yang lain.
Kebaikan hati ini juga merupakan suatu praktek kasih yang tidak bersyarat. Itu sebabnya ketika Daud merenungkan kembali lalu ia bertanya “ Masih adakah orang di seluruh daerah ini kepada siapa aku dapat menunjukkan “kebaikan hati” oleh karena Yonatan? Mengapa Daud ingin melakukan hal ini? Bukankah Daud saat ini sibuk sebagai seorang raja, apalagi saat ini kedudukannya masih baru? Sebab sebelumnya ia telah berjanji pada Saul dan Yonatan, yakni untuk meperhatikan sanak keluarganya kelak ia menjabat sebagai raja.
Coba perhatikan 1 Samuel 20 : 13-14 (Pada waktu itu Daud masih lari dari Saul, tetapi sudah jelas kelihatan bahwa Daud bakal menjadi orang nomer satu di negeri Israel)
Demikian firman Tuhan “Tetapi apabila ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi daripada itu, sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya menyertai engaku, seperti ia menyertai ayahku dahulu. Jika aku masioh hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia (anugerah) Tuhan?”
Suatu tradisi sebenarnya di dalam dinasti-dinasti timur bahwa seorang raja baru mengambil alih, maka seluruh anggota keluarga dari dinasti sebelumnya akan dimusnahkan untuk menghapuskan kemungkinan-kemungkinan terjadi pemberontakan. Jadi di sini Yonatan mengatakan kepada Daud, “Daud, jika kau sudah sampai kepada tahta, sedapat engkau bisa, akankah engkau menunjukkan anugerah kepada keluargaku? Tidak seperti kebiasaan umum dari raja-raja lainnya, akankah engkau mempertahankan kehidupan kami? Akankah engkau menjaga kami dan melindungi kami, sehingga kami tidak dilupakan?
Tanpa sedikitpun menaruh keraguan, maka Daud menyetujui hal ini. Kasihnya kepada Yonatan mendorongnya untuk masuk ke dalam perjanjian yang mengikat dengan sahabatnya. Yang akhirnya secara konsekwen Daud harus pula memenuhi janji ini.
“Janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud.” Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri. (1 Samuel 20 : 16-17)
Kemudian kita akan mengingat, setelah Daud membiarkan Saul hidup ketika berada di dalam gua. Kejadiannya begitu, waktu itu Saul mengejar-ngejar Daud, dengan tujuan satu-satuynya untuk membunuh Daud. Daud harus berlalri dan bersembunyi di dalam gua-gua. Suatu hari ketika Saul kembali mengejar-ngejar Daud, akhirnya ia merasa capek sekali dan tertidur. Pada saat-saat Saul tertidur, sebenarnya ada kesempatan bagi Daud untuk melenyapkan Saul. Namun ia tidak mau membutuh orang yang diurapi Tuhan Allah, itu sebabnya Daud hanya menggunting ujung jubah Saul saja.
Keesokan paginya Saul tetap mau membunuh Daud, namun dari temnpatnya Daud mejerit “ Ayah, Daud memanggilnya demikian karena memang Saul adalah mertuanya, mengapa engaku teru-menerus hendak memburu dan hendak membunuh aku. Padahal kemarin malam jikalau aku hendak mebunuh engkaua maka aku dapat melaksanakannya, namun karena aku melihata engakau adaalh orang pilihan All;ah, maka aku mengurungjkan niat untuk mebunuhmu, aku hanay mengunting ujung jubahmu saja.
Itu sebabnya di dalam ayat-ayat terakhir 2 Samuel 24 ini, terjadi sumpah pengikat janji antara Saul dan Daud:
“ Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu , bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engakau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku datri kaum keluargaku. Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul.. (1 Samuel 24 : 21-23)
Maka Daudpun berjanji baik kepada Yonatan dan Saul (dicatat dalam 2 Samuel 9), kita melihat ia saat ini Daud sedang memikirkan janji itu. Ia hendak memenuhi janji tersebut. Ia bertanggung-jawab terhadap komitmennya.
2. Anugerah diberikan kepada semua orang (tidak pandang bulu)
Coba perhatikan bahwa Daud itu sedang bertanya “Masih adakah seseorang yang tingal kepada siapa aku dapat mendemonstrasikan anugerah oleh karena Yonatan? Pertanyaan ini cukup menarik untuk kita lihat. DAud tidak tidak bertanya “Masih adakah seseorang yang layak..” Masih ada seseorang yang memenuhi syarat? Tetapi ia bertanya masih adakah seseorang? Itu berarti tidak perduli siapa orangnya, yang penting ia masih hidup, yang seharusnya menerima kasih itu. Inilah penerimaan yang tanopa syarat, hanya didasarkan pada anugerah semata-mata.
Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.”Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya” ( 1 Samuel 9 :2-3)
Jikalau anda membaca di anatara barisan kalimat tersebut, anda akan merasakan sesuatu maksud di dalam nasihat yang sesungguhnya Ziba berikan kepada raja,. Kita melihat seakan-akan Ziba mau katakana sebaiknya raja Daud berpikir ulang sebelum melakukan hal ini, karena pria ini tidak kelihatan bagus berada di istina. IA tidak sessui untuk lingkungan ini, ruangan tahta ini, rumah baru yang indah di kota Yerusalem. Kau tahu Daud, ia memiliki cacata dibagian kakinya.
Daud bertanya masih ada seseorang, tetapi penasihatnya menjawab dengan menambah embel-embel dibelakang kalimatnya : Ya….. tetapi cacat kakinya”
Apa respons Daud? Ia tidak bertanya, dimanakah cacatnya? Namun ia terus melanjutkan perkataannya dan bertanya, “Di manakah ia? “ Ia tidak bertanya separah apa dia”? Bahkan ia juga tidak bertanay bagaimna ia bisa cacat? Yang dia tanyakan adalah “Dimanakah pria itu berada?”
Inilah yang saya maksudkan dengan anugerah itu, ia tidak memlih. Anugerah tidak mencari hal-hal yang telah diperbuat yang layak mendapatkan kasih. Dalam konsep Perjanjian Baru kita bisa melihat bahwa anugerah ialah Allah memberikan diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus anak-Nya dengan penerimaan sepenuhnya kepada mereka seseorang yang tidak layak menerimanya dan tidak pernah berusaha dan tidak akan pernah mampu untuk membalas. Hal inilah yang mebuat adegan Daud dan Mefiboset menjadi begitu berkesan.
3. Anugerah diberikan untuk mengangkat harkat dan martabat orang berdosa
Jawab Ziba kepada raja, “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel di Lodebar” (2 Samuel 9 :4).
Istilah nama tempat yang disebut Lodebar ini sangat menarik. “Lo” di dalam bahasa Ibrani artinya “tidak” mdan “debar” berasal dari akar atau kata dasar yang berarti “padang rumput atau tanah yang berumput.” Jadi keturunan Yonatan ini sedang berada di tempat di mana ada ketandusan yang tidak terbayangkan. Ia tinggal di suatu ladang yang tidak terkenal, dan sekana-akan menunggu ajal saja.
Kita tidak tahu kenapa Mefiboset berada di sana? Namaun dari indikasi bahwa kerajaan Saul itu sudah runtuh, maka kemungkinan besar ia bersembunyi untuk menyelamatkan dirinya, dan satu-satunya otrang yang mengetahui Mefiboset berada adalah Ziba ini.
Daud memng tidak bertanya mengapa Mefiboset anak Yonatan ini cacata kakinya, namun kalau anda penasaran dan pengin tahu, mari kita liht di dalam 2 Samuel 4 :4 “Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset.”
Tatkala ia mendengar bahwa Saul dan Yonatan sudah mati, maka inang pengausuhnya mengangkat anak laki-laki yang diasuhnya dan melarikan diri, untuk melindunginya. Karena ia terburu-buru, mungkin ia tersandung, dan anak laki-laki itu jatuh terguling-guling. Sebagai akibat dari kejatuhan tersebut, ia menjadi cacat seterusnya dan tetap bersembunyi sejal saat itu, karena ketakutan akan kehidupannya.
Dapatkan anda bayangkan betapa kagetnya Mefiboset itu? Tatkala raja memanggilnya? Ada apa lagi ini? Pengawal yang dating ke rumahnya berkata “ Raja ingin bertemu denganmu”? Mungkin Mefiboset berpikir, barangkali inilah saat-saat yang terakhir kehidupan itu.
Kemudian orang-orangnya raja Daud membawanya ke Yerusalem, kehadapan raja yakni Daud.
“Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku." (2 Samuel 9 :6)
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." (2 Samuel 9 : 7)
Dapatkah anda bayangkan bagaimana sikap Mefiboset ketika mendengar panggilan raja itu? Namun Daud meyakinkan Mefiboset, bawa dia tetap akan dipelihara oleh kerajaan.
Sepertinya Daud ingin berkata kepadanya begini :”Oh sahabatku Mefiboset, engkau akan mendapat kehormatan seperti yang belum [pernah kau miliki sebelumnyua. Engkau akan menjadi anggota dari keluargaku……. Engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku” (baca dan bandingkan 2 Samuel 9 :8-13)
Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?" Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku." Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: "Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya." Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.
Apa yang bisa kita pelajari dari firman Tuhan hari ini? Setiap hari kita menikmati anugerah Tuhan. Namun anugerah yang kita dapatkan dari Tuhan itu kita kemanakan? Tuhan yang kita sembah tidak menuntut kita memberikan dari apa yang tidak kita miliki, tetapi Tuhan kita menuntut dari apa yang sudah kita miliki, yakni dari apa yang diberikan kepada anda dan saya. Kalau sampai hari ini, anda tidak mendapatkan berkat sama sekali dari Tuhan, maka sebagai hamba Tuhan saya sarankan kepada kita semua, jangan sekali-kali memberikannya pada Tuhan. Namun permisi Tanya. Apakah benar kita tidak memiliki berkat Tuhan itu?








SUDAH TIBA SAATNYA

(IT'S TIME TO WAKE UP! TIME IS SHORT)

(Roma 13 : 11-14)


Beberapa hari yang lalu saya menerima sms dari seorang teman yang mengatakan bahwa salah seorang majelis gereja di kampung halaman saya telah dipanggil Tuhan, saya sempat terkesima juga, soalnya kurang lebih dua bulan yang lalu saya berkunjung ke rumahnya, hendak melihat almarhum, ternyata beliau yang sudah kelihatan sakit itu masih memaksakan diri bekerja. Jadi ceritanya saya tidak ketemu beliau pada waktu itu, hanya ketemu isteri dan anak perempuannya saja. Demikian juga Mingggu ke dua ini saya berkesempatan pelayanan Sacramento, saya masih berbincang-bincang dengan salah seorang aktifis gereja di sana, namun hari Selasanya, saya menerima email yang beritanya saudara tersebut telah meninggal, tanpa ada sebab musabab.

Saya merenung demikian, ternyata waktu kita semakin hari semakin dekat. Lalu apa yang kita perbuat dengan waktu yang singkat ini? Walaupun Tuhan memberikan kebebasaan kepada kita untuk memilih berbuat ini dan itu, namun kita perlu minta hikmat dari Dia supaya pilihan kita tidak salah.

Terus terang saja tidak semua orang yang datang ke gereja sudah insaf akan peringatan waktunya sudah dekat ini. Sebab masih banyak ditemukan mereka yang senantiasa hidup dengan memilih perbuatan yang salah ketimbangan benar. Rasul Paulus rupanya di sini bukan hanya menekankan hanya sekadar waktu yang singkatnya itu, tetapi apa yang harus dilakukan sebelum waktu yang singakt itu berakhir- artinya sebelum terlambat apa yang perlu dikerjakan?

Teman-teman yang tinggal di Amerika tentu sangat mengerti betapa pentingnya waktu itu. Ketika anda ke bengkel memperbaiki mobil ada kemungkinan sparepart yang hendak anda ganti hanya 50 $ tetapi karena untuk mengerjakannya harus membuka mesin-mesinnya, maka memerlukan waktu yang cukup panjang, boleh jadi ongkos total yang harus anda bayar menjadi 400$ atau 500$. Sehingga ada pepatah mengatakan “waktu itu adalah uang”.

Namun ada seorang pendeta yang protes terhadap pepatah ini, sebab menurut beliau kalau benar waktu adalah uang maka kita dapat memakai uang kita untuk membeli waktu itu. Seandainya Tuhan sudah menentukan kita berumur 90 tahuna harus meninggal, maka kita sejak muda bekerja mati-matian mengumpulkan tabungan, lalu dengan uang tersebut kita hendak pergi membeli waktu tambahan, supaya Tuhan jangan memanggil kita pada umur 90, melainkan umur 125, tentu tidak bisa bukan! Sebab uang tidak daapt membeli waktu. Lalu bagaimana usaha kita supaya menyelamatkan diri dari waktu yang ada? Apa yang harus kita kerjakan?

Di dalam ayat 12 rasul Paulus memberikan penegasan kepada kita, kita bakal konsentrasi di ayat ini, saya akan bagi menjadi tiga poin untuk menguraikannya.

1. IT'S TIME TO WAKE UP! Time is Short: Ingat, hari sudah jauh malam, telah hampir siang

Rasul Paulus mengerti jelas apa itu waktu yang singkat itu, tatkala mengaitkan dengan kehidupan pribadinya. Sebelum bertobat Paulus sudah sangat terkenal, ia bukan orang bodoh, ia orang yang sangat pintar. Gurunya saja guru besar Gamaliel yang sangat terkenal itu. Akal bulusnya juga banyak, bayangkan dia juga merupakan salah seorang dalang atas kematian Stefanus yang dilempar batu hingga mati gara-gara mempertahankan iman kepercayaan kepada Yesus. Namun Tuhan hendak memakai orang semacam itu. Oleh karena itu atas anugerah Tuhan, ia sanggup berubah. Kita tentu masih ingat perubahan dari Saulus menjadi Paulus berlangsung cukup drastis. Dan ini merupakan perubahan yang spontan, total, dan radikal. Paulus mengahargai sekali momen igtu, sehingga ia tidak menyia-nyiakan waktu tersebut walaupun ia harus menjalani kebutaan selama tiga hari.

Apa bila kita kembali ke atas melihat ayat 11, di sana dikatakan - ...............saatnya sudah tiba bagi kita untuk bangun dari tidur....., apa maksudnya??? Keadaan rohani yang tidak sesuai dengan dekatnya kita pada Kerajaan Allah dikiaskan dengan kata tidur. Oleh sebab itu apabila kita sungguh mengerti bahwa dunia ini betul-betul fana dan Raja atau Mesias kita bakal segera datang tanpa kita ketahui waktunya, maka tidak masuk akal kalau kita hidup seolah-olah tidak mau tahu atau cuek saja akan hal ini.

Ayat 12 yang kita baca, bagian awalnya berbunyi demikian : .........hari sudah jauh malam, telah hampir siang..... Saya kurang tahu apakah anda pernah memasuki keadaan ini pada dini hari? Ketika anda sibuk dengan paper atau stress dengan berbagai persoalan , sehingga malam hari tidak bisa tidur dan sampai menjelang pagi, di sana kita akan melihat keadaan samar-samar antara gelap menuju terang. Kalau di Indonesia kita mulai mendengar suara ayam berkokok, itu pertanda mau pagi. Maka semua harus segera bangun dari tidur. Kenapa , karena ada banyak hal yang harus dikerjakan!

Orang-orang percaya berada pada suatu perbatasan antara kegelapan dan terang. Yang kelihatan hanya samar-samar, namun sekarang saatnya sudah tiba bagi kita untuk bangun dari tidur. Artinya kita perlu waspada dan berjaga-jaga dan mulai melakukan sesuatu. Dan sesuatu yang harus kita lakukan itu adalah sesuatu yang positip.


2. IT'S TIME TO WAKE UP! Time is short : Mari, tanggalkanlah perbuatan kegelapan

William Barcley mengatakan ayat ini sangat berkesan sekali bagi beberapa teolog dan bapa-bapa gereja, salah satunya adalah Augustinus, yang melalui ayat ini dia bertobat. Suatu hari pada saat Augustinus sedang berjalan di dalam sebuah taman, hatinya sedang menderita, karena kegagalannya untuk hidup dengan baik. Berkali-kali ia berseru dengan sedih, “Berapa lama ? Berapa lama lagi? Besok dan besok lagi – mengapa tiodak sekarang? Mengapa tidak saat ini saja akhir kebobrokan moralku? Tiba-tiba ia mendengar suatu suara berkata : “Ambillah dan bacalah. “Kedengarannya seperti suara seorang anak kecil; ia memeras otaknya mengingat permainan anak-anak yang memakai kata-kata itu, tetapi ia tidak mendapatkannya. Ia lalu pergi dengan cepat ke Alypius, temannya yang sedang duduk , serta menaruh banyak buku-bukunya , khususnya surat kiriman rasul Paulus ini. “Aku mengambilnya dengan cepat dan membaca dengan tenang bagian yang pertama, kulihat : “Jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hari. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan utama dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” Augustinus mengatakan lagi “saya tidak ingin dan tidak perlu membaca ayat-ayat lebih lanjut. Dengan berakhirnya kalimat itu, seolah-olah sinar jaminan itu tertuang dalam hatiku, semua bayang-bayang keraguan tercerai berai. Aku meletakkan jariku pada halaman itu dan menutup buku itu; aku memandang Alypius dengan tenang dan menceritakan kepadanya pengalamanku. Aku harus tanggalakan semua perbuatanku yang buruk itu.

Apa yang harus anda dan saya ditanggalkan? Tidak kebetulan kalau rasul Paulus memilih secara spesifik dosa-dosa khas yang harus kita singkirkan di dalam hidup ini.

1. Pesta Pora (komos)

Apa maksudnya? Apakah berarti orang-orang percaya tidak boleh berpesta? Apakah kita tidak boleh merayakan sesuatu acara, misalnya wisuda, ulang tahun dan sebagainya? Oh tentu tidak demikian. Kata pesta pora yang dipakai di sini adalah kata “komos”, artinya adalah sekelompok teman-teman yang ikut ke rumah pemenang setelah suatu perlombaan, menyanyikan pujian dan merayakan kemenangan itu. Kemudian hari kata itu berarti pesta pora yang terkesan membuat keributan dan onar sepanjang jalanan kota pada malam hari. Dan ini menggambarkan suatu pesta pora yang merendahkan martabat manusia dan mengganggu ketentraman orang lain.

Saya rasa kita tidak pernah berpesta sebrutal itu bukan! Namun tatkala kita hidup bersenang di atas penderitaan orang lain. Misalnya mempekerjakan orang-orang dengan gaji yang murah, memeras tenaganya, memperlakukan orang lainm dengan seenaknya, dan sebagainya , kita sudah tergolong di dalam pesta pora ini. Paulus mengatakan bahwa hal ini harus disingkirkan SEGERA !

2. Kemabukan (methe)
Orang Yunani menganggap mabuk ini adalah hal yang sangat memalukan sekali. Mereka memang peminum anggur, bahkan anak-anak kecil juga. Sarapan pagi mereka itu disebut akratisma, yang terdiri dari sepotong roti yang dicelupkan ke dalam anggur tersebut. Namun kemabukan tetap merupakan hal yang sangat memalukan bagi mereka, sebab anggur yang diminum oleh orang-orang Yunani itu telah diencerkan, dan menjadi minuman sehari-hari mereka, karena kondisi air yang tidak cukup dan membayakan kesehatan. Jadi kalau ada yang mabuk, berarti ada yang curang, kelebihan dosis.

Saya yakin anda tidak semabuk ini! Tetapi kalau minuman membuat anda lupa diri hari ini, maka dipersilahkan anda supya tinggalakn minuman itu segera. Pengaruh jaman, banyak sekali orang-orang muda samapi kaum dewasa dipengaruhi obat bius, ekstasi dan sebagainya. Bakah kalau di Amerika kita tidak jarang mendengar berita mereka menanam dan mengkonsumsi Mariyuana untuk konsumsi sendiri. Hiduop begitu bebas, sehingga tidak ada orang-orang yang perlu mengurus lagi. Mabuk kepayang! Paulus menegaskan masalah mabuk juga harus disingkirkan SEGERA!

3. Percabulan (koite)

Secara harafiah berarti, sebuah tempat tidur dan mempunyai arti keinginan akan tempat tidur yang terlarang. Inilah dosa kekafiran yang khas. Kata itu menggambarkan orang yang tidak punya kesetiaan dan mau menikmati kesenangan kapan dan dimana saja seenak hatinya.

Tatkala kita katakan anugerah Tuhan itu cukup bagiku, itu berarti manusis yang sadar pasti tidak berusaha menginginkan ini dan itu lagi. Cukuplah apa yang ada padaku. Namun, munculnya percabulan karena ketidakpuasan seseorang. Sekali lagi Paulus menegaskan harus dsingkirkan SEGERA!

4. Hawa Nafsu (aselgeia)

Kata ini merupakan kata yang terburuk dalam bahasa Yunani. Kata itu tidak hanya menggambarkan kebejatan moral, tetapi secara khusus menggambarkan orang yang telah kehilangan rasa malu. Umumnya orang kan berusaha menyembunyikan perbuatannya yang jahat, bila perlu jangan samapi ketahuan oleh sipapun, tetapi ini tidak, justru di dalam hati orang aselgia ini kadang seakan-akan sudah kebal dengan perbuatan jahatnya, ia tidak peduli bagaimana ia telah memamerkan dirinya sendiri, ia juga tidak peduli lagi pendapat orang-orang. Aselgia adalah berani melakukan dimuka umum hal –hal yang tidak pantas.

Tahun 1988-1989 saya pernah kuliah di sebuah sekolah Teologia di Bandar-Baru –Sumatera-Utara, yang diseberang kompleknya terdapat kompleks Wanita Tuna Susila atau nama kerennya PKS saya lupa kepanjangannya Penjaja Seks Komersial atau Pekerja Seks Komersial, tolong koreksi yang kawan. Jadi kalau saya hampir setiap minggu dua kali harus naik bus dari Medan menuju ke kampus Bandar Baru. Ketika kondekturnya mengetahui saya hendak turun di Bandar Baru, maka sebelumnya iapun menawrkan demikian, Saya lupa dia panggil Mas atau bos, tetapi barangkali “bos’, karena potongan saya kayak bos, tapi jahitannya tidak! (maaf gede rasa -GR) “Bos, apa perlu villa” ! Apa perlu dibantu booking!! Mau yang Tionghoa, hitam manis, putih juga ada!

Karena berkali-kali demikain maka pada kali yang lain saya naik bus, tatkala ditanya lagi begitu, saya sebut saja tujuan saya ke Sibolangit, maka saya tidak tidak mendapat tawaran lagi. Herannya sewaktu kuliah di Malang, pengalamannya persis, boleh dibilang sewaktu tahun ke tiga, hampir sebulan sekali saya mendapat giliran pelayanan ke sebuah gereja di Tretes – Jawa Timur. Tempat yang tidak ubahnya seperti Bandar Baru, jadi kalau malam minggu sehabis pelayanan, kadang saya bersama seorang teman yang mendapat tugas di Prigen hendak mencari sate. Banyak sekali tawaran semacam di atas muncul.

Dua tahun terakhir di Surabaya, saya kurang tahu kota lain, saya pikir sama saja, di sana juga bertebaran “nona-nona” cantik di sepanjang jalan tertentu, bahkan di kampus-kampus terkenal yang menawarkan aselgia dengan tanpa rasa malu lagi. Mereka dengan berpenampilan seksi, melambai-lambaikan tangan di pinggir jalan, anda jangan coba-coba berhenti, sebab begitu anda berhenti maka mereka segera menyerbu ke mobil anda, dan kalau perjanjiannya okey, segera boleh naik ke mobil anda.

Saya yakin anda mungkin tidak terjerumus sedalam itu, tetapi ingat tatkala di dalam kehidupan kita sudah terdapat ketidak sungkanan melakukan hal yang tidak pantas, apa bedanya dengan aselgia ini. Dengan tegas rasul Paulus mengatakan bahwa perbuatan ini harus disingkirkan juga dengan SEGERA!

5. Perselisihan (eris)

Eris itu adalah semangat yang timbul dari persaingan yang kotor dan tak terkendalikan,. Hal itu muncul dari keinginan untuk mendapatkan kedudukan, kekuasaan dan kehormatan yang dimilki lawannya. Inilah dosa yang pada awalnya mementingkan diri sendiri dan sama sekali bertentangan dengan kasih.

Bagi anda yang kerjanya sebagai pengusaha, perlu hati-hati dalam hal ini. Sebab sudah menjadi rahasia umum kalau di dalam bisnis sering muncul taktik-taktik kotor untuk menghancurkan orang lain. Kehidupan sehari-hari juga demikian, kita begitu senang dan selalu berusaha untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak senang pada kita. Inilah eris itu, yang segera harus disingkirkan SEGERA!!

6. Iri hati (zelos)

Zelos ini tidak selalu merupakan kata yang pengertiannya negatif atau jahat. Kata itu dapat menggambarkan orang yang ingin menyamai kemuliaan orang lain, bila ia bertemu sifat baik, ia juga ingin memilikinya. Tetapi bisa juga berarti, iri hati atas ke atas kemuliaan dan keunggulan orang lain. Yang digambarkan di sini adalah sifat yang tidak puas dengan apa yang ia miliki dan memandang dengan iri hati setiap berkat yang diberikan pada orang lain, yang belum dimiliki. Zelos yang negatif harus seger disingkirkan SEGERA!!

Tetapi kalau ketemu zelos yang positip, rasanya perlu dipelihara baik-baik, kalau misalnya anda melihat seorang teman di gereja begitu rajin melayani Tuhan, lalu kita iri kepadanya, artinya kita juga berusaha untuk rajin, nah ini yang perlu di pertahankan. Anda melihat seorang teman yang dahulunya hidup bobrok, tetapi sekarang sudah berubah, menjadi orang yang sanat taat pada Tuhan dan baik, kita iri, dan kita juga berjuang untuk itu, tentu hal semacam ini tidak masalah. Bagi Paulus, iri yang menuju ke arah negatip itu harus segera disingkirkan! Tidak boleh menunggu lagi.


3. IT'S TIME TO WAKE UP! Time Is short : Jangan lupa kenakan perlengkapan senjata terang

Berlomba, berperang untuk mencapai kemenangan itu lebih gampang dari pada mempertahankan juara. Lihat saja mereka yang juara tinju, baik Muhamad Ali atau juga Mike Tyson, setiap saat harus mempertahankan juara mereka. Tidak gampang, Ia harus selalu menjaga staminanya, menjaga berat badan melalui diet dan latihan yang ketat. Dengan demikian barulah kemenangan itu dapat dapat dipertahankan. Riongrongan dari pihak lawan selalu ada setiap hari, bisa stress kali.

Paulus mengatakan setelah kita memperhatikan waktu tersebut, sembari menanggalkan perbuatan kegelapan, kita perlu mengangkat senjata, yakni perlengkapan terang . Tuhan Yesus sendiri merupakan perlengkapan senjatan terang itu. Untuk memakai pakaian senjata terang, kita perlu menanggalkan pakaian lama kita yang kusam. Pakaian yang kita kenakan saat ini atau yang sebelum diganti adalah kiasan tentang perbuatan jahat atau kebobrokan kita, sedangkan yang sudah diganti adalah perbuatan baik kita.

Apa bila kita menyimak apa yang Paulus inginkan, ia berkata bahwa perbuatan-perbuatan kegelapan ditanggalkan mendahului perintah untuk untuk mengenakan perlengkapan senjata. Dengan lain kata, kalau kita hendak mengundang Yesus masuk di dalam kehidupan kita, maka kehidupan yang lama itu harus disingkirkan SEGERA!! Sudahkah??